Konsolidasi Bank Dorong Fungsi Intermediasi

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Konsolidasi dapat menjadi salah satu solusi mendorong pertumbuhan fungsi intermediasi perbankan Indonesia yang dinilai masih rendah, selain dapat memperkuat perbankan di tengah persaingan yang sangat ketat. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Selasa (7/8) menyatakan konsolidasi diperlukan karena jumlah perbankan di Indonesia terlalu banyak.

Saat ini terdapat lebih dari 100 bank, belum termasuk Bank Perkreditan Rakyat, namun sebagian besar bank bermodal sangat kecil. Idealnya jumlah bank di Indonesia sebanyak 30-50 bank, tak jauh beda dengan di Malaysia yang di bawah 10 bank dan di Singapura sekitar tiga bank. Dari sisi kompetisi, bank juga mampu bersaing jika memiliki modal kuat, karena bank bisa mengubah segmen bisnis agar lebih efisien, sehingga pendapatannya naik.

Apalagi, katanya, perbankan Indonesia masih memiliki Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tinggi, yakni sebesar 79,59 persen, sehingga konsolidasi bank diharapkan dapat menurunkan rasio BOPO. David menambahkan, selain mendorong intermediasi bank, konsolidasi diperlukan agar perbankan nasional mampu bersaing di ASEAN. Konsolidasi mendorong perbankan Indonesia mampu menjadi Qualified ASEAN Bank (QAB) sehingga menjadi bank-bank terbaik Asia Tenggara.

Sejauh ini, fungsi intermediasi bank di Indonesia yang tercermin dari penyaluran kredit masih rendah. Bank Dunia mencatat rasio penyaluran kredit oleh bank kepada sektor swasta terhadap produk domestik bruto Indonesia pada 2017 baru mencapai 32,42 persen. Angka ini terendah dibandingkan negara ASEAN lain seperti Vietnam (130,67 persen), Singapura (128,21 persen), Thailand (111,61 persen), dan Filipina (47,75 persen).

Bank Indonesia mencatat sepanjang 2017, kredit hanya tumbuh 8,24 persen, lebih rendah dibandingkan ekspektasi pemerintah sebesar 9-12 persen. Salah satu penyebabnya adalah perbankan yang cenderung konservatif dalam ekspansi akibat permodalan dan kinerja yang kurang efisien. Padahal, pemerintah berharap penyaluran kredit perbankan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 sebesar 5,07 persen, tertinggi sejak tahun 2014, namun level ini berada di bawah target 5,2 persen.

Beberapa bank telah menyampaikan rencana konsolidasi dan yang terbaru adalah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) pada Selasa (2/8) mempublikasikan rencana merger kedua bank sebagai bagian keterbukaan informasi konsolidasi dua anak usaha Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) di Indonesia. SMBC merupakan pemegang saham pengendali di BTPN dan SMBCI dengan porsi kepemilikan masing-masing 40 persen dan 98,48 persen.

BERITA TERKAIT

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…

BI Catat Term Deposit Valas DHE Capai US$1,9 Miliar

    NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan penempatan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri melalui instrumen Term…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…

BI Catat Term Deposit Valas DHE Capai US$1,9 Miliar

    NERACA Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan penempatan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri melalui instrumen Term…

Kuartal I, BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun

Kuartal I, BRI Cetak Laba Rp15,98 Triliun NERACA Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) secara konsolidasi membukukan…