Darurat Internasional Corona

Darurat Internasional Corona
Penyebaran virus corona yang terdeteksi positif mencapai 7.818 kasus secara global di 18 negara dengan bertambahnya tiga negara. Tiga negara yang masing-masing melaporkan satu kasus positif adalah Finlandia, India, dan Filipina dengan keseluruhan kasus memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan.
Neraca 
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa wabah virus corona di China saat ini melahirkan darurat kesehatan masyarakat atas keprihatinan internasional. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengumumkan keputusan itu setelah sidang Komisi Darurat, sebuah panel para ahli independen di tengah meningkatnya bukti penyebaran virus ke 18 negara.
Tedros mengatakan dalam konferensi pers di Jenewa bahwa pekan-pekan belakangan ini memperlihatkan sebuah persebaran yang luar biasa yang dihadapi dengan tanggapan yang luar biasa. "Izinkan saya menjelaskan, pengumuman ini bukan merupakan pemungutan suara tanpa kepercayaan di China," katanya.
"Keprihatinan terbesar kami adalah potensi virus itu menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah," tambahnya.
Panel WHO, yang diketuai Didier Houssin dari Prancis, terdiri atas 16 para ahli independen.
Beberapa pekan lalu para ahli itu memutuskan tak mengumumkan keadaan darurat saat mereka mencari informasi lebih banyak dari China dan menunggu bukti tentang penyebaran virus dari manusia ke manusia yang terkonfirmasi dari negara-negara lain, sehingga memenuhi kriteria mereka untuk menyatakan darurat global.
Deklarasi darurat global mendorong rekomendasi bagi semua negara berupaya mencegah atau mengurangi penyebaran penyakit lintas batas, seraya menghindarkan campur tangan yang tak perlu dalam perdagangan dan perjalanan.
Hal ini mencakup rekomendasi sementara bagi otoritas kesehatan nasional seluru dunia yang mencakup mempercepat langkah-langkah pemantauan, persiapan dan penanganan.
Meski WHO tak punya otoritas legal untuk memberikan sanksi pada negara-negara, badan itu dapat meminta pemerintah untuk memberikan pembenaran ilmiah untuk pembatasan setiap perjalanan dan perdagangan yang mereka terapkan dalam kejadian darurat internasional.
Yang jelas, penyebaran virus corona yang terdeteksi positif mencapai 7.818 kasus secara global di 18 negara dengan bertambahnya tiga negara, sebut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 30 Januari 2020. Berdasarkan data resmi WHO terkait laporan situasi virus corona tipe baru atau novel coronavirus (2019-nCoV) yang dikutip di Jakarta, sebanyak 7.736 kasus positif terjadi di China, 1.370 orang mengalami gangguan kesehatan serius, 170 orang meninggal, dan 12.167 lainnya diduga terjangkit virus tersebut.
Sementara virus corona semakin meluas di luar China dari 68 kasus di 15 negara menjadi 82 kasus di 18 negara. Tiga negara yang masing-masing melaporkan satu kasus positif adalah Finlandia, India, dan Filipina dengan keseluruhan kasus memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan.
Finlandia adalah negara Eropa ketiga yang melaporkan kasus tersebut setelah Prancis dan Jerman.
Beberapa negara yang melaporkan penambahan kasus adalah Jepang dari tujuh kasus menjadi 11 kasus, Singapura dari tujuh menjadi 10 kasus, Malaysia dari empat menjadi tujuh kasus, dan Prancis dari empat menjadi lima kasus.
Negara lainnya dengan kasus positif virus corona yang jumlahnya tetap adalah Korea Selatan (4), Vietnam (2), Kamboja (1), Thailand (14), Nepal (1), Sri Lanka (1), Amerika Serikat (5), Kanada (3), Jerman (4), dan Uni Emirat Arab (4).
Dari seluruh kasus virus corona di luar China, hampir seluruhnya memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan. Dari 82 kasus positif tersebut sebanyak dua orang melakukan perjalanan ke China yang lokasinya belum diketahui, dan empat orang tidak memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan atau China sama sekali.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono sebelumnya mengkonfirmasi data yang menyebutkan sebanyak 51 orang di Wuhan yang terjangkit virus tersebut telah sembuh.
Namun dari orang yang kembali sehat tersebut belum diketahui penyebab kesembuhannya secara pasti apakah karena imunitas atau daya tangkal terhadap virus.
Kemampuan Indonesia
Sementara itu, Kementerian Kesehatan memastikan Indonesia memiliki kemampuan dalam mendeteksi virus corona tipe baru atau novel coronavirus (2019-nCov) sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "WHO sudah mengeluarkan check list dan sudah disetujui juga, Indonesia sudah mempunyai kemampuan untuk mendeteksi virus corona ini," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan Kemenkes Vivi Setiawaty di Jakarta.
Ia menyatakan hal tersebut untuk menjawab kesangsian sejumlah pihak terhadap kemampuan laboratorium pemerintah Indonesia dalam mendeteksi novel coronavirus yang menyebabkan Indonesia belum terdapat kasus positif penyakit tersebut.
Vivi menerangkan bahwa saat kasus kejadian luar biasa virus corona tipe baru terjadi di China, WHO telah menerbitkan tata cara dan hal-hal teknis yang diperlukan untuk mendeteksi penyakit baru tersebut. Dari daftar yang telah diterbitkan WHO, Indonesia telah memenuhi seluruh standarnya dan disetujui oleh WHO. "Laboratorium milik Balitbang Kesehatan Kemenkes telah mendapatkan akreditasi dari WHO dan bisa mendeteksi virus corona sejak pertama kali muncul pada 2005," ujar Vivi.
Laboratorium Balitbang Kesehatan telah melakukan uji virus flu burung pada 2005 sehingga alat yang dibutuhkan untuk memeriksa virus corona sudah ada sejak lama.
Vivi mengatakan hingga saat ini Balitbang Kesehatan telah menerima 30 sampel sputum (dahak) dan swab untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus corona tipe baru di Indonesia.
Ia menyebut hasil dari uji laboratorium terkait virus corona tipe baru bisa didapatkan kurang lebih dalam waktu dua hari. (ant)

 

Penyebaran virus corona yang terdeteksi positif mencapai 7.818 kasus secara global di 18 negara dengan bertambahnya tiga negara. Tiga negara yang masing-masing melaporkan satu kasus positif adalah Finlandia, India, dan Filipina dengan keseluruhan kasus memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan.


Neraca 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa wabah virus corona di China saat ini melahirkan darurat kesehatan masyarakat atas keprihatinan internasional. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengumumkan keputusan itu setelah sidang Komisi Darurat, sebuah panel para ahli independen di tengah meningkatnya bukti penyebaran virus ke 18 negara.

Tedros mengatakan dalam konferensi pers di Jenewa bahwa pekan-pekan belakangan ini memperlihatkan sebuah persebaran yang luar biasa yang dihadapi dengan tanggapan yang luar biasa. "Izinkan saya menjelaskan, pengumuman ini bukan merupakan pemungutan suara tanpa kepercayaan di China," katanya.

"Keprihatinan terbesar kami adalah potensi virus itu menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah," tambahnya.

Panel WHO, yang diketuai Didier Houssin dari Prancis, terdiri atas 16 para ahli independen.

Beberapa pekan lalu para ahli itu memutuskan tak mengumumkan keadaan darurat saat mereka mencari informasi lebih banyak dari China dan menunggu bukti tentang penyebaran virus dari manusia ke manusia yang terkonfirmasi dari negara-negara lain, sehingga memenuhi kriteria mereka untuk menyatakan darurat global.

Deklarasi darurat global mendorong rekomendasi bagi semua negara berupaya mencegah atau mengurangi penyebaran penyakit lintas batas, seraya menghindarkan campur tangan yang tak perlu dalam perdagangan dan perjalanan.

Hal ini mencakup rekomendasi sementara bagi otoritas kesehatan nasional seluru dunia yang mencakup mempercepat langkah-langkah pemantauan, persiapan dan penanganan.

Meski WHO tak punya otoritas legal untuk memberikan sanksi pada negara-negara, badan itu dapat meminta pemerintah untuk memberikan pembenaran ilmiah untuk pembatasan setiap perjalanan dan perdagangan yang mereka terapkan dalam kejadian darurat internasional.

Yang jelas, penyebaran virus corona yang terdeteksi positif mencapai 7.818 kasus secara global di 18 negara dengan bertambahnya tiga negara, sebut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 30 Januari 2020. Berdasarkan data resmi WHO terkait laporan situasi virus corona tipe baru atau novel coronavirus (2019-nCoV) yang dikutip di Jakarta, sebanyak 7.736 kasus positif terjadi di China, 1.370 orang mengalami gangguan kesehatan serius, 170 orang meninggal, dan 12.167 lainnya diduga terjangkit virus tersebut.

Sementara virus corona semakin meluas di luar China dari 68 kasus di 15 negara menjadi 82 kasus di 18 negara. Tiga negara yang masing-masing melaporkan satu kasus positif adalah Finlandia, India, dan Filipina dengan keseluruhan kasus memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan.

Finlandia adalah negara Eropa ketiga yang melaporkan kasus tersebut setelah Prancis dan Jerman.

Beberapa negara yang melaporkan penambahan kasus adalah Jepang dari tujuh kasus menjadi 11 kasus, Singapura dari tujuh menjadi 10 kasus, Malaysia dari empat menjadi tujuh kasus, dan Prancis dari empat menjadi lima kasus.

Negara lainnya dengan kasus positif virus corona yang jumlahnya tetap adalah Korea Selatan (4), Vietnam (2), Kamboja (1), Thailand (14), Nepal (1), Sri Lanka (1), Amerika Serikat (5), Kanada (3), Jerman (4), dan Uni Emirat Arab (4).

Dari seluruh kasus virus corona di luar China, hampir seluruhnya memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan. Dari 82 kasus positif tersebut sebanyak dua orang melakukan perjalanan ke China yang lokasinya belum diketahui, dan empat orang tidak memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan atau China sama sekali.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono sebelumnya mengkonfirmasi data yang menyebutkan sebanyak 51 orang di Wuhan yang terjangkit virus tersebut telah sembuh.

Namun dari orang yang kembali sehat tersebut belum diketahui penyebab kesembuhannya secara pasti apakah karena imunitas atau daya tangkal terhadap virus.


Kemampuan Indonesia


Sementara itu, Kementerian Kesehatan memastikan Indonesia memiliki kemampuan dalam mendeteksi virus corona tipe baru atau novel coronavirus (2019-nCov) sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "WHO sudah mengeluarkan check list dan sudah disetujui juga, Indonesia sudah mempunyai kemampuan untuk mendeteksi virus corona ini," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan Kemenkes Vivi Setiawaty di Jakarta.

Ia menyatakan hal tersebut untuk menjawab kesangsian sejumlah pihak terhadap kemampuan laboratorium pemerintah Indonesia dalam mendeteksi novel coronavirus yang menyebabkan Indonesia belum terdapat kasus positif penyakit tersebut.

Vivi menerangkan bahwa saat kasus kejadian luar biasa virus corona tipe baru terjadi di China, WHO telah menerbitkan tata cara dan hal-hal teknis yang diperlukan untuk mendeteksi penyakit baru tersebut. Dari daftar yang telah diterbitkan WHO, Indonesia telah memenuhi seluruh standarnya dan disetujui oleh WHO. "Laboratorium milik Balitbang Kesehatan Kemenkes telah mendapatkan akreditasi dari WHO dan bisa mendeteksi virus corona sejak pertama kali muncul pada 2005," ujar Vivi.

Laboratorium Balitbang Kesehatan telah melakukan uji virus flu burung pada 2005 sehingga alat yang dibutuhkan untuk memeriksa virus corona sudah ada sejak lama.

Vivi mengatakan hingga saat ini Balitbang Kesehatan telah menerima 30 sampel sputum (dahak) dan swab untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus corona tipe baru di Indonesia.

Ia menyebut hasil dari uji laboratorium terkait virus corona tipe baru bisa didapatkan kurang lebih dalam waktu dua hari. (ant)

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…