Regulator Terapkan Strategi Pendorong Industri Mamin

 

NERACA

Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong laju pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin). Di tengah harga komoditas dan mineral yang sedang mengalami tekanan, Kemenperin menargetkan pertumbuhan industri makanan dan minuman yang optimal hingga akhir tahun 2019.

"Pada TW III - 2019, pertumbuhan industri mamin sudah mulai bagus dengan angka 7,72%. Sedangkan  pertumbuhan sektor ini sepanjang Januari-September sebesar 7,9%,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim di Jakarta, Senin (11/11).

Dirjen Industri Agro menegaskan, pihaknya sudah menyiapkan berbagai strategi dalam tiga bulan terakhir di tahun 2019, agar pertumbuhan industri mamin meningkat hingga di atas 8% pada akhir 2019 serta memiliki daya saing. Salah satunya dengan meningkatkan produksi.

“Hari Raya Natal juga diharapkan menjadi pemicu pertumbuhan industri makanan dan minuman, karena biasanya ada kebutuhan dalam acara perayaan Natal itu,” ujarnya.

Rochim mengatakan, target jangka panjang Kemenperin adalah meningkatnya pertumbuhan industri mamin agar mampu stabil di atas level 9%. Untuk mengimplementasikan target tersebut, pemerintah mendorong ketersediaan bahan baku agar industri mamin dapat terus berproduksi.

Kemudian, dalam hal pemasaran, Kemenperin menganggarkan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan ekspor pada tahun 2020. “Di antaranya fasilitasi temu bisnis dan promosi pada pameran berskala internasional serta fasilitasi pelatihan ekspor (export coaching) bagi pelaku usaha di sektor industri agro,” jelasnya.

Selain itu, salah satu bentuk dukungan peningkatkan ekspor sektor mamin adalah dengan mendorong para pelaku usaha untuk ikut serta dalam pameran berskala internasional seperti pameran SIAL Interfood Expo 2019 yang diselenggarakan pada 13 -16 November 2019 di JIEXPO Kemayoran, DKI Jakarta. 

“Ajang SIAL Interfood Expo 2019 diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan ekspor produk makanan dan minuman untuk mendukung Indonesia sebagai industri makanan dan minuman terkemuka di ASEAN,” terangnya.

SIAL Interfood Expo 2019 diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan industri mamin di Tanah Air. Dengan diikuti oleh lebih dari 880 perusahaan yang berasal dari 30 negara di Timur Tengah, Australia, Asia Tenggara, India, Pakistan, maupun Asia Timur, Eropa, dan Amerika, pameran yang merupakan bagian dari Salon International de I’alimentation (SIAL) Network tersebut berperan strategis dalam mempertemukan produsen dan buyer, serta menjadi pintu gerbang untuk ekspor produk mamin Tanah Air.

Rochim menambahkan, SIAL Interfood Expo 2019 juga dapat dimanfaatkan pelaku industri mamin untuk memamerkan inovasi produk dan teknologinya, terutama yang terkait industri 4.0, seperti augmented reality, smart factory, smart packaging, ataupun smart distribution. “Terlebih, Indonesia akan menjadi Official Partner Country Hannover Messe 2020, kami harap para pelaku industri mamin juga dapat berpartisipasi dalam pameran industri terbesar di dunia tersebut,” jelas Rochim.

Untuk meningkatkan peningkatan daya saing dan ekspor pada sektor mamin, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan pendukung berupa insentif fiskal untuk menarik investasi, di antaranya tax holiday, tax allowance, serta bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP).

Tax Holiday seperti dituangkan dalam PMK 150/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan dapat diberikan kepada industri-industri agro pionir, seperti industri green diesel, green gasoline, green avtur, atau bioethanol. Sedangkan Tax Allowance dapat diberikan kepada investasi baru atau perluasan yang memenuhi kriteria umum sesuai PP 9/2016, antara lain yang memiliki nilai investasi tinggi atau untuk ekspor, menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, serta memiliki kandungan lokal tinggi.

Industri makanan serta industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya merupakan sektor manufaktur yang menjadi penyumbang terbesar pada realisasi investasi sepanjang semester I tahun 2019. Secara total, penanaman modal sektor industri manufaktur di periode Januari-Juni tahun ini berkontribusi hingga Rp104,6 triliun.

Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), industri makanan sebagai salah satu kontributor besar pada penanaman modal dalam negeri (PMDN) dengan nilai mencapai Rp21,26 triliun. Sedangkan, dalam kelompok penanaman modal asing (PMA), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menyetor sebesar USD1,46 miliar.

 

 

BERITA TERKAIT

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

BERITA LAINNYA DI Industri

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…