Dampak Kenaikkan Pangan Dunia
Bank Dunia Cemas Orang Miskin Kekurangan Gizi
Jakarta,
Bank Dunia mengkhawatirkan nasib puluhan juta orang miskin di negara berkembang. Hal ini terkait dengan melonjaknya harga pangan dunia. “Kenaikan harga pangan dunia membuat konsumsi nutrisi masyarakat menjadi berkurang. Masyarakat miskin terpaksa mengkonsumsi makanan yang lebih murah dan rendah gizi,” kata Presiden Bank Dunia, Robert B. Zoellick yang dalam situs Bank Dunia,16/2.
Selain ancaman kekurangan gizi, kata Zoellick, dampak kenaikan harga pangan dunia bisa membuat sekitar 44 juta orang di negara berkembang masuk dalam garis kemiskinan. “"Kenaikan harga pangan telah mendorong jutaan orang menjadi miskin, dan membuat kehidupan mereka makin rapuh, khususnya buat mereka yang menghabiskan setengah dari pengeluarannya untuk makan,"tambahnya.
Sejak Juni 2010, harga bahan makanan mendekati level tertinggi di 2008 yang menjadi pemicu krisis ekonomi global. Harga pangan saat ini naik ke tingkat yang membahayakan dan mengancam puluhan juta orang menuju kemiskinan di seluruh dunia.
Berdasarkan catatan, indeks harga pangan dunia versi Bank Dunia naik 15% sejak Oktober 2010 hingga Januari 2011. Posisi harga pangan dunia saat ini berada 3% di bawah harga tertinggi saat akan terjadi krisis ekonomi global di 2008. Di antara semuanya, harga gandum mengalami kenaikan paling tinggi. Tepung jagung atau maizena naik 73%, ini sangat krusial bagi banyak negara miskin. Sementara harga beras naik lebih pelan dibanding bahan pangan lain. Harga gula juga naik tajam.
Bank Dunia mengatakan, selain peningkatan kemiskinan, kenaikan harga pangan dunia ini juga membuat konsumsi nutrisi masyarakat menjadi berkurang. Orang-orang miskin akan terpaksa mengkonsumsi makanan yang lebih murah dan rendah gizi.
Namun kenaikan harga pangan saat ini dinilai berbeda dengan lonjakan yang terjadi di 2008. Saat ini ada dua faktor yang mencegah lebih banyak orang jatuh ke dalam kemiskinan. Salah satunya adalah berhasilnya panen di negara-negara Afrika yang membantu harga menjadi stabil terutama jagung. Faktor kedua adalah mulai normalnya kenaikan harga beras dunia, serta prospek pasar beras yang stabil.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi imbas lonjakan harga pangan adalah perluasan program gizi dan keselamatan di negara-negara di mana harga pangan meningkat cepat dan menghindari pembatasan ekspor makanan. Lebih banyak investasi di bidang pertanian, pengembangan biofuel makanan yang intensif, dan adaptasi perubahan iklim.
Sebelumnya, Badan FAO mengumumkan suatu angka indeks harga bahan pangan dunia yang terbaru, yang menunjukkan bahwa harga pangan dunia telah mengalami kenaikan secara terus menerus selama 7 bulan berturut-turut, bulan lalu telah meningkat 231 poin, melampaui harga pada saat “krisis pangan” pada Juni 2008 lalu yang hanya 224,1 poin dan memecahkan rekor tertinggi sejak 1990. **cahyo
NERACA Sumatera Selatan - Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) memastikan kecukupan pasokan bahan bakar minyak/gas terjaga khususnya selama…
NERACA Jakarta - Harga komoditas emas ditutup melemah pada Jumat (5/10) setelah data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) mengumumkan…
Jakarta - Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) membayarkan klaim program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sampai November 2011 sebesar Rp166 miliar.…
NERACA Sumatera Selatan - Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) memastikan kecukupan pasokan bahan bakar minyak/gas terjaga khususnya selama…
NERACA Jakarta - Harga komoditas emas ditutup melemah pada Jumat (5/10) setelah data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) mengumumkan…
Jakarta - Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) membayarkan klaim program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sampai November 2011 sebesar Rp166 miliar.…