Vaksin MR Diberikan pada Anak Korban Gempa Lombok

Anak-anak terdampak gempa Lombok di Nusa Tenggara Barat tetap akan mendapatkan vaksin MR. Hal itu dipastikan oleh Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek saat rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. "(Mereka) dikasih (vaksin MR). Saya selalu kontak sama dinas kesehatannya, menanyakan apa yang diperlukan daerahnya. Mereka sudah melakukan (vaksin MR). Vaksin semua tetap kami distribusikan," ujar Nila dikutip dari CNN Indonesia.com.

Tak cuma itu, Kemenkes juga telah mempersiapkan tempat penyimpanan yang mumpuni agar tak ada kerusakan vaksin. Vaksin MR sendiri menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pasalnya, vaksin buatan India itu tidak mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Namun, seiring berjalannya waktu, MUI kemudian memperbolehkan vaksin untuk digunakan masyarakat muslim atas alasan keterpaksaan. Bio Farma sendiri saat ini tengah mengembangkan vaksin serupa dengan bahan yang halal. "Pertama, terdapat kondisi keterpaksaan (dlarurat syar'iiyah), kedua belum ditemukannya vaksin MR yang halal dan suci," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI KH. Asrorun Ni'am Sholeh."Ketiga, ada keterangan ahli yang kompeten dan dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan belum vaksin halal, " imbuhnya.

Hukum vaksin MR akan kembali haram jika telah ditemukan vaksin serupa yang halal. Atas dasar itu, MUI meminta agar Kementerian Kesehatan harus menjamin tersedianya vaksin halal guna kepentingan masyarakat Indonesia.

Sebelumnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja mengeluarkan fatwa yang memutuskan memperbolehkan penggunaan vaksin Measless Rubella (MR) digunakan meski mengandung babi dalam proses produksinya. Keputusan ini menuai reaksi yang beragam dari masyarakat.

Sebagian orang tua mengaku bakal tetap memberikan vaksin MR itu untuk anak mereka. Sedangkan sebagian lainnya masih enggan menggunakan vaksin itu dan memilih menunggu vaksin yang halal.  Seperti Feni yang menyatakan bakal memberikan vaksin MR untuk anak pertamanya, Gemala yang kini berusia 16 bulan. Dia bakal tetap memberikan vaksin MR meski vaksin itu mengandung babi dan haram bagi seorang Muslim.

Feni beranggapan selama belum ada pengganti untuk vaksin MR, vaksin itu masih boleh digunakan. "Menurut saya haram karena ada kandungan babi. Tapi, selama belum ada bahan pengganti ya mau bagaimana. Kalau memang mendesak insyaallah enggak apa-apa yang penting keamanan dan kesehatan," kata Feni

Feni menilai vaksin MR yang ada saat ini memiliki lebih banyak manfaat. Vaksin itu penting bagi kesehatan anak dan orang di sekitar. Feni mengaku bakal langsung memberikan vaksin itu kepada Gemala saat pasokannya sudah tersedia di Posyandu."Soalnya MR penting banget. Bukan cuma buat anak, tapi biar anak enggak menularkan virus Rubella ke orang lain. Dampaknya parah banget kalau sampai menular ke ibu hamil," tutur Feni.

Pada ibu hamil, virus Rubella dapat mengakibatkan keguguran atau bayi cacat lahir seperti tuli, katarak, cacat jantung dan beberapa komplikasi penyakit lainnya.  Pendapat yang sama juga diutarakan Natatsa. Perempuan 29 tahun ini sudah memberikan vaksin MR kepada dua anaknya, awal bulan ini.

Natatsa tetap memberikan vaksin MR kepada anaknya meski status kehalalannya saat itu masih kontroversi. Menurutnya, vaksin itu boleh digunakan karena tak ada penggantinya. "Saya mikirnya kalo buat vaksin enggak apa-apa, karena kan ada dalilnya selama belum ada pengganti untuk babi, vaksinnya mubah dan ini bukan hanya untuk vaksin tapi juga obat," ucap Natatsa.

Setelah memberikan vaksin MR kepada dua anaknya, Natatsa menyebut kedua anaknya mengalami efek samping yang berbeda. Anak pertamanya Muhammad Maliq yang berusia 8 tahun tidak mengalami efek samping yang berarti. Sedangkan si bungsu, Nabilla Alika yang berusia tiga tahun mengalami demam serta panas dan bengkak di area bekas suntikan. Natatsa yang tinggal di Cibubur itu mengaku tak mempermasalahkan efek samping itu. "Setiap anak beda-beda. Soalnya ada beberapa vaksin yang cara kerjanya seperti itu," ujar Natatsa.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…