NERACA
Direktur Utama BTN, Maryono mengungkapkan, melihat kinerja perseroan tahun lalu, dirinya mengaku optimistis kinerja BTN tahun ini akan jauh lebih baik. ”Kami serius memperbaiki kualitas kredit Bank BTN. Kami tidak saja ingin mengejar pertumbuhan bisnis yang tinggi, namun harus diikuti oleh perbaikan kualitas kredit. Sebab itu kami sangat yakin tahun 2014 kinerja Bank BTN akan jauh lebih baik,” ungkap Maryono, saat paparan kinerja triwulan IV 2013 Bank BTN di Jakarta, Senin (10/2).
Maryono menambahkan, saat ini perseroan serius untuk memperbaiki kualitas kredit. Portofolio kredit BTN mayoritas berada pada segmen perumahan. Segmen ini, diakui Maryono, menjadi nilai jual BTN. ”Lebih dari 86% komposisi kredit Bank BTN disalurkan pada segmen perumahan. Sementara sisanya sekitar 13% disalurkan pada segmen diluar perumahan. Kami ingin bagaimana agar kualitas kredit yang disalurkan Bank BTN berada pada posisi yang aman sesuai dengan koridor yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,” terangnya.
Program FLPP
Tak hanya itu, Maryono akan tetap memberikan dukungan pada program perumahan yang ditetapkan oleh Pemerintah. BTN akan terus berupaya bagaimana dapat berperan lebih besar pada industri rumah rakyat. Sejauh ini, perseroan masih melihat program Pemerintah dengan skim FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan) perlu didukung oleh semua pihak.
Sebagai informasi, BTN menjadi pendukung utama program FLPP tahun 2013. Dari total kredit yang disalurkan BTN per 31 Desember 2013, sebesar Rp87 triliun disalurkan untuk mendukung pembiayaan perumahan yang terdiri dari Perumahan Subsidi sebesar Rp28,42 triliun, Perumahan Nonsubsidi Rp39,54 triliun, Konstruksi Rp11,82 triliun, Kredit Terkait Perumahan Rp7,19 triliun.
Sementara untuk segmen Nonperumahan disalurkan sebesar Rp13,46 triliun. Meskipun begitu, Maryono meminta Pemerintah, selaku pemegang saham pengendali, agar memahami peran strategis BTN sebagai pendamping Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyat Indonesia akan rumah.
Pasalnya, posisi BTN memang sangat strategis dan sangat bermuatan politis, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. ”Walaupun domain tentang masa depan perbankan Indonesia, khususnya Bank BUMN ada pada Pemerintah selaku pemegang saham, semoga itu dapat menjadi pertimbangan,” tandas Maryono.
Saat ini, komposisi kepemilikan saham BTN mayoritas masih dimiliki oleh Pemerintah yang sebesar 60,14%. Sementara sisanya 39,86% dimiliki oleh umum yaitu masyarakat dan asing. BTN telah masuk ke dalam urutan 10 bank terbesar di Indonesia. Per 31 Desember 2013, modal Bank BTN telah mencapai Rp11,55 triliun, tumbuh jika dibandingkan dengan posisinya pada tahun sebelumnya sebesar Rp10,27 triliun. [kam]
Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…
NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…
NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…
Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…
NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…
NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…