KKP-WWF Inisiasi Pengelolaan Udang Windu Berkelanjutan

NERACA

Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus fokus mendorong pengelolaan sumberdaya perikanan budidaya secara bertanggungjawab. Hal ini guna memastikan jaminan sistem produksi budidaya secara berkelanjutan. Keterpurukan usaha budidaya udang windu sejak hampir 2 (dua) dekade yang lalu disinyalir akibat pola pengelolaan yang mengabaikan prinsip-prinsip budidaya yang bertangungjawab.

Sebagai komoditas unggulan asli Indonesia, udang windu memiliki nilai ekonomis penting, sehingga eksistensinya harus dipertahankan sebagai bagian dari plasma nutfah Indonesia. Oleh karenanya dalam pengelolaan udang windu harus mempertimbangkan kesesuaian lokasi dan  konservasi sumberdaya udang windu khususnya induk-induk dari alam. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat membuka lokakarya sistem pengelolaan budidaya udang windu di Jakarta, disalin dari siaran resmi.

Lokakarya yang digelar atas kerjasama KKP dan World Wild Foundation ( WWF) ini bertujuan untuk menghasilkan dokumen sintesa terkait strategi bagi pengelolaan budidaya udang windu secara bertanggungjawab dan berkelanjutan. Hadir dalam ajang ini perwakilan WWF, Moana Technologies, PT. Atina. PT. Bomar, akademisi, pakar/peneliti  dan para pelaku usaha dari berbagai daerah.

Dalam keterangan sambutannya, Slamet mengatakan bahwa prinsip-prinsip sustainable aquaculture menjadi hal mutlak yang harus dipenuhi jika ingin ada jaminan usaha budidaya dapat berkelanjutan.  Ia menggarisbawahi bahwa kegagalan udang windu pada tahun tahun yang lalu tidak boleh terulang lagi. Apalagi menurutnya, saat ini permintaan pasar udang windu terbuka luas. Slamet juga menegaskan pentingnya melakukan pengelolaan sumberdaya udang windu berbasis ekosistem. Oleh karenanya, KKP bersama WWF telah melakukan percontohan implementasi budidaya berbasis ekosistem (Ecosystem Approach for Aquaculture/EAA) di Kabupaten Pinrang dengan menggandeng PT. Bomar sebagai eksportir udang windu, dimana nantinya percontohan ini akan menjadi rujukan bagi penerapan EAA di seluruh Indonesia.

"Saat ini ada image bahwa akuakultur ini menjadi penyebab menurunnya kelestarian sumberdaya ikan. Ini disebabkan karena eksploitasi sumber induk dan benih yang berasal dari alam. Disini saya ingin tegaskan bahwa mulai saat ini eksploitasi sumber induk dan benih dari alam harus dihentikan. Upaya yang dilakukan yakni mendorong pemuliaan induk melalui breeding program. Saat ini kita memiliki broodstock center khusus udang windu di BBPBAP Jepara dan BPBAP Takalar yang akan didorong untuk menghasilkan induk-induk unggul dan SPF (Spesifik Pathogen Free)", ungkap Slamet.

Sedangkan, Direktur Marine and Fisheries WWF, Wawan Ridwan dalam keterangannya menyatakan menyambut gembira atas komitmen KKP dalam mendorong pengelolaan akuakultur secara bertanggungjawab. Terlebih menurutnya, udang windu merupakan udang endemik dan menjadi keragaman plasma nutfah Indonesia. Ditambahkannya, ada hak ekologi terkait sumberdaya udang windu ini, dimana Indonesia bertanggungjawab menjamin kekestarian sumberdaya udang windu ini, artinya jika udang windu punah, maka negara lain bisa menuntut Indonesia.

"Kita sering terlena dan merasa bahwa sumberdaya ini tidak tak terbatas, sehingga pertimbangan carrying capacity terabaikan. Inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan stok, imbasnya tidak ada jaminan ketersediaan bagi lintas generasi", jelas Wawan. "Lokakarya ini akan membangun komitmen, bagaimana menjamin kualitas ekosistem sebagai habitat udang windu, sehingga penurunan stok ini dapat dipulihkan", pungkasnya.

Menarik apa yang disampaikan, General Manager Moana Technology, Hawaii USA, Walter Coppens yang menyatakan bahwa induk dan benih yang bebas penyakit menjadi syarat mutlak bagi keberhasilan budidaya udang windu. Keberhasilan selected breeding program yang dilakukan Moana saat ini yakni kematangan gonad induk yang mampu dipersingkat dari semula 12 bulan menjadi hanya 9 bulan; sistem ketelusuran yang efektif; dan jaminan terbebas dari hampir 20 jenis penyakit dan gejalanya.

"Moana memberikan jaminan bahwa induk yang digunakan betul betul telah melalui seleksi yang ketat dan telah terbukti benih yang dihasilkan memiliki SR yang tinggi. Saat ini kami setidaknya memiliki 3 (tiga) lokasi multiplication senter antara lain di Vietnam, Bangladesh dan India. Bahkan National Broodstock Center Vietnam misalnya telah menghasilkan 60.000 induk per tahun.

BERITA TERKAIT

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

BERITA LAINNYA DI Industri

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…