NERACA
Jakarta - Bank Pembangunan Daerah (BPD) tengah didorong bisa meningkatkan modal inti (tier-1) hingga Rp1 triliun untuk dapat meraih Regional Champion pada 2014 mendatang. Modal inti memang menjadi indikator utama bagi sebuah bank daerah untuk dapat berkompetisi di tengah ketatnya persaingan bisnis antarbank daerah.
Melalui kecukupan modal ini, maka BPD menjadi kuat dan mampu menopang bisnis secara ideal di daerahnya masing-masing. Langkah tersebut bisa di dapat melalui penambahan modal dari shareholder, melakukan initial public offering (IPO), memperkecil porsi divident pay out untuk shareholder dengan memperbesar laba ditahan, melakukan emisi obligasi subdebt, maupun melakukan merger atau akuisisi.
Terkait IPO, Kepala Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo menilai, saat ini investor masih belum tertarik membeli saham BPD. Oleh karena itu, apabila langkah ini dilakukan dengan tidak cermat dan tergesa-gesa, maka harga saham BPD bisa ditawarkan sangat murah kepada investor.
“Kita melihat BPD merupakan saham dengan kapitalisasi menegah ke bawah, saham sektor tersebut belum diminati. Maka dari itu, bagi yang belum listing saya masih khawatir bisa jadi harga yang di jual relatif rendah,” kata Satrio di Jakarta, Jumat (24/8) pekan lalu.
Selain itu , lanjut dia, jika berkaca dari BPD yang telah go public, saham mereka sejauh ini masih belum berkembang atau tidak bergerak. Hal ini tentunya, mengingatkan investor akan risiko dalam mengelola good corporate governance (GCG) BPD.
“Risiko terbesar yang dilihat dari BPD saat ini bagaimana pengelolaan GCG. Investor belum banyak tahu dan berpikir hati-hati untuk masuk dan membuat saham susah naik,” tegas Satrio. Dia juga menambahkan, saat ini bursa belum mempromosikan saham-saham lapis kedua atau emiten yang memiliki kapitalisasi menegah ke bawah.
“Otoritas hanya mempromosikan saham-saham unggulan. Yang terbaru peluncuran Indeks-30, padahal sudah ada Indeks LQ45,” jelasnya.
“Ngapain BPD berebut untuk IPO. Itu harusnya bukan menjadi prioritas bagi mereka. Yang perlu diwaspadai, dengan IPO mereka nantinya malah sibuk di kota, membuka kantor-kantor cabang di kota dan lalu malah lebih banyak membiayai proyek-proyek infrastruktur bernilai besar yang ada di kota. Ini harus diwaspadai,” tegas Bayu, beberapa waktu lalu.
Dia juga menghimbau agar BPD tidak memaknai proses IPO sebagai sebuah tujuan, melainkan alat untuk memperbesar potensi pembiayaan yang dilakukan di daerah. Pembangunan ekonomi di daerah, lanjut Bayu, dapat lebih berjalan mandiri dengan tidak hanya bergantung dari campur tangan pemerintah pusat. [ardhi]
Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…
NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…
NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…
Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…
NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…
NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…