Produksi Jamur di Kuningan Turun 20 Persen

Kuningan –  Cuaca ekstrem yang melanda Indonesia saat ini tidak hanya berpengaruh terhadap aspek kesehatan namun ternyata berakibat fatal terhadap usaha budidaya sehingga tingkat produksinya saat ini menurun drastis dari biasanya.

Seperti yang dikeluhkan sejumlah pelaku usaha budidaya jamur tiram di Kabupaten Kuningan,  penurunan tingkat produksi akibat cuaca ekstrem saat ini mencapai 15 % hingga 20 %. Jika rata-rata produksi jamur tiram mencapai 1,40 kuintal perhari, dalam kondisi cuaca seperti ini hanya mampu memproduksi 1 kuintal saja.

“Kondisi ini sudah dialami Kami sejak Ramadhan lalu, akibat menurunnya produksi jamur, permintaan pasar terpaksa kurang terpenuhi, hanya seadanya saja. Padahal permintaan pasar selalu tinggi,” ujar Utar, salah seorang pembudidaya jamur tiram di Desa Windujanten Kecamatan Kadugede saat ditemui Harian Ekonomi Neraca, Selasa (20/19).

Dikatakannya, usaha jamur yang ditekuni sejak beberapa tahun lalu tidak pernah menngalami hal seperti itu. Tahun lalu saja, produksi jamur tiramnya bisa mencapai 2,30 kuintal perhari. Tetapi setelah cuaca tidak menentu, kelembaban kumbung (tempat membuat jamur) tidak menentu dan tingkat panasnya berkurang. Idealnya, jamur akan tumbuh dan berkembang pada suhu 18 derajat celcius. Tapi saat ini, suhu di dalam kumbung 23-25 derajat celcius. Proses pertumbuhan jamur akan lebih sulit jika suhu telah mencapai 35 derajat celcius.

Untuk mengatasi hal tersebut, pihaknya membangun kanal pada salah satu dari dua kumbung agar suhu di dalamnya tidak terlalu panas. Dengan maksud yang sama, kumbung lainnya dibuat cukup lembab melalui penyiraman air di sekitarnya. “Kalau biasanya sehari hanya disiram satu kali, sekarang ini sehari harus dua kali penyiraman,” ujarnya.

Namun ia mengakui, upaya tersebut belumlah optimal karena hanya berhasil menurunkan suhu hingga 20 derajat celcius. Alternatif lain yang lebih baik yakni dengan membuat pipa berisi air yang akan menurunkan hujan buatan di dalam kumbung. Hanya saja, akibat keterbatasan ruang dan biaya, Utar belum dapat mewujudkannya.

Penurunan produksi jamur tiram membuat pihaknya tak bisa memenuhi permintaan pasar yang mencapai 2 kuintal/hari. Di Kuningan, sekitar 50 orang membuka usaha budidaya jamur yang bersifat home industry. Meski dianggap potensial, pemda setempat rupanya belum melirik lebih jauh usaha ini. (nung)

BERITA TERKAIT

MenKopUKM Harapkan PLUT KUMKM Bangun Fondasi Anak Muda Kreatif Masuk Industrialisasi

NERACA Malang - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT…

PHE ONWJ Raih 3 Penghargaan Dalam Ajang Global CSR and ESG Awards 2024

NERACA Jakarta - Atas komitmen menginisiasi program pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup yang sustain, PHE ONWJ sabet tiga penghargaan…

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

NERACA Jakarta – PNM hadir pada forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG), ajang yang menjadi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

MenKopUKM Harapkan PLUT KUMKM Bangun Fondasi Anak Muda Kreatif Masuk Industrialisasi

NERACA Malang - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT…

PHE ONWJ Raih 3 Penghargaan Dalam Ajang Global CSR and ESG Awards 2024

NERACA Jakarta - Atas komitmen menginisiasi program pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup yang sustain, PHE ONWJ sabet tiga penghargaan…

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

NERACA Jakarta – PNM hadir pada forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG), ajang yang menjadi…