NERACA
Jakarta - Konsultan multinasional PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia mengumumkan hasil survei mayoritas perbankan asing tidak begitu optimistis melihat perbaikan kinerja pada 2017. Hal ini berbeda dengan bank domestik khususnya bank pemerintah, yang meyakini tahun ini akan menjadi titik balik perbaikan kinerja.
Financial Services Industry Leader PwC Indonesia David Wake dalam paparan kepada pers di Jakarta, Rabu (1/3), mengatakan penyebab utama bank asing tidak begitu optimsitis adalah masih adanya tekanan dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) di 2017.
Dari survei PwC, hanya 28 persen dari total responden bankir di bank asing yang meyakini NPL akan menurun tahun ini. Sebagain besar atau lebih dari 50 persen responden bank asing, ujar Wake, meyakini pergerakkan NPL tidak berubah dibanding tahun lalu, yang sebesar 2,9 persen (gross). "Kami memercayai salah satu alasannya, karena mayoritas bank asing adalah bank bekapasitas modal menengah," ujar dia.
Oleh karena kapasitas bank asing yang tidak terlalu kuat, PwC menyebut bank asing menghadapi banyak tantangan dari terbatasnya penanganan masa kritis, kekurangan sumber pendanaan dan akses yang tidak seluas bank-bank pemerintah. “Kondisi itu dapat membuat siklus buruk (vicious cycle) jika bank menengah tidak dapat menemukan ceruk pasarnya atau tidak bisa beroperasi dengan efektivitas biaya,” ujar dia.
Siklus buruk itu digambarkan PwC terindikasi, jika bank asing mengalami keterbatasanpendanaan yang akan memicu kenaikan biaya dana untuk mengamankan likuiditas dan pada akhirnya mengerek naik bunga kredit. Kemudian, kapasitas yang lebih rendah dibanding bank pemerintah juga membatasi bank asing untuk menjangkau skala keekonomian dalam berbisnis.
Menurut Wake, untuk dapat meningkatkan bisnis dan pendapatan, bank asing perlu mengkaji kembali strategis bisnis, termasuk opsi meningkatan kapasitas digital (Teknologi Informasi). Selain itu, bank asing juga perlu mencermati peluang bertumbuh melalui mekanisme anorganik dan strategi lain yang efektif menopang pertumbuhan bisnis.
Akibat masih adanya persepsi tekanan NPL itu, survei PwC juga menyebutkan lebih dari sepertiga responden di bank asing melihat laba akan stagnan atau bahkan lebih buruk. Kemudian, survei PwC menyebutkan pula hanya 19 persen dari responden bank asing yang meyakini kredit dapat tumbuh menyentuh 15 persen.
Namun secara umum, jika digabungkan dengan responden bank domestik, PwC mengatakan 81 persen dari total responden meyakini akan meraih peningkatan laba, meskipun sebagian besar masih mencermati risiko kredit. Survei PwC yang diumumkan hari ini merupakan suvei ketujuh yang dilakukan terhadap 78 pejabat puncak dari 58 bank, yang mewakili 87 persen aset perbankan di Indonesia.
Memang Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di akhir Januari 2017 mengalami kenaikan. Akan tetapi masih di bawah batas aman NPL, yakni 5%. Rasio NPL di akhir Januari lewat menjadi 3,1%, meningkat dari angka sebelumnya pada Desember 2016 sebesar 2,9%. Sehingga perlu diwaspadai oleh industri perbankan. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nelson Tampubolon mengatakan, secara umum rasio NPL yang meningkat pada awal tahun merupakan gejala umum yang terjadi. Adapun rasio NPL, terjadi pada segmen kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi. "Secara umum, naiknya di modal kerja dan konsumsi. Tapi itu gejala di awal tahun. Kreditnya agak menurun, jadi pembaginya lebih kecil dan hasilnya (NPL) jadi lebih besar," kata Nelson, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardjo menilai, kenaikan NPL dari Desember 2016 ke Januari 2017 merupakan tren di industri perbankan setiap tahunnya. Namun, dirinya meyakini, bahwa kondisi risiko kredit bermasalah akan kembali mengalami penurunan di akhir 2017 dan akan kembali berada di bawah 3%. “Kita tahu bahwa setiap akhir tahun kredit bermasalah mengalami perbaikan, tapi di awal tahun yang terjadi itu belum mencerminkan kondisi sepanjang tahun. Pengelola kredit masalah yang baik, akan mendorong penyesuaian tingkat bunga lebih jauh,” ungkap dia.
NERACA Jakarta - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank/Perseroan) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang dihadiri…
NERACA Jakarta - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Bank Muamalat) meluncurkan Kartu Haji…
NERACA Jakarta – Di tengah maraknya proyek kripto berbasis spekulasi, OneGold.io hadir menawarkan sesuatu yang berbeda dan lebih berdampak:…
NERACA Jakarta - PT Bank JTrust Indonesia Tbk (J Trust Bank/Perseroan) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang dihadiri…
NERACA Jakarta - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Bank Muamalat) meluncurkan Kartu Haji…
NERACA Jakarta – Di tengah maraknya proyek kripto berbasis spekulasi, OneGold.io hadir menawarkan sesuatu yang berbeda dan lebih berdampak:…