Dibalik Donasi 1.500 Pasang Sepatu - Ada Tekad Besar Untuk Melawan Kebodohan

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih diselimuti persoalan kualitas pendidikan yang belum merata. Pasalnya, saat ini banyak sekolah di tanah air yang masih terkendala dengan fasilitas-fasilitas utama dan sumber daya pengajaran. Namun demikian, dibalik masih memprihatikannya dunia pendidikan di Indonesia, kita harus memberikan apresiasi besar dan dukungan terhadap pemerintah dalam mengejar ketertinggalan dengan negara lain. Tentunya, pembangunan kualitas dunia pendidikan bagi generasi penerus bangsa ini tidak bisa mengandalkan seluruhnya kepada tanggung jawab pemerintah, tetapi juga peran serta pelaku usaha atau dunia usaha.

Berangkat dari situlah, komitmen PT Astra Internasional Tbk terhadap kepedulian dunia pendidikan cukup besar. Menurut Guru Besar Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Arief Rachman, kepekaan Astra terhadap situasi pendidikan di Indonesia yang belum mampu berkembang tanpa bantuan, layak untuk mendapatkan apresiasi yang tinggi. “Program corporate social responsibility Astra di pendidikan sangat memberikan inspiratif karena dilakukan tertata dengan baik dan tepat sasaran,”ungkapnya.

Salah satu komitmen Astra dalam membantu dunia pendidikan adalah keberlanjutannya program donasi sepatu bagi anak-anak sekolah yang kurang mampu, diantaranya di Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur. Sebagai informasi, di era kemerdekaan saat ini dan pesatnya kemajuaan zaman masih banyak ditemukan siswa di pelosok Sumba Barat ataupun Sumba Timur yang masih berangkat sekolah tanpa alas kaki. Seperti kata pepatah, tidak ada rotan akar pun jadi. Tidak ada sepatu, sandal jepit pun jadi. Peribahasa itulah yang sangat pas untuk siswa di Sekolah Satu Atap (Satap) di Petamawai, Kecamatan Mahu, Kabupaten Sumba Timur, termasuk di sekolah lain, di tempat lain di pelosok Sumba Timur.

Satap di Mahu terletak di lembah yang diapit oleh dua bukit. Jalan menuju ke sekolah itu hanya cukup untuk satu mobil dengan perseneling gigi satu dengan jalan yang naik dan turun bertikungan tajam. Jika bersalipan dengan mobil lain, salah satu mobil harus mundur untuk mencari tempat yang agak lebar. Karena jalan yang dilalui naik turun, berkerikil, dan setapak, anak-anak sangat akrab dengan sandal jepit daripada akrab dengan sepatu. Dari SD sampai SMP, semua memakai sandal jepit untuk alas kaki mereka. Dengan sandal jepit itu, anak-anak melintasi bukit dan menyibak rerimbunan rumput untuk pergi dan pulang dari sekolah.

Kadang anak-anak menaiki bukit dengan kemiringan tinggi, kadang pula mereka menuruni bukit yang curam dan berbatu. Perjalanan yang mereka tempuh dari rumah ke sekolah sekitar dua jam atau sejauh 5 km. Ya, demi menuntut ilmu, jalan panjang itu dilalui dengan ikhlas oleh anak-anak. Mengapa tidak memakai sepatu? Rata-rata anak menjawab dengan serempak. “Kami tidak punya sepatu, Bapak.” Sepatu sesekali mereka gunakan jika tidak hujan atau acara khusus yang diadakan oleh sekolah, seperti upacara hari nasional. Itupun tidak semua anak mampu memakai sepatu. “Sepatu saya hanya satu, rusak lagi. Jadi, lebih baik pakai sandal saja, biar sepatu aku tidak cepat rusak,” ujar salah satu siswa.

Keterbatasan karena tidak memiliki sepatu, tidak menjadi hambatan dalam menuntut ilmu untuk memerangi kebodohan demi masa depan yang lebih baik lagi. Bagi mereka beranggapan bahwa sepatu nomor dua, yang nomor satu adalah sekolah. Meskipun risiko kaki sakit atau terluka karena menginjak batu tajam di sepanjang jalan dan panasnya aspal, tidak begitu dikhawatirkan. Apalagi disana tidak ada satupun angkutan umum. Bahkan menurut sebagian siswa, terjalnya medan sudah menjadi keseharian dan kakipun sepertinya sudah terlatih. Ketika berlari, berhenti tiba-tiba, meloncat, dan menendang, sandal mereka tidak terlepas. Seolah-olah, mereka sangat ahli menggunakan sandal jepit itu.

Maka tidak heran, lantaran tidak memiliki sepatu cadangan, sandal jepit telah menjadi kelengkapan utama untuk berjalan mereka. Sandal jepit yang tipis-tipis itu mampu melapisi kulit dari sentuhan kerikil tajam, duri, dan bongkahan batu. Kemudian, ketika masuk kelas, sendil jepit itu tetap dipakai. Rasanya, anak-anak sangat nikmat dengan sandal jepit itu.

Menjawab Kebutuhan 

Bagaimanapun juga sekolah pakai sendal jepit, mungkin dilihat tidak elok dan tidak sopan bagi sebagian orang di luar sana. Namun bagi siswa sekolah di pelosok Kabupaten Sumba, Nusa Tenggara Timur hal tersebut terpaksa dilakukan karena kondisi geografis yang berat, ekonomi keluarga yang serbakurang, dan kebiasaan jalan jauh, memberikan alasan tersendiri untuk bersandal jepit.

Kini sejak Astra mendonasikan 1.500 pasang sepatu untuk Indonesia cerdas kepada murid di Kabupaten Sumba Barat, mimpi siswa untuk bersekolah dengan sepatu yang layak sebagaimana siswa pada umumna mulai terwujud dan kondisi menumbuhkan semangat belajar lebih giat lagi. Bupati Sumba Barat, Agustinus Niga Dapawole memberikan apresiasi besar bantuan terhadap warganya. “Baru kali ini saya bertemu dengan pihak luar yang datang ke Sumba Barat dengan rasa kekeluargaan dan ketulusan dalam membantu masyarakat di sini. Bapak-ibu guru, jangan lihat dari bantuan sepatunya, lihatlah dari kesungguhannya,” ujar Bupati Niga.

Pada kesempatan yang sama, Astra menyerahkan secara simbolis bantuan dalam bentuk renovasi  fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Surya Harapan senilai Rp 200 juta di daerah Loli, Kecamatan Waikabubak, Sumba Barat. Bantuan ini merupakan hasil kerja sama dengan Happy Hearts Fund Indonesia, sebuah lembaga sosial masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan untuk daerah prasejahtera.

Sebelumnya langkah yang sama juga dilakukan Astra dalam memberikan bantuan donasi 1.500 pasang sepatu untuk anak-anak di Kabupaten Nias, 1500 pasang sepatu dan 250 tas di Mentawai, Sumatera Barat dan juga untuk anak-anak di 14 sekolah di Tolitoli, Sulawesi Tengah. Bentuk kepedulian Astra terhadap dunia pendidikan yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dilakukan dari tahun ke tahun dengan berbagai inovasi yang pendekatan yang berbeda.

Kata Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk, Prijono Sugiarto, kepedulian Astra pada dunia pendidikan sesuai dengan filosofi Catur Dharma Astra, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu, dimana pun instalasi Astra berada harus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. “Bagi Astra, kegiatan bisnis tidak terlepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. Kami meyakini bahwa perusahaan tidak hanya menguntungkan, tetapi juga harus berkelanjutan,” ujarnya.

Itulah sebabnya, lanjut Prijono, kegiatan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian dari langkah nyata Grup Astra untuk berperan aktif memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Prijono berharap, setiap anak perusahaan di Grup Astra bertanggung jawab kepada masyarakat dan lingkungan sekitar, sehingga dapat meminimalkan segala risiko dan efek negatif terhadap keberlanjutan operasional dan bisnis perusahaan. Menurut pengamat CSR, Kadek Dwi Cahaya Putra, kegiatan CSR Grup Astra yang dilakukan sejak tahun 1974 terbilang sukses dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pasalnya, keberhasilan program CSR suatu perusahaan harus dilihat dari dua aspek yaitu pelaksanaan dan komunikasi.

Sejauh mana CSR memberikan manfaat tidak hanya bagi kelompok tertentu tertentu yang menerima dampak CSR, tapi juga bagi perusahaan pelaksana CSR. Supaya bisa memberikan dampak positif, perusahaan harus mampu mengkomunikasikan CSR-nya secara tepat dan maksimal. Menurut Dwi, di Indonesia, CSR atau dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan perlahan-lahan telah menjadi bagian yang sangat penting dari dunia usaha.

Karena saat ini, CSR tidak hanya dianggap sekadar sumbangan (filantropi) sebagai formalitas semata, tapi juga sudah menjadi agenda wajib atau rencana strategis perusahaan. Jenis, model dan cakupan CSR perusahaan di Indonesia juga semakin beragam dan dinamis.

Berbekal pengalaman yang sudah diterapkan Astra, kini kesuksesan kegiatan CSR Astra melalui empat pilar yakni pendidikan, lingkungan, usaha kecil dan menengah (UKM) dan kesehatan telah memberikan inspirasi bagi pelaku usaha lainnya, bagaimana keberlanjutan kegiatan bisnis bisa seimbang dan seirama dengan masyarakat sekitarnya. Kini di usianya yang ke-60, eksistensi Astra Internasional di dunia usaha telah banyak memberikan inspirasi. Apalagi, melalui bendera Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia) melalui sembilan yayasan yang berada di bawah naungannya, telah banyak masyarakat Indonesia merasakan manfaatnya.

Hingga kini Astra telah menyerahkan 207.201 paket beasiswa untuk siswa, pengembangan kompetensi untuk 33.220 guru dan membina 15.027 sekolah, serta 20 Rumah Pintar Astra di seluruh Indonesia. Sementara di bidang lingkungan Astra hingga 2014 telah menanam sedikitnya 3.333.456 batang pohon dan membudidayakan 805.346 tanaman mangrove.

Kemudian pada bidang kesehatan, Astra hingga 2014 melalui keberadaan mobil kesehatan Astra (MOKESA) telah melayani sedikitnya 94.296 orang pasien, membina 915 unit Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan mengumpulkan 126.452 kantong darah dalam berbagai rangkaian donor darah. Selain itu dalam pilar keempat yang menyasar pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, tidak kurang dari 8.646 UKM telah mendapatkan pembinaan dari Astra hingga 2014 yang diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 57.837 orang. 

 

BERITA TERKAIT

Siapkan Talenta Siap Kerja - Indosat dan Wadhwani Beri Pelatihan Berbasis AI

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional dan komitmen dalam dunia pendidikan, Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH),bekerja sama dengan Wadhwani…

Gandeng Jejakin Inisiatif PLAN and PLANT - Kontribusi Generali Indonesia Serap Emisi Karbon

Perluas dampak keberlanjutan dalam menjalankan bisnisnya, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) komitmen keberlanjutan melalui berbagai inisiatif. Untuk terus…

Pemberdayaan Lewat Desa Sejahtera - Astra Dukung Gerakan Wisata Bersih di Samosir

Dorong pemberdayaan masyarakat, Astra kembali mengembangkan potensi wisata Desa Sejahtera Astra Hariara Pohan di Samosir, Sumatera Utara. Belum lama ini,…

BERITA LAINNYA DI CSR

Siapkan Talenta Siap Kerja - Indosat dan Wadhwani Beri Pelatihan Berbasis AI

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional dan komitmen dalam dunia pendidikan, Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH),bekerja sama dengan Wadhwani…

Gandeng Jejakin Inisiatif PLAN and PLANT - Kontribusi Generali Indonesia Serap Emisi Karbon

Perluas dampak keberlanjutan dalam menjalankan bisnisnya, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia) komitmen keberlanjutan melalui berbagai inisiatif. Untuk terus…

Pemberdayaan Lewat Desa Sejahtera - Astra Dukung Gerakan Wisata Bersih di Samosir

Dorong pemberdayaan masyarakat, Astra kembali mengembangkan potensi wisata Desa Sejahtera Astra Hariara Pohan di Samosir, Sumatera Utara. Belum lama ini,…