Perubahan Memasuki Revolusi Industri Harus Terintegrasi

 

NERACA

Jakarta – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir mengatakan perubahan-perubahan dalam rangka memasuki revolusi industri keempat harus dilakukan secara terintegrasi. "Perubahan-perubahan harus kita lakukan secara terintegrasi, ini harus kita lakukan secara massif," kata Menristek disalin dari Antara.

Menurut dia, semua komponen masyarakat mulai dari bawah sampai atas, pejabat, pegawai negeri, swasta, LSM. Semua harus bersatu dalam membangun negeri bersama-sama.

Pemerintah telah menyusun Making Indonesia 4.0 sebagai strategi untuk memasuki era revolusi industri keempat. Menurut Nasir, perubahan yang dilakukan di lingkungan perguruan tinggi dalam rangka menghadapi revolusi industri keempat adalah dengan pengembangan teknologi informasi di perguruan tinggi.

"Kita tidak bisa lagi meninggalkan yang namanya teknologi informasi, dengan hal ini e-learning pasti terjadi. Kalau perguruan tinggi tidak mengerjakan atau mengembangkan itu, pasti akan ketinggalan," katanya.

Menurut Menristek, perguruan tinggi juga perlu menyikapi dengan baik kebutuhan masyarakat terhadap program studi. Perguruan tinggi tidak bisa statis lagi seperti masa lalu. Ia mencontohkan program studi yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah ekonomi digital, smart technology, artificial intelegence. "Ini harus kita kembangkan semua, kita enggak bisa lagi berhenti atau stagnan," katanya.

Ia menyebutkan sebelum 2017, program studi di perguruan tinggi diatur oleh pemerintah. Namun setelah itu ditentukan oleh oleh perguruan tinggi dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. "Sudah enggak diatur, biarkan pasar menentukan, dan industri yang membutuhkan itu. Jadi PT harus berkreasi dengan baik. Kalau enggak berkreasi ketinggalan," katanya. Menurut dia, saat ini sudah ada PT membuka program studi manajemen logistik, manajemen suplai dan sejenisnya. "Ini kemarin, 21 November, ITB meluncurkan program studi artificial intelegence yang saat ini memang berkembang pesat," katanya.

Presiden Jokowi, katanya, memberikan arahan untuk melakukan perubahan secara masif untuk menangkap peluang di masa depan guna memenangkan persaingan. Mengenai insentif kepada perguruan tinggi yang mengembanglan program studi inovatif, Menristek mengatakan mereka bisa bekerja sama dengan industri dalam mendatangkan staf pengajar. "Dulu kan dosen harus S2, sekarang tidak harus S2 , tapi dia memang expert dalam bidangnya," katanya.

Menurut dia, tidak disyaratkan lagi membuka program studi harus diakreditasi dulu. "Sudah saya pangkas, akreditasi hanya dilakukan pada prosesnya, bukan dilakukan dalam perizinan. Dulu kan perizinan harus akreditasi dulu, kapan berdirinya kalau gitu. Nah ini sudah kami pangkas," katanya.

Pemerintah telah menetapkan target Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia tahun 2030. Hal ini sesuai dengan salah satu aspirasi nasional yang terdapat pada peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai strategi mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat.

“Pada 4 April lalu, Bapak Presiden Joko Widodo telah me-launching roadmap tersebut. Ini sekaligus menjadi agenda nasional yang perlu dijalankan secara bersinergi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (11/6).

Untuk itu, Kementerian Perindustrian sebagai leading sector akan berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga, pemerintah daerah, serta pelaku industri untuk melaksanakan bersama program strategis ini sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Tujuannya adalah untuk kesuksesan dan kemajuan bangsa Indonesia.

“Guna merealisasikan hal tersebut, memang tidak cukup dengan mengandalkan pertumbuhan ekonomi secara organik, namun diperlukan terobosan di bidang industri dengan memanfaatkan perkembangan teknologi terkini,” papar Airlangga.

Adapun lima teknologi utama yang menopang implementasi industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing. “Penguasaan teknologi menjadi kunci penentu daya saingnya,” tegas Menperin.

Sebagai konseptor Making Indonesia 4.0, Menteri Airlangga menyatakan, revolusi industri 4.0 akan merombak alur produksi industri konvensional dengan cara yang tidak biasa. Kendati demikian, bakal terjadi sebuah peningkatan produktivitas dan kualitas secara efisien. “Dalam konsepsinya, kami akan merevitalisasi industri manufaktur nasional,” jelasnya.

BERITA TERKAIT

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

BERITA LAINNYA DI Industri

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…