Ada LPS, Nabung di Bank Jauh Lebih Aman

Bing beng bang, Yok kita ke bank. Bang bing bung, Yok kita nabung. Tang ting tung hey,
Tau tau kita nanti dapat untung. Adalah sepenggalan lagu lawas karya Titik Puspa ini sangat populer dan akrab ditelinga anak-anak saat itu. Lagu yang penuh pesan moral ini mengajarkan anak-anak sejak dini untuk gemar menabung. Hingga kini, pesan lagu tersebut masih relevan untuk diajarkan kepada anak-anak zaman now akan budaya menabung sejak dini. Pasalnya, tanpa budaya menabung akan membawa dampak negatif seperti prilaku konsumtif, boros dan tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang.

Apalagi, tingkat perencanaan keuangan masyarakat Indonesia masih rendah. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hanya 12,6%. Padahal, perencanaan keuangan untuk masa depan sangat penting. Dengan adanya perencanaan, masyarakat bisa memperhitungkan kebutuhan keuangannya di masa mendatang sejak dini. Dengan demikian, masyarakat bisa menghindari risiko pembengkakan pengeluaran yang tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan.

Wawan (26), contohnya. Pegawai perusahaan pembiayaaan kendaraan ini mengaku kebobolan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga terpaksa harus gali lubang tutup lubang. Meskipun masih bujangan, penghasilan bulanannya beserta bonus yang didapat belum dirasakan mencukupi karena banyak tunggakan yang harus dibayar. “Kalau pas gajian datang, uang cuma mampir di rekening doang. Pasalnya, harus membayar utang dan cicilan lainnya,”ujarnya.

Hal ini diakibatkan karena gaya hidupnya yang boros, sehingga lupa memilah mana kebutuhan dan keinginan. Tengok saja, sebulan dua kali dirinya bersama sejawatnya selalu mengagendakan liburan ke luar kota tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan. “Kalau sudah jalan-jalan, tentunya belanja oleh-oleh dan duit habis lagi,”ceritanya. Alhasil, jerih payah kerjanya selama sebulan belum membuahkan hasil kecuali hanya untuk berpesta ria dan kesenangan sesaat.

Lain halnya dengan Sahroni (30), pegawai buruh pabrik di Cengkareng ini selalu menyisihkan sebagian gajinya untuk ditabung di bank sebagai rencana kesiapan membeli rumah dan anak-anaknya sekolah. Sadar dirinya sudah berkeluarga dan bukan dari keadaan ekonomi yang berada, dirinya selalu memprioritaskan kebutuhan keluarga diatas kebutuhan dirinya selama masih bisa diusahakan. “Saya selalu sisihkan gaji bulanan saya sebanyak Rp 500 ribu disimpan dibank dan sisanya saya berikan ke istri untuk kebutuhan dapur, mulai dari bayar kontrakan, listrik, air dan uang jajan anak-anak,”ungkapnya.

Kebiasan menyempatkan untuk menabung, rupanya sudah dilakukan dua bapak ini sejak masih duduk dibangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Dimana ada kalimat bijak, rajin pakal pandai, hemat pangkal kaya sepertinya bisa menggambarkan prilaku Sahroni. Pasalnya, kini berkat kesabarannya, Sahroni menuai hasil manisnya dari rajin menabung. Dimana, dirinya sudah bisa mengambil rumah bersubsidi dengan uang muka hasil tabungannya. “Alhamdulilah, karena tekad dan keinginan kuat memiliki rumah idaman, hasil tabungan cukup untuk mencicil rumah bersubsidi dan tidak lagi harus mengontrak,”tandasnya.

Sementara Agus, (35) buruh tani di kabupaten Lebak Banten ini sangat anti bersentuhan dengan layanan perbankan. Hal ini disebabkan, selain faktor lokasi daerahnya yang jauh dari akses layanan bank yang berada di pusat kota, juga dikarenakan pemikiran yang kolot. Dimana menyimpan uang dibawah bantal dan di dalam lemari besi masih dirasakan lebih aman ketimbang harus simpan di bank.”Nyimpan uang di bawah bantal lebih aman, karena bisa diambil kapan saja tanpa ada biaya administarsi,”cetusnya.

Apalagi, Agus banyak berceritanya, berdasarkan pengalaman pahit rekan dan saudaranya yang dananya raib hingga ratusan juta hasil panen dan jual sawah dibawah kabur oleh bank keliling dengan modus dan tawaran uang yang ditabung bisa bertambah dan nyatanya tidak ada hasilnya. Sehingga, kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi dirinya bahwa menabung dimana saja dinilai tidak aman selain dibawah bantal. “Tidak mau mengalami hal yang sama, saya sangat hati-hati apabila orang menawarkan untuk di tabung di bank dengan tawaran hadiah yang menarik, “ungkapnya.

Apa yang dirasakan Agus, merupakan hal lumrah bagi masyarakat kelas bawah yang belum terbuka pemikirannya akan manfaat menabung di bank. Apalagi, diimbuhi dengan pengalamat pahit uang hasil penjualan sawah dan hasil panen dibawa kabur oleh bank keliling. Pasalnya, berbicara layanan simpanan uang di bank sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat. Memang tak ada salahnya menyimpang uang di bawah bantal karena semua orang punya cara menabung berbeda agar uangnya bisa dimanfaatkan di masa depan.

 

 

Merubah Pola Pikir

 

Jika ditelisik lebih jauh, fenomena menabung di bawah bantal ini muncul lantaran masyarakat belum secara penuh memahami edukasi pengelolaan keuangan dengan baik. Padahal, Bank Indonesia selaku bank sentral terus memberikan pemahaman pengetahuan perbankan kepada masyarakat, sampai dengan daerah pelosok pun sudah dijelajahi. Hanya saja persoalan ini tidak segampang membalikkan telapak tangan, tak semua masyarakat Indonesia mau belajar, entah karena malas atau tidak merasa penting asalkan menabung bisa bermanfaat untuk masa depan.

Dampak lain akibat masih lemahnya jangkauan masyarakat terhadap fasilitas yang diberikan lembaga-lembaga keuangan menyebabkan sekitar 80% penduduk Indonesia sulit mengembangkan atau memulai usahanya. Ini lantaran mereka sulit memperoleh bantuan permodalan dari industri keuangan bank maupun non bank. Maka guna mengembalikan kepercayaan masyarakat, khususnya di pedesaan bahwa menabung di bank itu aman, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) sebagai lembaga pertahanan terakhir dalam menangani bank-bank yang bermasalah tergerak untuk mengedukasi pentingnya masyarakat menabung sebagai perencanaan masa depan dan tidak sembarang menabung dibank yang bukan peserta LPS.

Sekretaris LPS, Samsu Adi Nugroho mengingatkan, masyarakat untuk dapat memastikan bahwa tabungan mereka di suatu bank aman karena bank tersebut menjadi peserta penjaminan dari lembaga itu."Jangan asal menyimpan uang di bank, pastikan bank tempat menabung adalah peserta penjaminan LPS,”ujarnya.

Dirinya menyampaikan, keuntungan masyarakat menyimpan uang di bank, antara lain bisa mengambil uangnya kapan saja, mendapatkan kemudahan transaksi, dan aman dari risiko kejahatan,”Beberapa keuntungan lain, seperti bunga bank dan berbagai kesempatan memenangkan undian berhadiah membuat masyarakat tidak segan mempercayakan tabungannya di bank," kata dia.

Dia menjelaskan, tentang pentingnya perlindungan terhadap nasabah dari kemungkinan bank yang bangkrut atau menghadapi krisis keuangan. Dimana peran dan fungsi LPS sebagai penjaminan simpanan nasabah juga turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan, sesuai dengan kewenangannya. Namun sayangnya, meski memposisikan diri sebagai benteng pertahanan terakhir, masih ada masyarakat yang belum mengenal LPS. Setiap tahun, hasil survei tentang tingkat pemahaman masyarakat terhadap LPS memang meningkat. Terakhir, sebanyak 67% responden tahu tentang LPS. “Tapi secara recall spontan rendah. Ketika dilihatkan simbol LPS, stiker LPS, masyarakat tahu. Tapi ketika ditanya siapa yang menjamin, LPS belum jadi top of mind. Ada yang merasa bankya kuat jadi dia menjawab ya penjamin simpanannya adalah bank itu sendiri. Ada juga yang menjawab Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan,”tuturnya.

Adi menyadari, sosialisasi sangat penting. Untuk itu, tiada hari tanpa sosialisasi bagi LPS. Hampir semua kalangan usia dijajaki. Bentuk sosialisasinya pun bukan konvensional melalui penyampaian informasi satu arah layaknya di bangku kuliah, tetapi disesuaikan dengan segmentasi usianya. Untuk kalangan mahasiswa, sosialisasi dikemas dengan acara musik atau standup comedy. Sementara masyarakat dewasa yang masih menggemari seni budaya, sosialisasi dilakukan melalui media wayang kulit.

LPS juga paham akan perkembangan teknologi. Agar tidak hanya dikenal secara offline, LPS pun juga menunjukkan eksistensinya pada media online, seperti sosial media. Sosialisasi terus dilakukan mengingat tantangan LPS semakin hari semakin besar. Untuk kalangan pelajar, LPS tetap mendorong mereka untuk menabung sementara usia produktif mulai 20 tahun, LPS juga mendorong agar mereka tidak khawatir jika memiliki simpanan karena LPS akan menjamin simpanan mereka aman. Berdasarkan data LPS per Mei 2018, total rekening simpanan per Mei mencapai 257.422.590 rekening, naik 3.300.526 rekening atau 1,30% (MoM) dibanding posisi jumlah rekening April 2018, yang sebanyak 254.122.064 rekening.

Total nominal simpanan di bank umum per Mei 2018 juga mengalami kenaikan sebesar 0,18% (MoM), dari Rp5.404.986 miliar di April 2018 menjadi Rp5.414.857 miliar di Mei 2018. Jika dibanding tahun sebelumnya (posisi Mei 2017), total nominal simpanan ini tumbuh 6,07% (YoY) dimana posisi simpanan Mei 2017 sebesar Rp5.104.851 miliar. Sampai akhir Mei 2018, untuk simpanan dengan nilai saldo sampai dengan Rp2 miliar, jumlah rekeningnya meningkat sebesar 1,30% (MoM), dari 253.873.209 rekening (April 2018) menjadi 257.174.744 rekening (Mei 2018). Sementara itu, jumlah nominal simpanannya juga meningkat 1,78% (MoM), dari posisi akhir April 2018 sebesar Rp2.322.374 miliar, menjadi Rp 2.363.818 miliar di akhir Mei 2018.

Sedangkan untuk simpanan dengan nilai saldo di atas Rp2 miliar, jumlah rekeningnya turun 0,4% (MoM), dari 248.855 rekening (April 2018) menjadi 247.846 (Mei 2018). Sementara itu, untuk jumlah nominal simpanannya juga turun sebesar 1,02% (MoM), dari Rp3.082.612 miliar (April 2018) menjadi Rp3.051.039 miliar (Mei 2018). Dilihat dari jenis simpanan, jenis simpanan yang jumlah rekeningnya mengalami kenaikan paling tinggi adalah tabungan. Kenaikannya mencapai 1,33% dari 246.609.902 rekening di April 2018, menjadi 249.882.406 rekening di Mei 2018. Sementara itu, giro mengalami kenaikan nominal tertinggi dibandingkan jenis simpanan lain, yaitu 2,42%, dari Rp1.302.618 miliar di April 2018 menjadi Rp1.334.148 miliar di Mei 2018.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Manfaatkan Google Classroom - Agar Hasil Belajar Online Lebih Maksimal

Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Manfaatkan Google Classroom - Agar Hasil Belajar Online Lebih Maksimal

Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…