NERACA
Dalam seminar yang digelar Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan USAID-IUWASH di Hotel Ambhara Kamis (11/4), Direktur Utama PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Nanang Widyatmoko memaparkan makalah berjudul Permasalahan Pelaksanaan Kerjasama B to B dan Cost Benefit Analysis Penggantian Pompa.
Dia mengatakan dari pengalamannya mengganti pompa di instalasi pengolahan air minum, pihaknya membeli pompa berikut elektromotor dan panel seharga Rp 457,72 juta. Dengan mengganti pompa itu, maka penurunan daya yang dapat dilakukan adalah sebesar 80 kW. Sedangkan penurunan energi per bulan 80 x 24 x 30 = 57.600 kWh. Pengurangan biaya energi per bulan adalah 57.600 x Rp 800 = Rp 46,08 juta. Berarti waktu balik modal (break even point/BEP) Rp 457,72 juta / Rp 46,08 juta= sekitar 10 bulan.
Menurut Nanang, pola lain yang sebenarnya bisa dilakukan adalah dengan performance based contract (PBC). PBC adalah suatu kontrak kerjasama di mana penyedia jasa menanggung pendanaan awal proyek dengan sistem pembayaran berdasarkan kinerja dalam jangka waktu tertentu.
Pada 2006, PDAM Surya Sembada Kota Surabaya bekerjasama dengan ESP-USAID merencanakan proyek Optimalisasi Pemakaian Energi Listrik di IPAM Ngagel I dengan Sistem Performance Base.
“Proyek gagal dilaksanakan karena tidak terdapai titik temu mengenai “risiko ++” antara PDAM dengan calon penyedia jasa,” katanya.
Dia mengatakan adanya beberapa kendala dalam PBC. Kemungkinan yang dapat terjadi dalam PBC a.l. produksi normal dan target tercapai, produksi normal tetapi target performa tidak tercapai. Sedangkan “risiko ++” yang dimaksudkannya adalah produksi normal tetapi performa menurun, produksi tidak normal tetapi target performa tercapai, produksi tidak normal dan target performa tidak tercapai atau produksi tidak normal dan performa menurun.
Nanang mengatakan pemecahan kendala PBC adalah dengan mencegah “risiko ++” dengan membuat batasan-batasan lingkup pekerjaan dan perlu dilakukan studi awal untuk menentukan batasan-batasan tersebut.
Dia mengatakan tantangan yang dihadapi oleh PDAM Surya Sembada adalah melakukan berbagai langkah efisiensi di IPAM Ngagel I agar dapat sejajar dengan IPAM lainnya.
“Jika specific energi consumption IPAM Ngagel I sudah setara dengan IPAM Ngagel II, maka bisa diperoleh penurunan pemakaian energi 1,63 juta kWh dan mengurangi biaya energi Rp 1,3 miliar per tahun,” tuturnya.
Menurut Direktur USAID Indonesia Glenn Anders, USAID-IUWASH membantu peningkatan kinerja dari 34 PDAM di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah mendukung inisiatif Kementerian Pekerjaan Umum- Ditjen Cipta Karya untuk memberikan pemahaman tentang efisiensi energi dalam konteks peningkatan kinerja. Selanjutnya USAID-IUWASH akan mendorong PDAM yang menjadi mitranya untuk menerapkan efisiensi energi.
Pada 2012, katanya, USAID-IUWASH akan memusatkan perhatian untuk mendorong perbaikan kinerja operasional PDAM dengan memberikan dukungan audit efisiensi energi untuk lima PDAM yaitu Kab. Karawang, PDAM Kota Semarang, dan PDAM Kota Surakarta dan PDAM Lamongan. (agus)
Jurus Jitu Selamatkan UMKM Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…
Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…
Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…
Jurus Jitu Selamatkan UMKM Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…
Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…
Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…