ANGGARAN BARU DITERIMA RP 9 MILIAR Kabupaten Cirebon Bakal Bangun Pasar Batik



Cirebon – Pesatnya perkembangan industri kerajinan batik di Kabupaten Cirebon, membuat perdagangan batik di wilayah ini semakin ramai. Tak pelak, Pemkab Cirebon akhirnya memutuskan untuk membangun pasar batik, yang di khususkan bagi pedagang  kalangan menengah ke bawah. Sementara sentra Batik Trusmi yang juga merupakan pusat Show Room Batik Cirebon, tetap berada dilokasi Trusmi Plered. Pasar batik ini rencananya, akan dibangun di bekas proyek Weru Megah Mall, Plered.

 

 NERACA

 

Diakui oleh Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR), Aan Setiawan, memang tahun ini pembangunan pasar batik di Kabupaten Cirebon, harus terealisasi. Pihak DCKTR sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) menyebutkan, anggarannya sendiri berasal dari Provinsi Jawa Barat. Sedangkan ajuannya sendiri awalnya sebesar Rp. 12 miliar.

 

“Memang anggarannya berasal dari bantuan provinsi. DCKTR disini hanya KPA-nya saja. Tapi sepertinya, anggaran yang kita terima hanya Rp 9 miliar. Saat ini masih dalam tahap ekspos, karena kita masih harus mendengar masukan dari berbagai pihak,” kata Aan kepada Harian Ekonomi NERACA di Cirebon, Selasa (7/6).

 

Pada bagian lain Aan menyebutkan, rencananya pembangunan pasar batik tersebut akan membuat sekitar 150-an kios, dengan ukuran 4 x 4 meter. Dari 150 kios tadi, 12 kios lainnya diperuntukan bagi perkantoran serta sarana penunjang pasar. Namun, rencana tersebut bisa saja berubah, karena saat ini masih hanrus banyak menampung aspirasi berbagai pihak.

 

“Tidak mudah menentukan berapa jumlah kios, karena kita harus menghiutung berapa jumlah pengrajin dan pedagang. Kami juga tidak sembarangan, karena harus mengadakan sharing dengan mereka, termasuk para pengrajin batik dan koperasi. Paling tidak, kami harus cermat menentukan berapa kuota tiap kios untuk setiap desanya,” ujar dia.

 

Sementara itu, Plt Kasie Bangunan DCKTR, Yedi Adi Priatna yang dihubungi Neraca secara terpisah, justru  mengungkapkan hal  berbeda. Menurutnya, dana yang diterima Pemkab Cirebon  untuk pembangunan pasar batik tersebut, hanya Rp 6 miliar. Namun hingga saat ini, Yedi mengaku belum tahu pasti, kapan rencana pembangunan tersebut dimuai.

 

 

 

Tender Konsultan

 

“Setahu saya, anggarannya hanya Rp 6 milliar, namun  saya tidak tahu pasti, kapan proyek ini akan berjalan. Tendernya pasti LPSE karena nilainya sangat besar. Kita baru  menyelesaikan tender konsultannya saja, sekitar bulan Februari lalu. Namun yang pasti, tahun ini sudah  terealisasi,” jelas Yedi.

 

Sementara itu,  pihak Disperindag Kabupaten Cirebon, menyambut baik rencana pembangunan pembangunan pasar batik tersebut. Kabid Industri di Disperindag Kab. Cirebon, Supardi menilai, sudah saatnya Kabupaten Cirebon mempunyai pasar batik sendiri, karena untuk membantu ekonomi pedagang batik golongan menengah ke bawah. Menurutnya, selama ini harga batik pada show room yang ada, harganya cukup mahal.

 

“Kami menyambut baik rencana pembangunan pasar batik ini. Siapa tahu, kesenjangan sosial antara pedagang batik kelas atas dan mengah ke bawah, akan terpecahkan. Lagi pula, kalau sudah ada pasar batik, besar kemungkinan industri batik Cirebon akan semakin dikenal,” kata Supardi.

 

Data di Disperindag Kab. Cirebon menyebutkan,  hingga tahun 2010  di Kab. Cirebon setidaknya  ada sekitar 323 unit usaha Batik. Usaha tersebut tersebar di beberapa sentra,  seperti sentra Trusmi, Kalibaru, Kalitengah, Panembahan serta sentra Ciwaringin. Namun karena sentra batik terbesar  berada di Wilayah Trsumi, maka batik Cirebon  lebih dikenal dengan istilah Batik Trusmi.

 

Data tersebut mencakup 160 unit usaha berada di sentra pengrajin Batik Terusmi, dan sisanya tersebar di sentra-sentra batik yang ada. Dari segi tenaga kerja, industri kerajinan Batik Trusmi ini memang cukup besar. Ada sekitar 3.518 tenaga kerja, yang setiap hari menggantungkan nasibnya pada insdustri kerajinan ini. Nilai investasinyapun cukup tinggi, yaitu sekitar Rp. 10.455.250 dengan nilai produksi yang mencapai pada kisaran angka Rp. 63.111.213. Sedangkan kapasitas produksinya bisa  mencapai 19.521 kodi per-tahunnya. 

BERITA TERKAIT

MenKopUKM Harapkan PLUT KUMKM Bangun Fondasi Anak Muda Kreatif Masuk Industrialisasi

NERACA Malang - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT…

PHE ONWJ Raih 3 Penghargaan Dalam Ajang Global CSR and ESG Awards 2024

NERACA Jakarta - Atas komitmen menginisiasi program pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup yang sustain, PHE ONWJ sabet tiga penghargaan…

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

NERACA Jakarta – PNM hadir pada forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG), ajang yang menjadi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

MenKopUKM Harapkan PLUT KUMKM Bangun Fondasi Anak Muda Kreatif Masuk Industrialisasi

NERACA Malang - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT…

PHE ONWJ Raih 3 Penghargaan Dalam Ajang Global CSR and ESG Awards 2024

NERACA Jakarta - Atas komitmen menginisiasi program pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup yang sustain, PHE ONWJ sabet tiga penghargaan…

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

NERACA Jakarta – PNM hadir pada forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG), ajang yang menjadi…