Pengaruh Seks Pada Atlet Sebelum Kompetisi Olahraga

Empat pemain basket Jepang dicoret dari daftar atlet Asian Games. Menurut Komite Olimpiade Jepang (JOC) hal ini terjadi lantaran keempat atlet tersebut diduga terlibat prostitusi selama berada di Jakarta. Keempatnya terciduk saat berada di distrik red light Jakarta dengan mengenakan seragam timnas Jepang.

"Dengan segala kerendahan hati, saya ingin meminta maaf kepada publik Jepang, JOC, dan semua orang yang mendukung tim basket atas insiden menyedihkan ini," kata kepala tim bola basket Jepang Yuko Mitsuya melalui pernyataan seperti dikutip AFP.

Keempat atlet basket Jepang ini hanyalah sedikit dari sekian banyak contoh atlet yang terlibat dalam prostitusi dan aktivitas seksual bebas sebelum pesta olahraga. Di ajang olimpiade PyeongChang 2018 lalu, sedikitnya 110 ribu kondom dibagikan kepada 2.925 peserta. Jika dibagi, per orangnya bisa mendapat sekitar 37 kondom. Mengutip Bustle, ajang ini menjadi pesta olahraga dengan distribusi kondom terbesar dalam sejarah Olimpiade Musim Dingin.

Peraturan soal aktivitas seksual pun juga mendapat larangan saat Piala Dunia 2018 lalu. Pelatih timnas Nigeria saat Piala Dunia 2018 lalu memperingatkan para pemainnya untuk tak bercinta dengan wanita Rusia selama turnamen. Timnas Panama, Jerman, dan Korea Selatan juga mendapat larangan serupa. "Prospek untuk pemain Inggris tidak jelas, tetapi mereka tidak mengalami pembatasan pada 2014. Istri dan kekasih mereka tinggal 30 menit dari markas tim," kata penulis artikel tersebut, dikutip dari Sputniknews.

Tak dimungkiri kalau seks dan atlet memang punya hubungan yang sulit terpisahkan. Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa seks sebelum bertanding bisa mengurangi kemampuan atlet untuk bertanding. Namun bagaimana sebenarnya seks memengaruhi kinerja atlet?"Banyak orang percaya bahwa seks sehari-hari, bahkan berminggu-minggu sebelum bertanding adalah ide yang buruk," kata David Greuner dari NYC Surgical Associates kepada Bustle.

Sampai saat ini para ahli dan beberapa atlet berpikir bahwa seks akan menurunkan agresi dan testosteron yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu. Namun di sisi lain, orang lainnya percaya bahwa berhubungan seks sebelum bertanding akan membantu menenangkan saraf mereka.

Hanya saja menurut penelitian tahun 2016 yang diterbitkan dalam Jurnal Frontiers in Physiology menyimpulkan bahwa tak ada bukti ilmiah yang kuat untuk menunjukkan bahwa aktivitas seksual punya efek buruk pada hasil atletik."Sampai sehari sebelumnya, ini bisa membantu kemampuan atletik. Ini bisa membantu menenangkan saraf dan sistem saraf."Berikut lima cara seks bisa membantu meningkatkan kinerja olahraga:

1. Orgasme pada perempuan bisa membantu atasi nyeri

Pertandingan olahraga butuh kemampuan dan kekuatan fisik. Tak jarang ada rasa nyeri yang terasa. Namun sains mengungkapkan bahwa seks bisa menurunkan rasa sakit dan nyeri.
"Rangsangan pada vagina dan klitoris akan menyebabkan hilangnya rasa sakit," kata Michael Reitano, ahli kesehatan seksual. Orgasme akan membantu perempuan memblokir rasa sakit yang terasa akibat olahraga. Pasalnya, wilayah otak yang bertanggung jawab untuk rasa sakit juga berhubungan dengan rasa sakit.

2. Meningkatkan fokus

"Orgasme dari seks vaginal penetratif akan mengaktifkan prolaktin pada laki-laki dan perempuan sampai empat kali lipat," kata Reitano. "Peningkatan prolaktin mengarah pada adanya rasa tenang dan kemampuan untuk fokus sebelum pertandingan. Ini membantu atlet untuk memusatkan diri, tidur, dan memulihkan diri."

Reitano mengungkapkan bahwa manfaat lonjakan prolaktin ini bisa bermanfaat untuk kompetisi. Hanya saja ini tak akan bertahan lama."Puncak prolaktin setelah orgasme adalah dua jam dan akan hilang setelah 10 jam."

3. Membantu kinerja atlet pria

Atlet perempuan juga bisa mendapat manfaat dari efek menumpulkan rasa sakit. Namun menurut penelitian, lebih dari 60 persen pria mendapat peningkatan kekuatan, kecepatan, dan kekuatan selama kompetisi olahraga setelah mereka bercinta.

4. Seks meningkatkan hormon testosteron

Sebuah studi tahun 2015 dari The Endocrine Society menemukan bahwa kurangnya seks dapat menyebabkan penurunan testosteron pada pria. Hanya saja semua yang terjadi adalah sebaliknya, penelitian mengungkapkan bahwa tingkat testosteron akan meningkat seiring dengan aktivitas seksual.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…