Era Disruptif ke Depan

Kemajuan teknologi memang tidak bisa dihindarkan. Teknologi telah memudarkan banyak jenis pekerjaan sekaligus memunculkan banyak kesempatan baru. Lantas bagaimana dengan pekerjaan kita? Nah, bila kita merasa aman-aman saja dan merasa pekerjaan selama ini tidak akan tergantikan oleh robot dan komputer, maka itu artinya kita perlu banyak bergaul dan bermasyarakat.

Menyimak situs www.willrobotstakemyjob.com yang dapat mendemonstrasikan prediksi pekerjaan/profesi apa yang akan digantikan oleh robot dan seberapa besar ancamannya. Profesi sebagai auditor misalnya, diprediksi 94% akan diotomasi. Hal serupa terjadi pada sopir taksi yang terancam eksistensinya sebesar 89%. Kemudian juga profesi analis kredit dan kasir yang 98% dan 97% kemungkinan akan di otomasi.

Sebelum merambah profesi di belakang meja, pekerjaan menjaga pintu tol hilang disebut-sebut akan sirna mulai 31 Oktober 2017. Pembayaran tol di seluruh Indonesia akan digantikan dengan uang elektronik (e-money). Bayangkan, ribuan penjaga pintu tol terkena imbasnya. Untungnya, Ketua Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) memastikan tidak ada pemutusan hubungan kerja.

Padahal, sudah banyak jenis pekerjaan lain yang mulai raib. Fenomena ini akan terus berlanjut. Semakin banyak pekerjaan yang akan diotomasi. Tidak perlu tenaga orang lagi. Menurut World Economic Forum (WEF), ada 5 juta pekerjaan yang hilang sebelum tahun 2020 sebagai dampak dari maraknya kecerdasan artifisial, robot, nano-teknologi, dan factor sosial ekonomi.

Perubahan akibat teknologi saat ini sudah eksponensial. Sangat cepat. Menurut PriceWaterhouse Coopers (2017), dunia menghadapi megatren yang dipicu oleh lima hal, yakni lompatan teknologi, per geseran demografi, urbanisasi yang cepat, pergeseran kekuatan ekonomi global, dan menipisnya sumber daya alam dan perubahan iklim.

Konglomerat Alibaba, Jack Ma, pernah menyatakan, dunia sudah berubah banyak oleh teknologi (kom puter). Komputer bisa melakukan banyak hal lebih baik daripada yang dilakukan manusia. Dalam mempersiapkan anakanak 20-30 tahun ke depan, dia menyarankan agar tidak mengajarkan anak-anak dengan keterampilan yang bisa dilakukan oleh komputer lebih baik. Anak-anak harus diajarkan hal yang tidak bisa dilakukan komputer dengan lebih baik, yakni kreatif, inovatif, kerja sama tim, dan masalah budaya kerja.

WEF mencatat ada pergeseran 10 keterampilan yang paling di butuhkan di tahun 2020 dibandingkan tahun 2015. Tahun 2020, keterampilan di bidang pemecahan masalah kompleks, berpikir kritis, dan kreatif adalah yang paling dibutuhkan. Disusul dengan manajemen sumber daya manusia dan koordinasi dengan orang lain. Lebih lanjut WEF juga memetakan 16 keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 dibagi dalam tiga kelompok yaitu literasi dasar, kompetensi, dan kualitas karakter.

Jadi, kita sekarang menghadapi risiko akibat lompatan teknologi. Ada sisi ancaman (downside risk) dan ada sisi peluang (upside risk). Menghadapi dunia kerja yang berubah cepat dan tantangan ke depan, kita membutuhkan manajemen risiko yang efektif. Pemerintah bersama aparatnya harus melakukan sejumlah langkah mitigasi komprehensif. Dari sisi personal, kita juga perlu melakukan hal yang sama (personal risk management). Setidaknya beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengendalikan risiko masa depan terkait dengan pekerjaan atau profesi.

Pertama, perlu pendidikan dan pelatihan sejak dini terhadap keterampilan yang dibutuhkan untuk masa depan. Kreativitas, berpikir kritis, dankebutuhan keterampilan masa depan lainnya, perlu dikuatkan dalam pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Kedua, kita perlu melihat kembali seberapa aman pekerjaan/profesi kita di masa datang. Jika terancam, kita sudah harus mulai adaptif untuk pekerjaan lain.

Bagaimanapun, jika tidak disiapkan sejak awal, hal ini akan menjadi beban korporasi maupun dunia pendidikan. Kini saatnya untuk mempertajam kompetensi yang dimiliki. Pekerjaan/profesi akan makin terspesialisasi. Sensitivitas terhadap pekerjaan di masa depan akan bisa mempertajam rangsangan menciptakan pekerjaan dan peluang baru. Semoga!

 

BERITA TERKAIT

Strategi Hadapi Tarif Trump

    Ketegangan global kembali memanas seiring kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memutuskan untuk memberlakukan kembali tarif impor…

Perbaikan Jaminan Pekerja

    Kebijakan penghapusan sistem outsourcing di Indonesia menjadi langkah monumental dalam upaya memperbaiki nasib dan jaminan para pekerja. Selama…

Kunjungan Kenegaraan

  Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Thailand bukan sekadar perjalanan seremonial di awal masa kepemimpinannya, melainkan sebuah langkah strategis…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Strategi Hadapi Tarif Trump

    Ketegangan global kembali memanas seiring kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang memutuskan untuk memberlakukan kembali tarif impor…

Perbaikan Jaminan Pekerja

    Kebijakan penghapusan sistem outsourcing di Indonesia menjadi langkah monumental dalam upaya memperbaiki nasib dan jaminan para pekerja. Selama…

Kunjungan Kenegaraan

  Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Thailand bukan sekadar perjalanan seremonial di awal masa kepemimpinannya, melainkan sebuah langkah strategis…