Dinilai BI Melewatkan Timing - Dirut BEI Berharap Suku Bunga Tetap

NERACA

Jakarta – Buntut terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menyusul sentimen global The Fed Rate, memberikan sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG). Kondisi ini diperburuk soal lambatnya Bank Indonesia untuk menyesuaikan acuan suku bunga ditengah penantian investor yang tidak pasti.

Merespon hal tersebut, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio menilai, Bank Indonesia (BI) sudah melewatkan timing untuk menaikkan suku bunga, jika hal itu diputuskan dalam Rapat Dewan Guberbur (RDG) Kamis (17/5) sore. Pasalnya, global sudah terlebih dahulu merespon terkait kenaikan suku bunga The Fed. “Saat ini saya kalau ditanya pilihannya meski sudah restore-in saya pilih stay atau bunga acuan tetap. Karena sudah ada momentum yang terlewatkan buat naik bagi saya," ungkapnya di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, BI sudah melewatkan timing tersebut, meski pelaku pasar sudah memperkirakan adanya kenaikan suku bunga. Sehingga jika naik, hal ini cenderung dinilai akan memberatkan pasar.
Tito juga menyebutkan, jika kenaikan suku bunga saat ini ditujukan untuk menyelamatkan pelemahan rupiah saat ini, maka hal tersebut dinilai tak akan memberikan perubahan besar.

Saat ini suku bunga 7-Days Repo Rate masih bertahan di level 4,25%. Sementara itu, The Fed sudah dua kali menaikkan suku bunganya di tahun ini hingga berada di rentang 1,5%-1,75%. Sementara itu, China sudah mengambil keputusan untuk ikut menaikkan suku bunga 7-Days Reverse Repurchase Agreement menjadi 2,55% pada Maret lalu. Sedangkan Bank Sentral Eropa (ECB) sudah terlebih dahulu mengambil sikap untuk mempertahankan suku bunganya di kawasan Eropa untuk jangka waktu yang lama.

Sebelumnya, investor menunggu kepastian perubahan suku bunga Bank Indonesia. Baik nanti keputusannya naik atau tidak, pelaku pasar perlu melihat sikap yang akan diambil BI untuk mengatasi pelemahan suku bunga saat ini. Namun Tito menilai, jika kenaikan suku bunga diputuskan oleh BI hal tersebut merupakan dampak dari faktor psikologis karena kenaikannya sudah diharapkan."Kalau tidak naik saya sih seneng aja karena pasar modal lebih senang bunga murah. Tapi pastikan jadi orang bisa menghitung," imbuh dia.

Pada pembukaan perdagngan valas, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 16 poin menjadi Rp14.070 dibanding posisi sebelumnya Rp14.086 per dolar AS. Kata analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, pemerintah yang terus berupaya menjaga kesehatan APBN direspon positif sebagian pelaku pasar sehingga rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.”Karena APBN yang sehat merupakan salah satu alat untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan, dengan begitu ekonomi akan tumbuh berkelanjutan," ujarnya.

Dia menambahkan bahwa harapan pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia yang akan menaikan suku bunga acuan (BI 7-Day Repo Rate) turut mempengaruhi pergerakan mata uang rupiah."Antisipasi terhadap kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia turut menjaga laju rupiah," kata Reza.

Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah relatif masih terbatas mengingat sentimen yang beredar, terutama prospek kenaikan suku bunga AS masih cukup kuat. Perbaikan yang terjadi pada ekonomi Amerika Serikat memberikan ruang yang cukup bagi dolar AS untuk kembali terapresiasi.

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…