Menanamkan Pola Hidup Bersih

Masalah kesehatan pada anak usia tingkat SD biasanya berkaitan dengan PHBS dan CTPS, sedangkan saat ini tingkat kebiasaan PHBS dan CTPS di Indonesia masih rendah.

NERACA

Membangun kebiasan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sangat penting ditanamkan sejak dini, terutama pada siswa Sekolah Dasar (SD),  yang memiliki peran strategis untuk membudayakan pola hidup bersih di kalangan anak-anak dan keluarga Indonesia, sehingga akhirnya mendukung terwujudnya Indonesia yang lebih sehat.

“Dari hasil survei dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2010, tercatat  jumlah penduduk Indonesia yang berusia 5 – 14 tahun ada 44,8 juta jiwa.  Dari jumlah tersebut, terdapat 27,32 juta siswa SD di Indonesia. Sedangkan, untuk jumlah siswa SD yang ada di DKI Jakarta mencapai 841.897 orang.”

Jumlah yang sangat besar tersebut membuat anak-anak usia SD penting untuk menjadi sasaran edukasi dan sosialisasi PHBS, seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS).  Saat ini kebiasaan PHBS pada anak-anak dan keluarga Indonesia masih rendah. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) 2010 menunjukkan persentase PHBS secara rata-rata nasional  35,7%. Sedangkan rata-rata untuk CTPS hanya 24,5%. Padahal PHBS dan CTPS merupakan upaya promotif dan preventif yang berperan penting mendukung terwujudnya Indonesia yang lebih sehat.

Pihak PT Unilever Indonesia Sarah, Selasa 10/04, dalam acara road show dokter kecil Award 2012 yang diselengarakan Lifebouy mengatakan, melalui misi sosialnya yakni Kampanye Lifebuoy Berbagi Sehat, khususnya di program Dokter Kecil Award 2012 memperkaya materi Dokter Kecil dengan materi Gerakan 21 Hari (G21H) guna membentuk kebiasaan PHBS dan CTPS. Materi G21H akan memudahkan Dokter Kecil menjadi agen perubahan untuk melakukan sosialisasi PHBS pada teman-temannya guna membentuk kebiasaan sehat seperti CTPS.

dr Prijo mengatakan, “di tengah-tengah situasi anggaran kesehatan yang sejak Indonesia merdeka tidak pernah beranjak dari kisaran 2% dari APBN (rekomendasi WHO 5% dari APBN) maka peran pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting. Karena itu IDI mendukung progam Dokter Kecil, sebagai salah satu upaya pembelajaran bagi anak-anak usia SD tentang arti penting kesehatan. “IDI memandang Dokter Kecil bisa berperan penting sebagai agen perubahan PHBS.”

Sedangkan, pada tahun ini program Dokter Kecil Award yang di selengarakan Lifebouy untuk pertama kalinya terbuka secara umum dan mencakup 32 provinsi agar lebih memotivasi dan mendorong semua SD dalam mengaktifkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan menjadikan Dokter Kecil sebagai agen perubahan PHBS untuk turut mendukung terwujudnya Indonesia yang lebih sehat, tuturnya.

Perwakilan Dinas Kesehatan DKI dr. Dien Emmawati menambahkan, “pemerintah mengharapkan idealnya 10% dari total siswa di setiap SD menjadi Dokter Kecil. Jadi di DKI Jakarta yang memiliki sekitar 841 ribu siswa SD diharapkan dapat memiliki Dokter Kecil sekitar 84 ribu. Jumlah tersebut akan berperan penting untuk meningkatkan kebiasaan PHBS pada anak-anak SD dan keluarganya.”

Anak-anak SD penting memiliki kebiasaan PHBS karena kebiasaan yang tertanam sejak dini akan terbawa hingga dewasa. Selain itu, masalah kesehatan pada anak usia sekolah tingkat dasar selalu berkaitan dengan PHBS dan CTPS, salah satunya adalah diare.

“Hasil kajian morbiditas diare di masyarakat yang dilakukan Kemenkes menunjukkan angka kesakitan diare pada usia 5-9 tahun mencapai rerata 190 per 1.000 penduduk, sedangkan pada usia 10-14 mencapai rerata 170 per 1.000 penduduk. Dalam hal ini DKI Jakarta memiliki prevalensi diare termasuk tinggi, yaitu masyarakat yang mengalami diare dalam satu bulan terakhir, mencapai 8%.” 

Tingkat kejadian diare dapat dicegah dengan Kebiasaan PHBS dan CTPS. Selain diare, CTPS dapat mencegah sedikitnya 10 masalah kesehatan termasuk flu burung. Saat ini flu brung masih muncul di Indonesia. Kemenkes RI mencatat jumlah kumulatif flu burung di Indonesia sejak 2005 sampai Maret 2012 telah ada 188 kasus dengan 156 kematian (81%). 

Untuk itu, anak-anak dan keluarga Indonesia sangat penting memiliki kebiasaan PHBS dan CTPS karena dapat mencegah terjadinya beragam masalah kesehatan. Peran strategis Dokter Kecil sebagai agen perubahan PHBS melalui pemberdayaan komunitas sekolah dan pendekatan teman sebaya akan mendukung terwujudnya Indonesia yang lebih sehat.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…