Genjot Pertumbuhan Bisnis Energi - Adaro Bakal Bangun PLTU di Asia Tenggara

NERACA

Jakarta –Kembangkan ekspansi bisnisnya, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tengah menjajaki pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di salah satu negara  Asia Tenggara. Hal itu untuk memastikan ketersediaan pasar batu bara perseroan. “Pembangunan PLTU di salah satu negara di Asia Tenggara kami harapkan dapat deal tahun ini,” kata Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir di Jakarta, kemarin.

Rencana pembangunan PLTU itu, jelas dia, sejalan dengan salah satu pilar usaha ADRO yakni pengembangan Pembangkit Listrik. Dimana PLTU di Kalsel beroperasi tahun 2019, tahun 2020 PLTU Batang beroperasi dan selanjutnya perseroan cari di luar negeri. Sebelum memilih kawasan Asia Tenggara sebagai target pembangunan PLTU, pihaknya telah menjajaki di beberapa negara lain seperti Bangladesh dan Sri Langka.

Hanya saja, dalam kesempatan ini, Garibaldi tidak menyebut secara pasti negara yang tengah di bidik dan besaran investasinya.“Pokoknya kita bangun PLTU dengan kapasitas besar sehingga memiliki nilai keekonomian. Kan tidak mungkin ADRO bangun 2 X 25 MW misalnya,“ ujar Garibaldi Thohir.

Per September 2018, PT Adaro Energy Tbk membukukan laba inti US$526 juta atau naik 6% year-on-year (yoy) seiring dengan peningkatan kinerja operasional. Sementara pendapatan usaha emiten tambang ini tercatat sebesar US$2,66 miliar, naik 9,35% yoy dari sebelumnya US$2,44 miliar. Perseroan menjelaskan, bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara berkontribusi 92,54% dari total pendapatan atau sejumlah US$2,47 miliar. Pasar ekspor berkontribusi US$2,04 miliar, sedangkan pasar domestik US$633,73 juta. 

EBITDA operasional perusahaan per September 2018 naik 5% yoy menjadi US$1,06 miliar dari sebelumnya US$1 miliar. Sampai akhir tahun ini, perusahaan mempertahankan EBITDA operasional di kisaran antara US$1,1 miliar—US$1,3 miliar.“Kenaikan EBITDA operasional dan laba inti per September 2018 secara yoy merupakan hasil kinerja solid di seluruh pilar bisnis perusahaan. Selain itu, volume produksi batu bara pada kuartal III/2018 meningkat 14% dari kuartal sebelumnya,”kata Garibaldi Thohir.

Disampaikannya, laba inti ialah laba yang tidak termasuk biaya transaksi transisi nonoperasional yang hanya timbul satu kali terkait akuisisi Kestrel, dan tidak mencakup komponen operasional setelah pajak. Kenaikan produksi didukung oleh kondisi cuaca yang lebih baik. Oleh karena itu, perusahaan berupaya mengejar panduan target produksi batu bara pada 2018 sejumlah 54 juta—56 juta ton. Sampai dengan kuartal III/2018, perusahaan memproduksi batu bara sejumlah 38,98 juta ton, turun 1% yoy dari sebelumnya 39,36 juta ton.

Adapun, volume penjualan dalam periode yang sama menurun tipis menjadi 39,27 juta ton dari posisi per September 2017 sebesar 39,44 juta ton. Sementara itu, laba bersih Adaro pada periode 9 bulan pertama 2018 mencapai US$312,71 juta. Nilai itu menurun 16,04% yoy dari sebelumnya US$372,45 juta.

BERITA TERKAIT

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Laba Tumbuh 23% - OCBC NISP Bagikan Dividen Rp1,65 Triliun

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan untuk membagikan dividen sebesar…

Laba Bersih Indonesia Fibreboard Naik 3,9%

Di tahun 2023, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp100,9 miliar atau tumbuh 3,9% dibanding tahun…

Laba Bersih PP Presisi Menyusut 4,97%

NERACA Jakarta – Sepanjang tahun 2023, PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 172 miliar pada 2023. Angka…