Pertumbuhan Kredit Perbankan Kian Agresif

 

NERACA

 

Jakarta - Pertumbuhan kredit perbankan tahunan hingga akhir Oktober 2018 bertumbuh kian agresif yakni 13,35 persen, dibandingkan September 2018 yang 12,6 persen, seturut dengan mengalirnya penghimpunan simpanan yang terindikasi dari kenaikan Dana Pihak Ketiga sebesar 7,6 persen.

"Dari sisi penghimpunan dana perbankan, Dana Pihak Ketiga perbankan tumbuh sebesar 7,6 persen (yoy) dibanding September 2018 yang 6,6 persen," kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anto Prabowo ketika menyampaikan hasil Rapat Dewan Komisioner OJK di Jakarta, Rabu (28/11).

Berdasarkan kesimpulan rapat reguler di tubuh pengawas industri keuangan itu, stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga. Negara berkembang atau "emerging markets" termamsuk Indonesia menikmati dampak positif dari dinamika politik dan ekonomi di Amerika Serikat, terutama hasil pemilu jangka menengah yang memperkuat posisi Partai Demokrat di Kongres AS. Hal ini diyakini dapat meningkatkan kontrol dan pengawasan terhadap kebijakan pemeirntah AS.

Perkembangan ekonomi AS yang tidak begitu menggembirakan juga telah menghambat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan penguatan dolar AS. Per 23 November 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan sebesar tiga persen sejak 1 November 2018. "Penguatan IHSG didorong oleh sektor keuangan, industri dasar, dan properti. Investor nonresiden mencatatkan beli bersih sebesar Rp9,5 triliun," ujar Anto.

Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil SBN untuk tenor jangka pendek, menengah, dan panjang turun masing-masing sebesar 34 basis poin (bps), 52 bps, dan 49 bps mtd. Investor nonresiden melanjutkan belih bersih atau "net buy" sebesar Rp30,3 triliun.

Di pasar modal, penghimpunan dana oleh korporasi telah menyerap Rp156 triliun per 23 November 2018. Jumlah emiten baru sepanjang tahun tercatat 56 emiten, lebih tinggi dibandingkan jumlah emiten baru sepanjang 2017 yang sebanyak 46 emiten di periode yang sama. Penghimpunan dana didominasi oleh emiten di sektor keuangan dengan porsi 56,91 persen.

Adapun kualitas aset jasa keuangan diklaim cukup terjaga. Indikasinya, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) perbankan tercatat 2,65 persen, sedangkan di perusahaan pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing) sebesar 3,21 persen. Rasio kecukupan permodalan perbankan per Oktober 2018 juga terjaga pada 23,09 persen. Adapun "Risk-Based Capital" industri asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 308 persen dan 418 persen.

Disisi lain, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit pada tahun depan akan berada di kisaran 10-12 persen atau sama dengan target di tahun ini. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan hanya tumbuh di kisaran 8-10 persen. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan prospek ekonomi Indonesia pada tahun depan akan semakin membaik. Pertumbuhan ekonomi tahun depan diperkirakan tetap meningkat hingga berada di kisaran 5-5,4 persen.

Seiring dengan meningkatnya perekonomian, Perry memperkirakan penyaluran kredit dan penghimpunan DPK juga akan meningkat. Pertumbuhan kredit 2019 diperkirakan mencapai 10-12 persen, sementara pertumbuhan DPK perbankan mencapai 8-10 persen dengan kecukupan likuiditas yang terjaga," ujar Perry. Ia menjelaskan penyaluran kredit hingga September 2018 mencapai 12,7 persen secara tahunan. Pertumbuhan terjadi pada seluruh jenis kredit, mulai dari kredit modal kerja, investasi, maupun konsumsi. Sementara DPK tumbuh di kisaran 6,5 persen.

Kondisi permodalan dan likuiditas perbankan, menurut Perry, juga terjaga. Rasio kecukupan modal (CAR) hingga September 208 relatif tinggi dikisaran 22,9 persen, rasio likuiditas (AL/DPK) berada di kisaran 19,2 persen. “Rasio kredit bermasalah tetap rendah yakni sebesar 2,7 persen (gross) dan 1,2 persen (net)," ungkap dia.

Perry juga mencatat, sistem pembayaran ritel berjalan dengan baik seiring dengan meningkatnya transaksi nontunai. Transaksi nontunai melalui ATM-debit, kartu kredit, dan uang elektronik hingga kuartal III 2018 tercatat tumbuh 12,1 persen. “Transaksi uang elektronik tumbuh 300,4 persen pada kuartal III 2018, terutama didorong menguatnya preferensi masyarakat bertransaksi melalui platform teknologi finansial dan e-commerce," jelas dia.

 

BERITA TERKAIT

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…