Kecil Peluang untuk Turunkan Suku Bunga

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menekankan peluang untuk menurunkan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo" dari level 4,25 persen pada 2018 sangat kecil, mengingat masih derasnya risiko eksternal dan kebutuhan untuk menjangkar inflasi di 2,5-4,5 persen (yoy). Agus, usai penandatanganan kerja sama mengenai pengembangan keuangan syariah di Jakarta, Rabu (24/1), mengatakan Bank Sentral pada tahun ini akan lebih mengandalkan instrumen moneter lainnya selain bunga acuan, dan instrumen kebijakan makroprudensial.

"Saya harus sampaikan pada kesempatan ini, kondisi sudah mungkin tipis sekali kesempatan penyesuaian '7-Day Reverse Repo Rate'," ujar Agus usai penandatanganan komitmen pengembangan ekonomi syariah dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Badan Wakaf Indonesia, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Bank Sentral terakhir kali menurunkan suku bunga acuan pada Oktober 2017, dari 4,5 ke 4,25 persen, karena inflasi yang terus menurun saat itu. Pemangkasan suku bunga acuan itu juga melengkapi pelonggaran moneter yang terbilang agresif oleh BI sejak Desember 2015 hingga Oktober 2017 sebesar 200 basis poin.

Agus mengatakan pelonggaran kebijakan makropudensial akan diberikan pada tahun ini dengan memperluas perhitungan rata-rata Giro Wajib Minimum (GWM-Averaging) ke denominasi valas di bank umum, dan juga rupiah dan valas di bank syariah. Besaran GWM Averaging pun dinaikkan menjadi dua persen dari total GWM-Primer 6,5 persen terhadap Dana Pihak Ketiga untuk simpanan rupiah di bank umum.

Otoritas Moneter juga akan menerapkan rasio intermediasi makroprudensial dengan menambah perhitungan pembelian obligasi pada komponen pinjaman yang disalurkan perbankan. Kemudian, penyempurnaan GWM Sekunder untuk menjadi penyangga likuiditas makroprudnesial. Agus mengakui BI juga harus memberi perhatian lebih untuk tekanan inflasi, terutama faktor kelompok harga barang bergejolak (volatile food). Di Januari 2018, harga beras, cabai dan barang hortikultura diperkirakan mengerek inflasi.

"Ada kenaikan di harga beras dan cabai dan holtikultura, tetapi kita melihat dan menyambut baik ketika pemerintah memutuskan impor beras dan kita tahu dalam waktu yang tidak lama lagi panen beras akan berlangsung sehingga harga akan terkendali," ujar Mantan Menteri Keuangan itu. Sementara, risiko eksternal berasal dari rencana penurunan suku bunga acuan Federal Rserve dan pemangkasan neraca. Kondisi geopolitik di berbagai negara juga meningkatkan tekanan terhadap stabilitas pasar keuangan, termasuk Indonesia.

Sebelumnya, Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) memproyeksi, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) akan tertahan di angka 4,25 persen sepanjang tahun ini. Artinya, tak ada kenaikan maupun penurunan suku bunga acuan dari BI pada tahun ini. Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan mengatakan, proyeksi ini muncul dengan mempertimbangkan laju inflasi hingga prediksi pergerakan tingkat suku bunga bank sentral dari empat negara, yaitu Amerikat Serikat (AS), kawasan Eropa, Jepang, dan China.

"Dari sisi inflasi, diperkirakan tetap di bawah empat persen. Perkiraan kami, inflasi akhir 2018 di angka 3,5 persen," ucap Fauzi. Proyeksi inflasi tersebut sesuai dengan rentang target pemerintah sebesar 3,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan target BI sebesar 3,5 persen plus minus 1,0 persen (yoy). Sedangkan sepanjang 2017 kemarin, inflasi tercatat berada di angka 3,61 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dibanding target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 sebesar 4,3 persen (yoy) dan target BI sebesar 4,0 persen plus minus 1,0 persen (yoy).

 

 

BERITA TERKAIT

RUPST SSIA Sepakati Pembagian Deviden Rp70, 58 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) bagikan dividen sebesar Rp 70,58 miliar dari laba ditahan…

Bank Mandiri Taspen Siapkan Tiga Strategi untuk Dorong Profitabilitas

    NERACA Jakarta – PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) menyiapkan tiga strategi utama untuk mendorong pertumbuhan profitabilitas secara…

BRI Catat Green Financing Capai Rp89,9 Triliun - Triwulan I/2025

    NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat portofolio pembiayaan hijau (green financing) hingga…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

RUPST SSIA Sepakati Pembagian Deviden Rp70, 58 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) bagikan dividen sebesar Rp 70,58 miliar dari laba ditahan…

Bank Mandiri Taspen Siapkan Tiga Strategi untuk Dorong Profitabilitas

    NERACA Jakarta – PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap) menyiapkan tiga strategi utama untuk mendorong pertumbuhan profitabilitas secara…

BRI Catat Green Financing Capai Rp89,9 Triliun - Triwulan I/2025

    NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat portofolio pembiayaan hijau (green financing) hingga…