Penyaluran Kredit Melambat - Sumatera Utara

 

 

NERACA

 

Medan - Penyaluran kredit perbankan di Sumatera Utara pada 2018 tumbuh melambat sebagai dampak masih belum normalnya kinerja sektor pertanian, perkebunan dan industri pengolahannya. Direktur Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumut Hilman Tisnawan di Medan, mengatakan, pada triwulan I 2018, kredit perbankan di Sumut hanya tumbuh 8,8 persen secara "year on year" atau menjadi Rp206,6 triliun.

Padahal triwulan sebelumnya, penyaluran kredit Sumut tumbuh 10,8 persen. "Penurunan kredit dampak dari masih tertahannya kinerja sektor pertanian dan industri pengolahan yang merupakan pangsa terbesar kredit secara sektoral," ujar Hilman, seperti dikutip kantor berita Antara, kemarin.

Kinerja sektor pertanian, perkebunan dan industri pengolahan yang tertahan itu dampak harga jual komoditas yang tren melemah. "Dampak kinerja kedua sektor itu dan industri pengolahan tersebut mengalami hambatan menbuat terjadi peningkatan kredit bermasalah," katanya.

Namun disyukuri, meski terjadi peningkatan kredit bermasalah, namun angkanya masih sangat terjaga atau 2,9 persen. "Meski kredit bermasalah terjaga, tetapi perlu diwaspadai karena peningkatan kredit bermasalah di sektor tersier meningkat cukup tinggi atau bahkan di atas 5 persen," ujar Hilman.

Secara spasial penyaluran kredit bank umum di Sumatera Utara hingga triwulan I-2018 masih terkonsentrasi di 5 kabupaten/kota di Sumatera Utara, seperti Medan, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu dan Pematang Siantar yang mendominasi pangsa kredit sebesar 79,1%. Kepala Bank Indonesia Wilayah Sumut Arief Budi Santoso mengatakan, untuk peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di Sumatera Utara mencapai pangsa 25,4% dari total kredit tersalur atau sebesar Rp52,5 triliun.

"Kredit UMKM didominasi oleh kredit skala usaha menengah (share 42,2%), disusul dengan kredit skala kecil (share 30,3%) dan kredit mikro (share 27,5%). Pada triwulan I 2018, pertumbuhan kredit UMKM mengalami kontraksi sebesar 8,0% (yoy)," katanya. Tertahannya pertumbuhan kredit UMKM disinyalir sebagai langkah perbankan dalam menjaga risiko kredit UMKM yang telah melewati batas indikatif 5%.

“Dari sisi risiko, perbankan di Sumatera Utara mengawali tahun 2018 dengan rasio NPL yang relatif terjaga, bahkan jauh dibawah level indikatifnya, yakni mencapai 2,9%. Meskipun jauh dibawah level indikatif, namun tren NPL meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya," ujarnya. Di sisi lain, peningkatan rasio kredit bermasalah di sektor tersier, khususnya PBE sejak triwulan III 2017 yang cenderung meningkat (diatas 5%) juga perlu diantisipasi," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…