NERACA
Jakarta – Ditengah fluktuasinya indeks di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi pertimbangan bila investasi pasar saham modal melalui penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) sudah tidak lagi menjanjikan.
Kata pengamat pasar modal dari Universitas Pancasila, Agus Irfani, penawaran saham perdana dan investasi menjadi pilihan kecil bagi masyarakat saat ini. Alasannya, pasar tidak kondusif untuk menerima IPO, “Pasar memang sedang tidak bergairah dari data terakhir 17 saham emiten baru, 9 diantaranya jeblok. Lalu 4 saham naik dan sisanya stgnan,”ujarnya kepada Neraca di Jakarta kemarin.
Dia memperkirakan, situasi pasar yang tengah lesu saat ini akan terus berlanjut hingga lebaran. Kendatipun demikian, dirinya tidak dapat memastikan kapan persisnya pasar kembali pulih dari tekanan karena kondisi pasar sendiri yang sulit ditebak.“Agustus kemungkinan pasar mulai membaik, karena ini sifatnya temporer”, ujar dia.
Menurutnya, untuk membangkitkan gairah pasar modal perlu adanya perusahaan BUMN atau perusahaan swasta berkapitalisasi besar agar masuk ke pasar modal melalui IPO. Hal tersebut dinilai akan dapat menolong walau tidak maksimal.
Dirinya juga menuturkan, soal batasan persentase saham IPO sebesar 15%, dinilainya tidak akan memberikan dampak positif disaat pasar saham jeblok. Apalagi penarikan dana asing yang cukup besar karena investor spekulan, “Saat ini kebanyak investor kita lebih banyak yang ingin cari selamat saja,”tandasnya.
Sementara Kepala Riset dari PT Buana Capital, Alfred Nainggolan mengatakan, anjloknya pasar IPO tentunya menjadi risiko investasi dan hal ini tidak sepenuhnya disalahkan kepada BEI terkait beberapa emiten yang menunda IPO atau bahkan tidak sesuai target hasilnya, “Karena kondisinya saat ini pasar memang sedang bearish dan kalau IPO turun itu namanya resiko pasar,\"tegasnya.
Dia menjelaskan, IPO itu memang direncanakan oleh investor sekitar 6 hingga 1 tahun kebelakang dan termasuk untuk penentuan harga. Karena itu, seharusnya investor telah memahami peraturan sebelum masuk BEI, dimana BEI hanya sebagai fasilitator. \"Sedangkan underwriter itu hanya untuk membantu IPO mereka memberikan kisaran harga serta evaluasi tapi tetap yang tanggung jawab investor,”paparnya.
Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Samsul Hidayat pernah bilang, pihaknya tidak bertanggungjawab apabila harga saham suatu perusahaan yang listing mengalami penurunan. Pasalnya, suatu perusahaan yang akan melakukan IPO merupakan pilihan emiten bersama-sama dengan underwritter. \"Tidak ada tanggung jawab apapun yang harus ditanggung oleh BEI dalam hal harga saham suatu perusahaan yang listing turun,\" katanya.
Menurut dia, BEI hanya menerima jadwal yang sudah ditentukan sehingga pihaknya tidak bertanggung jawab apapun. Bahkan, Samsul berujar BEI tetap tidak akan bertanggung jawab meskipun pada saat pasar sedang bullish ataupun bearish. \"ini berlaku baik pada saat pasar sedang bullish maupun bearish,\" tambahnya. (nurul/slyke)
Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…
NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…
NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…
Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…
NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…
NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…