Menjaga Momentum Pertumbuhan Pasar Modal di Tengah Krisis Global - Refleksi 35 Tahun Diaktifkannya Pasar Modal Indonesia

NERACA

Ahmad Nabhani

Jakarta – Seiring berjalannya waktu, tidak terasa industri pasar modal sudah memasuki usia ke-35, sebuah usia yang terbilang matang dan tidak muda lagi. Dalam perjalannya, industri pasar modal selalu dihadapkan dalam berbagai tantangan yang terus menggembleng kondisi psikologis para pelaku pasar dan termasuk didalamnya menimba banyak pengalaman. Namun tepat ditahun naga air ini, tantangan terberat industri pasar modal adalah melalui dampak melorotnya perekonomian dunia dari krisis ekonomi Eropa. Pasalnya, kekhawatiran krisis Yunani dan Spanyol saat ini akan menurunkan kinerja ekonomi Eropa dan Amerika, akibatnya terjadi penurunan harga saham di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Direktur Eksekutif Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo pernah bilang, krisis Eropa berdampak ke seluruh dunia termasuk Indonesia. “Yang terjadi selama 2012 itu kan dampaknya di pasar saham. Kenapa harga sahamnya turun? Investor asing melepas saham tidak hanya di Indonesia tapi juga di berbagai negara. Itu dampak yang terjadi,”katanya.

Perry mengatakan, sepanjang 2012 ini, arus modal asing yang masuk (inflow) ke pasar saham hanya sekitar Rp 2,8 triliun. Itu terjadi setelah kemarin terjadi reversal (pemutaran) namun, lanjut Perry, obligasi masih terjadi inflow.

Menurutnya, bila semua negara kawasan mengalami perlemahan ekonomi akibat dari krisis Eropa tersebut, maka BI sebagai bank sentral turut menjaga perekonomian Indonesia agar tidak seburuk dengan negara kawasan, misalnya di Asia Tenggara.

Maka guna menghadapi dampak krisis tersebut, lanjut Perry, Bank Indonesia sebagai bank sentral pun akan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan SBN di pasar sekunder. Lalu, BI juga akan mencoba untuk tambah pasokan di pasar valuta asing dengan Term Deposit valas,”Kami juga sedang menyiapkan langkah-langkah pengembangan untuk pasar derivatif di pasar valas," tambah Perry.

Meskipun sebagian pelaku pasar menyakini, pasar modal dalam negeri tahan banting terhadap krisis ekonomi Eropa, tetap saja sentimen negatif tersebut menghantui pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia. Asal tahu saja, hingga Agustus 2012 pertumbuhan bursa saham Indonesia tumbuh 8,45%. Jumlah tersebut tergolong masih kalah tinggi bila dibandingkan beberapa bursa saham lain di Asia dan dunia sehingga menempatkan Indonesia diurutan kelima.

Peringkat Kelima di Asia

Untuk di Asia, bursa saham Philipina tercatat sebagai bursa saham yang mengalami pertumbuhan paling besar, disusul Thailand, Singapore dan Malaysia. “Indeks Filipina jadi yang tertinggi sampai dengan 9 Agustus,” Kata Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), Ngalim Sawega.

Namun, sejauh ini pertumbuhan IHSG tergolong masih positif meskipun tidak lagi menempati urutan tertinggi seperti terjadi pada akhir tahun lalu dan akhir 2010. Sementara itu, dari sisi kapitalisasi pasar, pertumbuhan bursa saham Indonesia juga tidak terlalu mengesankan.

Kapitalisasi pasar IHSG hanya tumbuh 6,07% sampai dengan 9 Agustus 2012 sejak dibukanya perdagangan pada 2 Januari 2012. Pertumbuhan paling tinggi dicatatkan bursa saham Philipina sebesar 25,82%.

Menanggapi hasil tersebut, Direktur Utama BEI, Ito Warsito mengatakan, pertumbuhan bursa saham Indonesia kalah saing dibandingkan beberapa bursa lain di Asia, karena start dari posisi yang lebih tinggi dibandingkan bursa lainnya itu. “Karena kita start sudah beda. Mereka banyak yang start dari posisi minus, sehingga secara valuasi bursa Indonesia relatif lebih mahal. Tapi wajar saja karena kinerja emiten kita kan positif, rata-rata cetak laba,” ujar Ito.

Namun, secara jangka panjang, lanjut Ito, bursa saham Indonesia masih jauh unggul dibandingkan bursa saham lainnya di regional Asia. Terlebih jika diukur sejak akhir 2008 atau sejak krisis berakhir pada periode saat itu.

Pada akhir 2008, IHSG berada di level 1,355 dan mengalami pertumbuhan 205,6% ditutup di level 4,141.56 pada penutupan perdagangan 9 Agustus 2012 kemarin. “Sebenarnya secara jangka panjang bursa saham kita lebih prospektif,” tuturnya.

Lebih lanjut Ito menyebutkan, tantangan pasar modal ke depan adalah mempertahankan momentum pertumbuhan tersebut. Pertumbuhan tidak akan mengkerucut ke posisi teratas jika penilaiannya dibandingkan dengan negara-negara yang sudah berjalan lebih dulu."Tantangan riilnya adalah mempertahankan momentum pertumbuhan itu di tengan persaingan investasi dan bursa secara global," ungkapnya

Menurutnya hal yang perlu dilakukan untuk mempertahankan pertumbuhan tersebut dengan cara meningkatkan jumlah emiten, mengedukasi investor dan calon investor serta melakukan evaluasi terhadap emiten-emiten yang keluar dari jalur aturan bursa Indonesia. Bahkan Ito secara tegas mengatakan, bila emiten sudah tidak memenuhi syarat akan didelisting agar emiten mematuhi aturan yang ada dan termasuk saat IPO.

Tingkatkan Investor Ritel

Tuntutan industri pasar modal meningkatkan kualitas dan tidak hanya kuantitas, menjadi agenda utama BEI. Salah satu langkah yang dilakukan adalah meningkat investor ritel pasar modal. Alasannya, investor ritel lokal diyakini tahan terhadap goncangan jika terjadi fluktuasi pasar di tengah krisis Eropa.

Direktut IT BEI Adikin Basirun mengatakan, investor ritel adalah penyeimbang dari jumlah investor institusi yang ada, terutama sebagai bentuk ketahanan mencegah jika ada goncangan pasar. “Kalau investor luar dan apalagi institusi, bila ada apa-apa mereka bisa saja langsung keluar,"ungkapnya.

Menurutnya, saat ini komposisi investor yang bermain di pasar modal Indonesia adalah 60 : 40. Artinya, 60% investor berasal dari luar dan 40% investor lokal. Oleh karena itu, hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi BEI agar kedepannya, komposisi investor lokal bisa lebih banyak dan minimal 50: 50 agar ketahanannya bisa lebih baik.

Kata Adikin, untuk menjaring semakin banyaknya investor ritel tidaklah mudah. Pasalnya, dibutuhkan sistem pemasaran yang lebih baik agar jumlahnya terus bertambah. "Sekarang pertaruhan bagaimana AB untuk follow up. Kalau sosialisasi dan antusisasme tinggi, tapi kalau tidak di follow up akan masuk ke investasi lain yang lebih agresif dalam menawarkan produknya," ujarnya.

Selain itu, dia juga mengungkapkan keoptimisannya terhadap pasar modal Indonesia yang mampu bersaing ditingkat dunia bertepatan dengan usianya yang menginjak usia 35 tahun. Harapan lainnya adalah agar investor semakin meningkatkan nilai investasinya dan semakin tertarik ke dunia investasi. "Kalau dilihat investasi menjadi tulang punggung pembangunan di Indonesia. Jadi investasi ini bukan hanya di produk perbankan kemudian di komoditi, sudah saatnya di bidang equtiy, obligasi dan juga turunannya," jelasnya.

PT Bursa Efek Indonesia mengakui sulit mendongkrak jumlah investor domestik dalam menguasai industri pasar modal dalam negeri, kendatipun saat ini tren kepemilikan saham asing turun menjadi 60% dibanding sebelumnya 70%.

Sebelumnya, Direktur Pengawasan Anggota Bursa BEI Uriep Budhiprasetyo pernah bilang, komposisi jumlah investor domestik harus lebih besar dibandingkan asing. Alasannya, agar bursa saham Indonesia tidak mudah disetir oleh investor asing,”Idealnya komposisi investor itu 70% untuk investor lokal dan 30% asing, bagus untuk menahan pasar saham kita agar tidak terlalu didikte asing,”ungkapnya.

Pihaknya pun berharap agar investor institusi, seperti dana pensiun dan asuransi dapat diperluas untuk berinvestasi di pasar modal. Meski jumlah investor asing masih mendominasi di pasar modal, persentase jumlah investor lokal terus meningkat.

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (BEI), aset oleh investor asing terhadap total aset mencapai 54,04% per Juni 2012 dibandingkan Juni 2011 sebesar 59%. Sementara itu, aset oleh investor domestik mencapai 45,96% per Juni 2012 dibandingkan Juni 2011 sekitar 40%.

Sementara komposisi aset lokal itu meningkat dibanding posisi 12 Desember 2011 yang sebesar Rp1.020,774 (44,64%), sementara investor asing menurun menjadi Rp1.265,410 triliun (55,35%).

 

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…