Pertumbuhan Ekonomi Terendah Dalam 3 Tahun - Triwulan Pertama Hanya 6,02%

NERACA

Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2013 sebesar 6,02%. Berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2013 mencapai Rp2.146,4 triliun. Pertumbuhan yang 6,02% tersebut adalah yang terendah dalam tiga tahun terakhir.

Pada periode yang sama pada 2011, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,45%. Sedangkan pada tahun 2012 sebesar 6,29%. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto, menjelaskan beberapa hal penyebab menurunnya pertumbuhan ekonomi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

“Pertama, impor selama Januari sampai Maret 2013 itu turun 0,62%. Perhatikan strukturnya, impor barang modal turun 15,8%. Ketika impor barang modalnya turun, kapasitas produksi turun. Ketika kapasitas produksi turun, pembelian juga menurun, pada akhirnya menurunkan investasi,” jelas dia di Jakarta, Senin (6/5).

Alasan kedua, lanjut Suhariyanto, penyerapan pemerintah kurang bagus. Januari sampai Maret 2013 ini penyerapannya turun sedikit dari 17,08% ke 16,16%. Artinya proyek-proyek yang dilakukan pemerintah bisa terhambat. Itu penyebabnya investasi agak terhambat.

“Tapi perlu dicatat bahwa secara investasi, di sektor konstruksi masih stabil. Yang turun parah itu di mesin dan perlengkapan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Yang non-bangunan. Kalau bangunan stabil,” kata dia.

Kalau pertanian dibanding triwulan lalu, sambung Suhariyanto, pertumbuhannya agak melambat. Lebih tinggi triwulan I 2012 dibadning triwulan I 2013. “Tapi coba break down per subsektornya. Khusus untuk perikanan itu pertumbuhannya naik, karena pemerintah punya program pembinaan usaha untuk budidaya perikanan,” paparnya.

Sementara Kepala BPS Suryamin, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menurut pengeluarannya masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga. Dibanding kuartal I-2012, konsumsi rumah tangga di kuartal I-2013 tumbuh 5,17%.

“Ini karena dorongan konsumsi golongan menengah dan pertambahan jumlah penduduk. Terjadi kenaikan penjualan barang-barang konsumsi rumah tangga dari golongan menengah. Konsumsi makanan dan bukan makanan, bahan elektronik, kredit konsumsi, semua naik,” kata Suryamin.

Harga komoditas naik

Untuk pengeluaran konsumsi pemerintah di kuartal I-2013, terjadi kenaikan 0,42% dibanding konsumsi pemerintah di kuartal I-2012. Penyerapan untuk belanja barang dan belanja modal terbilang kecil, yaitu masih kurang dari 6%, padahal sudah seperempat perjalanan. Sementara daya serap belanja pegawai dan subsidi sedikit terjadi peningkatan.

“Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal I-2013 naik sebesar 5,90% dibanding periode yang sama tahun lalu. “Alat angkutan, mesin dan perlengkapan sedikit turun. Barang modal lainnya masih tumbuh meskipun sedikit,” jelas Suryamin. Dari sisi ekspor, Indonesia mencatatkan kenaikan 3,39% dibanding tahun lalu.

Menurut Suryamin, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga sehingga mendongkrak ekspor. “Beberapa komoditas memang meningkat, seperti batu bara, logam, serat, karet dan barang-barang dari karet. Itu meningkat semua,” kata dia.

Sementara impor mengalami penurunan sebesar 0,44% karena melambatnya impor barang. Impor barang modal, barang konsumsi, dan impor bahan baku terjadi perlambatan.

Pada PDB triwulan I-2013 dibandingkan dengan triwulan IV-2012, hanya komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang meningkat sebesar 0,30%, sedangkan komponen lainnya mengalami penurunan.

Komponen pengeluaran konsumsi pemerintah turun sebesar 42,63%. Komponen PMTB turun 5,99%. Ekspor turun sebesar 4,33%, sedangkan impor turun 13,20%. Secara geografis, struktur perekonomian Indonesia pada triwulan I-2013 masih didominasi provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.

Kelompok provinsi di Pulau Jawa berkontribusi terbesar terhadap PDB, yaitu 57,79%, diikuti oleh Sumatera sebesar 23,99%, Kalimantan 8,89%, Sulawesi 4,70%, Bali dan Nusa Tenggara 2,49%. Kontribusi terkecil berasal dari Maluku dan Papua, yaitu 2,14%. [iqbal]

BERITA TERKAIT

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…