Larangan Ekspor Rotan Berbuah Manis - Daya Saing Industri Mebel Makin Meningkat

NERACA

 

Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim, kebijakan larangan ekspor rotan mulai menunjukkan hasil positif berupa permintaan buyers baru ke pelaku industri mebel rotan nasional. Kebijakan larangan ekspor yang tertuang dalam Permendag No 35/2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan membuat ekspor rotan dalam tiga bulan terakhir naik 36%.

"Dalam tiga bulan pertama tahun ini ekspor mebel rotan sudah naik 36%," ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam kunjungan kerja  ke sejumlah industri di Kudus, Jawa Tengah, seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Neraca, Selasa (5/6).

Oleh karena itu, Hidayat menegaskan kebijakan pelarangan ekspor rotan akan terus dilanjutkan untuk meningkatkan daya saing produk mebel, khususnya yang berbasis rotan. Untuk mengatasi masalah selama masa adaptasi terhadap kebijakan yang diluncurkan November tahun lalu itu, pemerintah dalam hal ini Kemenperin telah berupaya mendirikan sentra industri mebel rotan di sentra produksi rotan, seperti Katingan, Kalimantan Tengah.

Menperin mengatakan ada dua cara yang akan dilakukan untuk membantu petani pengumpul rotan yaitu produksi mebel dan kerajinan lokal di daerah tersebut dikirim secara terurai atau knock down ke Pulau Jawa sebagai pasar terbesar. Kedua meminta pengusaha lokal membeli bahan baku rotan tersebut dan membuatnya menjadi rotan setengah jadi yang kemudian dikirim  ke Pulau Jawa untuk diproses lebih lanjut. "Kami mengimbau swasta, para pelaku industri rotan membuat skema pendanaan untuk membeli rotan dari para petani pengumpul," katanya.

Hidayat mengatakan industri rotan memiliki daya saing komparatif yang tinggi karena Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 90%. Berdasarkan data Kementerian Kehutanan (annual allowable cut, ACC) 2012 produksi rotan Indonesia sebesar 143.120 ton. Tahun lalu ekspor mebel dan kerajinan rotan mencapai US$168,411 juta dari 590 unit usaha.

Sementara itu Direktur Pelaksana PT Qudos Istana Furniture Yopi Susanto mengatakan sudah ada permintaan mebel rotan dari buyers baru yang berasal dari Eropa, antara lain berupa seperangkat tempat tidur, mebel, dan kerajinan rotan. Diperkirakan kini China yang menjadi pesaing mebel rotan di pasar internasional tengah kekurangan bahan baku rotan, sehingga para buyer mengalihkan pesanan ke Indonesia. "Nampak kabar pelarangan ekspor rotan sudah diketahui buyers sehingga mereka mulai menjajaki permintaan ke Indonesia," ujarnya.

Pabrik Rokok

Selain mengunjungi pabrik mebel, Menperin juga mengunjungi pabrik rokok kretek tangan (SKT) dan sigaret kretek mesin (SKM) PT Djarum, dan pabrik elektronik PT Hartono Istana Teknologi, serta industri kertas berharga PT Pura. Pada kesempatan tersebut Menperin juga menegaskan industri rokok akan tetap dipertahankan karena menyerap tenaga kerja, penghasil pendapatan cukai yang besar tahun lalu sebesar Rp77 triliun, dan memiliki dampak berantai dari hulu ke hilir. Kendati demikian, Menperin juga menegaskan pengembangan industri tersebut tetap akan mempertimbangkan rekomendasi Kementerian Kesehatan dan WHO.

Dia juga meminta industri elektronik lokal seperti PT Hartono Istana Teknologi yang memproduksi barang elektronik dengan merek Polytron terus meningkatkan R&D agar semakin bisa bersaing tidak hanya di pasar domestik tapi juga ekspor. Produksi Polytron sebesar 95% untuk pasar domestik dan hanya 5 persen ekspor, antara lain ke Thailand, Myanmar, Bangladesh, Spanyol, Arab Saudi, Srilanka, dan Philipina. PT Hartono Istana Teknologi memproduksi barang elektronik konsumsi, seperti lemari es, mesin cuci, televisi LCD, dan audio.

Selain itu Menperin juga mengatakan, untuk melindungi pasar dalam negeri, pihaknya akan mengeluarkan ketentuan SNI wajib bagi barang elektronik yang telah memiliki kompetensi tinggi di Indonesia. Saat ini Kemenperin telah menerapkan SNI wajib untuk pompa air, setrika listrik, dan televisi tabung (CRT). Selain itu, Kemenperin juga tengah menyusun SNI wajib untuk 37 produk elektronik konsumsi, di samping penguatan balai besar bahan dan barang teknik (BP4T) serta balai riset dan standarisasi (Baristan) Surabaya untuk uji lab barang elektronik.

BERITA TERKAIT

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

BERITA LAINNYA DI Industri

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…