Triwulan IV 2013 - Kinerja Kinclong, BTN Optimistis Tatap 2014

NERACA

Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk menunjukkan kinerja memuaskan pada triwulan IV 2013. Hal ini terlihat dari laba bersih perseroan mencapai Rp1,56 triliun, tumbuh 14,53% dibandingkan perolehan laba bersih periode yang sama di 2012 yang sebesar Rp1,36 triliun. Peningkatan perolehan laba bersih ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp5,63 triliun. Sementara rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) net dapat ditekan hingga angka 3,04% dari NPL net perseroan tahun sebelumnya yang berada pada angka 3,12%.

Direktur Utama BTN, Maryono mengungkapkan, melihat kinerja perseroan tahun lalu, dirinya mengaku optimistis kinerja BTN tahun ini akan jauh lebih baik. ”Kami serius memperbaiki kualitas kredit Bank BTN. Kami tidak saja ingin mengejar pertumbuhan bisnis yang tinggi, namun harus diikuti oleh perbaikan kualitas kredit.  Sebab itu kami sangat yakin tahun 2014 kinerja Bank BTN akan jauh lebih baik,” ungkap Maryono, saat paparan kinerja triwulan IV 2013 Bank BTN di Jakarta, Senin (10/2).

Dalam paparan kinerja per 31 Desember 2013 (audited), BTN mencatat total aset tumbuh 17,38% atau senilai Rp131,17 triliun, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar  Rp111,7 triliun. Maryono juga menuturkan, perseroan berhasil meraup keuntungan dari pendapatan operasional sebesar Rp2,13 triliun. Adapun kredit dan pembiayaan yang disalurkan BTN tahun lalu juga mengalami pertumbuhan sebesar Rp100,46 triliun, meningkat 23,41% dari posisi yang sama tahun sebelumnya senilai Rp81,41 triliun.

”Pertumbuhan ini masih berada diatas pertumbuhan rata-rata industri,” tegas Maryono. Sementara dana pihak ketiga (DPK) perseroan tumbuh dari Rp80,68 triliun pada 2012 menjadi Rp96,21 triliun atau sekitar 19,24% di tahun lalu. Terkait capital adequacy ratio (CAR) BTN mencapai 15,62%. Kemudian net interest margin (NIM) sebesar 5,44% serta return on equity (ROE) 16,02%. Secara umum, lanjut Maryono, rasio keuangan BTN tumbuh lebih baik pada 2013.

Maryono menambahkan, saat ini perseroan serius untuk memperbaiki kualitas kredit.  Portofolio kredit BTN mayoritas berada pada segmen perumahan. Segmen ini, diakui Maryono, menjadi nilai jual BTN. ”Lebih dari 86% komposisi kredit Bank BTN disalurkan pada segmen perumahan. Sementara sisanya sekitar 13% disalurkan pada segmen diluar perumahan. Kami ingin bagaimana agar kualitas kredit yang disalurkan Bank BTN berada pada posisi yang aman sesuai dengan koridor yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,” terangnya.

Program FLPP

Tak hanya itu, Maryono akan tetap memberikan dukungan pada program perumahan yang ditetapkan oleh Pemerintah. BTN akan terus berupaya bagaimana dapat berperan lebih besar pada industri rumah rakyat. Sejauh ini, perseroan masih melihat program Pemerintah dengan skim FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) perlu didukung oleh semua pihak.

Sebagai informasi, BTN menjadi pendukung utama program FLPP tahun 2013. Dari total kredit yang disalurkan BTN per 31 Desember 2013, sebesar Rp87 triliun disalurkan untuk mendukung pembiayaan perumahan yang terdiri dari Perumahan Subsidi sebesar Rp28,42 triliun, Perumahan Nonsubsidi Rp39,54 triliun, Konstruksi Rp11,82 triliun, Kredit Terkait Perumahan Rp7,19 triliun.

Sementara untuk segmen Nonperumahan disalurkan sebesar Rp13,46 triliun. Meskipun begitu, Maryono meminta Pemerintah, selaku pemegang saham pengendali, agar memahami peran strategis BTN sebagai pendamping Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyat Indonesia akan rumah.

Pasalnya, posisi BTN memang sangat strategis dan sangat bermuatan politis, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. ”Walaupun domain tentang masa depan perbankan Indonesia, khususnya Bank BUMN ada pada Pemerintah selaku pemegang saham, semoga itu dapat menjadi pertimbangan,” tandas Maryono.

Saat ini, komposisi kepemilikan saham BTN mayoritas masih dimiliki oleh Pemerintah yang sebesar 60,14%. Sementara sisanya 39,86% dimiliki oleh umum yaitu masyarakat dan asing. BTN telah masuk ke dalam urutan 10 bank terbesar di Indonesia. Per 31 Desember 2013, modal Bank BTN telah mencapai Rp11,55 triliun, tumbuh jika dibandingkan dengan posisinya pada tahun sebelumnya sebesar Rp10,27 triliun. [kam]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…