Hal yang Harus Diketahui Seputar Transplantasi Hati

Organ hati memiliki peranan penting bagi tubuh. Tanpanya, tubuh tidak bisa menyerap nutrisi penting makanan dan membuang racun berbahaya. Namun bukan berarti mereka yang mengidap gagal hati tak memiliki harapan.

Gagal hati merupakan tahap akhir dari penyakit kronik hati. Gejalanya antara lain, kulit dan mata berwarna kuning, nyeri pada bagian perut atas kanan, perut buncit, mual dan muntah, muntah dan buang air besar darah serta gangguan kesadaran atau ensipalopati.

Di dunia medis, gagal hati dapat diatasi dengan transplantasi hati yaitu melakukan cangkok dari hati pendonor. Menurut Dokter Toar J.M. Lalisang dari Dapertemen Medik Ilmu Bedah, RS Ciptomangunkusumo (RSCM), transplantasi hati di Indonesia pertama kali dilakukan di Semarang pada 2010. Transplantasi yang dilakukan adalah transplantasi donor hidup atau sebagian organ hati berasal dari pendonor yang masih hidup.

"Transplantasi itu dilakukan dengan syarat keduanya, resipien (penerima) dan pendonor sama-sama sehat. Transplantasi itu, ibarat mobil diberi karburator baru," katanya saat konferensi pers di ruang kuliah Departemen Ilmu Bedah, RSCM, dikutip dari CNN Indonesia.

Hingga kini, lanjutnya, RSCM telah menangani 48 pasien transplantasi hati dengan rincian sebanyak 6 pasien dewasa dan 42 pasien anak. Pada pasien dewasa, hati yang dicangkokkan bisa sebagian atau separuh. Sedangkan pada anak, tidak banyak atau dua segmen (hat terbagi menjadi empat segmen atau bagian), karena volume hati anak tidak sebesar orang dewasa.

Mereka yang menjalani transplantasi hati artinya organ hati tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau disebut gagal hati. Penyebabnya beragam. Pada orang dewasa, gagal hati disebabkan oleh penyakit (hepatitis B dan C, kanker hati, penyakit autoimun) dan konsumsi alkohol. Sedangkan pada anak, gagal hati kebanyakan disebabkan oleh kelainan bawaan seperti atresia bilier dan alagille syndrome atau kelainan sifat sel kromosom sehingga fungsi organ terganggu.

Umumnya, anak yang mengalami gagal hati disebabkan oleh atrea bilier atau kondisi saluran empedu yang tidak terbentuk sempurna. Organ hati tidak bisa mengeluarkan cairan empedu ke kantong empedu dan menganggu fungsi hati.

Tahapan transplantasi hati

Transplantasi hati bukan perkara sederhana. Baik pendonor maupun resipien harus memenuhi syarat-syarat sehingga transplantasi bisa dilakukan. Untuk pendonor dipilih mereka yang memiliki ikatan darah dengan resipien dan memiliki golongan darah sama. Fungsi organ hati juga harus dalam keadaan normal.

Dalam kesempatan serupa, Dokter Andri Sanityoso dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Gastroenterologi Hepatologi RSCM menjelaskan ada tiga tahapan. Pertama, skrining pada resipien dan pendonor. Andri berkata pada tahap ini dilakukan pengecekan golongan darah dan cek fungsi hati serta organ lain.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…