Menkop Harap Petani Kopi Perkuat Kelembagaan Dengan Berkoperasi

Menkop Harap Petani Kopi Perkuat Kelembagaan Dengan Berkoperasi  

NERACA

Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan, dengan memperkuat organisasi petani kopi dalam bentuk koperasi, maka dapat mempermudah petani memperoleh akses ke pembiayaan. Selain itu, koperasi petani dapat memperkuat posisi tawar petani kepada off-taker.

"Asalkan dikonsep dengan baik, kopi lokal mampu bersaing", kata Teten dalam acara Diskusi Kopi (Disko) bertema "Mempromosikan Bisnis Model yang Lebih Baik untuk Kegiatan Replanting Tanaman Kopi oleh Petani Kopi”, yang diselenggarakan Sustainable Coffee Platform of Indonesia (Scopi) bekerjasama dengan  yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) Indonesia, di Jakarta, Kamis (30/1).

Selain mengkonsolidasikan petani perorangan menjadi lembaga (koperasi), Teten juga akan mengkonsolidasikan lahan petani dari tanah sempit menjadi 100 hektar. "Di samping konsolidasi kementerian dan lembaga serta konsolidasi pembiayaan. Ini yang akan diterapkan untuk pengembangan petani kopi di seluruh Indonesia", kata Menkop.

Tantangan berikutnya, ada pada bagian hulu. Sehingga, Kementerian Koperasi dan UKM mendorong kemitraan hulu-hilir berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mempertahankan dalam meningkatkan produktivitas dan produksi kopi nasional.

Bagi Teten, sudah saatnya kita meningkatkan produktifitas kopi melalui replanting tanaman kopi dengan konsep agroforestry agar tercipta suplai kopi yang berkelanjutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani kopi sekaligus pelestarian alam.

"Tapi sekali lagi saya menekankan, upaya ini harus diawali dengan penguatan kelembagaan ekonomi petani kopi melalui koperasi. Agar usahanya berskala dan efisien,” tegas Teten.

Manfaat koperasi bagi petani, Teten menekankan bahwa petani harus fokus menanam, sedangkan koperasi yang akan menyiapkan bibit kopi unggulnya agar lebih produktif."Koperasi harus punya shelter pengolahan kopi, sehingga proses dari hulu ke hilir bernilai lebih bagi koperasi", ujar Teten.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pengurus Scopi Irvan Helmi mengungkapkan, kurang lebih 96% produksi kopi di Indonesia, sekitar 96% diantaranya berasal dari perkebunan yang dimiliki petani dengan produktivitas yang rendah, yaitu berkisar 700 kilogram per hektar.

"Rendahnya produktivitas ini dipengaruhi banyak faktor. Misalnya, minimnya akses ke pengetahuan untuk melakukan Good Agricultural Practices (GAP) dan penanganan pascapanen, akses ke pasar, dan akses ke pembiayaan", ucap Irvan.

Menurut Irvan, tantangan terbesar dalam upaya peningkatan produktivitas kopi Indonesia saat ini berada di bagian hulu, dimana hampir 50% pohon kopi di Indonesia sudah mencapai usia 50 tahun ke atas dan tergolong tidak produktif."Untuk itu, diperlukan kegiatan replanting/penanaman kembali", tandas Irvan.

Sebagai organisasi nirlaba yang berbadan hukum dalam bentuk perkumpulan yang peduli terhadap pengembangan kopi di Indonesia, Sustainable Coffee Platform of Indonesia (Scopi) berupaya untuk merangkul berbagai para pemangku kepentingan kunci untuk kolaborasi antara Scopi dan para stakeholder sangat diperlukan untuk menjawab tantangan perkopian saat ini."Salah satu wadah kegiatan yang diinisiasi Scopi adalah melalui acara Diskusi Kopi (DISKO) ini", tukas Irvan.

Melalui kegiatan ini, Irvan berharap dapat terhimpun aspirasi dan masukan secara kolektif mengenai bisnis model replanting yang lebih baik dan dapat diterapkan di Indonesia.“Tanpa perlu merambah hutan atau alih fungsi lahan menjadi perkebunan kopi, Indonesia sudah bisa meningkatkan produktivitasnya melalui program replanting atau penanaman kembali”, jelas Irvan.

Irvan menambahkan, luas lahan perkebunan kopi di Indonesia sangatlah luas jika dibandingkan dengan luas lahan perkebunan kopi di Vietnam. Namun, dari segi produktivitas, kopi Indonesia masih di bawah Vietnam."Apa yang salah? Hampir keseluruhan tanaman kopi kita sudah tua dan sudah tidak produktif. Program replanting ini merupakan langkah yang tepat untuk meningkatkan produktivitas kopi kita di masa yang akan datang", pungkas Irvan. Mohar/Rin

 

BERITA TERKAIT

Keren! UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang sebagai Memory of the World Asia Pacific

NERACA Padang - Arsip Pabrik Indarung I PT Semen Padang dari tahun 1910-1972, resmi ditetapkan sebagai Memory of the World…

KemenKopUKM Gelar Rakor Jaring Masukan Untuk Kebijakan Pengembangan KUMKM

NERACA Biak Numfor, Papua - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) untuk menjaring masukan dalam upaya pengembangan…

Stafsus PUPR: Banyak Manfaat Ekonomi bagi RI dalam Ajang WWF ke-10

  NERACA BALI — Stafsus Kemen PUPR mengungkapkan banyak manfaat ekonomi bagi Indonesia salam ajang World Water Forum (WWF) ke-10…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Keren! UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang sebagai Memory of the World Asia Pacific

NERACA Padang - Arsip Pabrik Indarung I PT Semen Padang dari tahun 1910-1972, resmi ditetapkan sebagai Memory of the World…

KemenKopUKM Gelar Rakor Jaring Masukan Untuk Kebijakan Pengembangan KUMKM

NERACA Biak Numfor, Papua - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) untuk menjaring masukan dalam upaya pengembangan…

Stafsus PUPR: Banyak Manfaat Ekonomi bagi RI dalam Ajang WWF ke-10

  NERACA BALI — Stafsus Kemen PUPR mengungkapkan banyak manfaat ekonomi bagi Indonesia salam ajang World Water Forum (WWF) ke-10…