Wacana Transaksi Saham - Selain Kartu Kredit, OJK Jajaki Instrumen Lain

NERACA

Jakarta – Merespon rencana PT Bursa Efek Indonesia (BEI) beli saham pakai kartu kredit, mendapatkan respon positif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun pihak OJK juga tengah mengkaji kemungkinan alat pembayaran lainnya untuk bertransaksi  saham ke depannya.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengkaji kemungkinan menjadikan kartu kredit sebagai alat pembayaran untuk membeli saham. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bagi uang elektronik atau yang dikenal emoney dijadikan sebagai alat pembayaran belanja saham. “Sekarang lagi kita pelajari. Dengan berkembangnya teknologi, pembayaran (beli saham) ke depan bisa pakai emoney, bukan hanya kartu kredit,"ujarnya di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, penggunaan kartu kredit untuk membeli saham perlu dilihat dari sisi sebagai alat pembayaran. Sehingga, terkait risikonya (net performing loan) pun bisa terjadi bukan hanya karena transaksi beli saham. "Semua kita jajaki, kalau bisa bayar pakai yang lain, boleh. Risiko apa? Kalau beli baju paka kartu kredit apa ada risikonya? ya seperti itu," jelasnya.

Bahkan, Hoesen mengungkapkan belum ada rencana untuk bekerja sama dengan pihak perbankan. Terutama membahas dari risiko kenaikan NPL yang bisa terjadi akibat menjadikan kartu kredit sebagai alat pembayaran saham. Sebelumnya, BEI berencana untuk menjadikan kartu kredit sebagai salah satu alat pembayaran investor dalam bertransaksi saham. Harapannya, ke depan tidak ada alasan lagi bagi investor untuk bisa berinvestasi di pasar modal.

Wacana kartu kredit sebagai alat pembayaran beli saham menuai pro dan kontrak di pasar. Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital pernah bilang, dalam teori invesasi memang tidak ada peraturan mutlak tentang sumber dananya harus berasal dari dana sendiri dan bukan utang.

Dalam arti itu, berinvestasi dengan utang kartu kredit pun tidak dilarang, selama investor yang bersangkutan memahami risikonya. Akan tetapi, dengan membuka keran pembelian saham menggunakan fasilitas pendanaan bank melalui kartu kredit berpotensi membahayakan investor. Pasalnya, karakter investasi bersifat tidak pasti, sedangkan biaya kartu kredit bersifat pasti.”Ini bisa menyebabkan terjadi mismatch dalam portofolio investor, sehingga kalau ini dibuka prose literasi tentang risikonya harus benar-benar sampai paham. Jangan sampai investor kita karena kurang terdukasi akan lebih banyak dapat mudaratnya dari pada manfaatnya,” ujarnya.

Menurutnya, pelaku pasar dan terutama ritel harus memahami dengan baik perbedaan antara investasi jangka panjang dan trading jangka pendek. Aktivitas trading membutuhkan kemampuan dan pemahaman tentang pasar modal yang lebih dalam dibandingkan dengan investasi.

Bagi pihak-pihak yang sudah khatam tentang ilmu-ilmu analis teknikal untuk trading, boleh jadi selama ini sudah menggunakan kartu kredit atau pinjaman bank untuk mendukung kegiatan tradingnya. Akan tetapi, bagi investor yang memiliki horizon investasi jangka panjang, memanfaatkan kartu kredit bisa sangat berisiko, sebab beban bunga kartu kredit bersifat jangka pendek. Belum tentu keuntungan investasi dalam jangka pendek sudah mampu menutupi biaya-biaya kartu kredit tersebut.

Sementara bagi investor saham, Irwan Ariston Napitupulu, dirinya kurang setuju dengan wacana itu. Sebab, upaya itu tidak sejalan dengan prinsip investasi saham. "Sangat tidak saya sarankan. Karena bertolak belakang dengan prinsip investasi di saham," ujarnya.

 

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…