NERACA

Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (25/2) awal pekan kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 23,98 poin atau 0,37% menjadi 6.525,36. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 4,58 poin atau 0,45% menjadi 1.020,04.”Sentimen awal pekan terkait perang dagang, ini terlihat juga dari penguatan bursa Asia, semakin memberi harapan bahwa damai akan tercapai," kata analis Panin Sekuritas William Hartanto di Jakarta, kemarin.

Dia menuturkan, IHSG pun turut menguat dan bahkan investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) hari ini. Namun, secara teknikal, IHSG masih sulit mempertahankan level 6.520. Menurutnya, ruang penguatan IHSG masih sempit, walaupun besok diperkirakan akan menguat dalam range 6.5006.550."Sentimen pergerakan Selasa masih terkait urusan perang dagang, dari dalam negeri kita minim sentimen," ujar William.

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham investor asing yang ditunjukkan dengan aksi beli bersih atau "net foreign buy" sebesar Rp264,3 miliar. Frekuensi perdagangan saham pada Senin tercatat sebanyak 453.107 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 17,5 miliar lembar saham senilai Rp10,28 triliun. Sebanyak 216 saham naik, 195 saham menurun, dan 148 saham tidak bergerak nilainya.

Sementara itu, bursa regional Asia terlihat "menghijau". Indeks Nikkei ditutup menguat 102,72 poin (0,48%) ke 21.528,23, indeks Hang Seng ditutup menguat 143 poin (0,5%) ke 28.959,3, dan indeks Straits Times menguat 2,45 poin (0,07%) ke posisi 3.272,35. Pada pembukaan perdagangan, IHSG juga menguat 20,93 poin atau 0,32% ke posisi 6.522,31. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 5,09 poin atau 0,5% menjadi 1.020,56.

Kata Kepala Riset Valbury Sekuritas, Alfiansyah, IHSG akan bergerak 'mixed' pekan ini, mengingat pelaku pasar yang menantikan perkembangan pembicaraan dagang AS-China dan data inflasi Indonesia yang akan dirilis akhir pekan mendatang. Namun, sentimen positif akan datang dari rilis laporan keuangan.

Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan akan bertemu Presiden AS Donald Trump di Oval Office. Staf kedua negara juga tengah bekerja keras untuk merumuskan bahasa yang tepat untuk perjanjian dagang tersebut. Salah satu kendala adalah AS bersikeras merumuskan mekanisme yang memastikan China patuh pada perjanjian. "Kami cukup optimistis terhadap pembicaraan itu mengingat 'effort' yang tinggi dari kedua belah pihak sebelum tanggal 1 Maret 2019. Sedangkan Trump juga telah mengindikasikan dirinya tidak terburu-buru dalam mengenakan tarif tambahan dan 'deadline' dapat bersifat fleksibel," ujarnya.

Perang dagang AS-China mereduksi proyeksi pertumbuhan global tahun ini dan melemahkan ekonomi kedua negara. Inflasi AS pada Januari hanya 1,6% secara tahunan (year on year/yoy) atau terlemah dalam 1,5 tahun terakhir, demikian juga data ekonomi terbaru di China dengan pertumbuhan harga rumah baru justru melambat secara bulanan (month on month/mom). Sebelumnya, perekonomian China juga hanya tumbuh 6,6% (yoy) pada 2018, atau terlemah dalam 28 tahun.