BKDI Targetkan Transaksi Tumbuh 30%

NERACA

Jakarta – Meskipun industri komoditi belum mengalami pemulihan sepenuhnya, namun PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) tetap optimis target tahun ini bisa terealisasi. Tahun ini, perseroan menargetkan transaksi lot naik 30% dibandingkan tahun lalu.

Menurut Direktur Utama BKDI Megain Widjaja, kenaikan 30% dirasa cukup optimis dengan transaksi tahun lalu mencapai satu juta lot, “Pada tahun ini ICDX menargetkan transaksi mencapai 1,3 juta lot,”ujarnya di Jakarta kemarin.

Lanjutnya, saat ini emas menjadi komoditas paling diminati dalam transaksi di BKDI walaupun harga emas tengah mengalami penurunan, malah sebaliknya makin banyak yang membeli. Selain itu, kata Megian, BKDI akan merilis kembali komoditi timah pada 30 Agustus. Pasalnya, hadirnya komoditas ini juga untuk menjawab kebutuha pelaku pasar dimana sesuai peraturan pemerintah terbaru, transaksi timah harus melalui transaksi di bursa.

Rencananya, juga perseroan juga bakal merilis komoditi baru yaitu komoditi karet. Namun waktunya belum dapat disebutkan. Selain itu, di BKDI sendiri akan ada kontrak finansial dan equity yang bekerjasama dengan Bappepti dan instansi terkait seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), “Karenanya transaksi di bursa lebih minim penyimpangan karena transaksinya tercatat setiap saat secara online, selalu transparan semua transaksi di BKDI\", ungkapnya.

Selain itu, transaksi di bursa juga pengawasannya lebih ketat, dengan pencatatan waktu transaksi adalah real time. Pada kuartal IV tahun ini, BKDI juga akan membuka perdagangan perorangan. Dengan dibukanya transaksi perdagangan perorangan akan lebih memudahkan investor untuk bertransaksi.

Pada kesempatan yang sama, Head Market Control Center BKDI, Teddy DP.Sangeroki menyatakan, saat ini terdapat 4 komoditi yang diperdagangkan di BKDI. Komoditi tersebut adalah CPO, olain, emas, timah, “Pada emas, transaksinya dibagi menjadi 3 yaitu, Gold GR (gram) transaksi berdasarkan gram emas tersebut, Gold UD yaitu transaksi emas dalam dolar dengan kurs disesuaikan dengan kurs pada saat transaksi, dan yang terakhir Gold ID yaitu transaksi dalam dolar yang dipatok 1 dolar senilai Rp 10.000\", jelasnya.

Sehingga, dia menyatakan  jika melakukan transaksi dengan Gold ID, investor tidak perlu memusingkan nilai kurs, tetapi hanya fokus pada emas tersebut. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…