DPK Bank Jatim Capai Rp25,64 Triliun - Triwulan I 2013

NERACA

Jakarta – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk mencapai perolehan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp22,20 triliun pada akhir 2012. Sementara di triwulan pertama 2013 total DPK tercatat Rp25,64 triliun, atau meningkat 5,10% dari periode sama 2012, yang sebesar Rp24,39 triliun. Komposisi DPK di triwulan pertama 2013, yakni giro sebesar Rp12,1 triliun, tabungan Rp6,76 triliun, dan deposito Rp6,78 triliun. “Kami unggul dalam market share pengumpulan DPK dalam bentuk giro, yang sebesar 24,53% dari Rp49,32 triliun jumlah DPK di Jatim pada triwulan pertama 2013,” kata Hadi Sukrianto, Direktur Utama Bank Jatim, ketika ditemui di Jakarta, Rabu (24/4).

Hadi menuturkan bahwa untuk meraih DPK lebih banyak di tengah persaingan ketat perbankan nasional, pihaknya akan lebih menggunakan pendekatan emosional kepada nasabah dan peningkatan servis. “Itu (perebutan DPK) ya dengan pendekatan emosional dengan nasabah, pengembangan fitur-fitur dari produk kita seperti sms dan internet banking, jadi untuk (peningkatan) servis pasti lah. Soal bunga simpanan, kita masih bersaing, karena kita sebagai follower, kan kita harus intip saja gerak-gerik si “leader”. BCA itu dengan bunganya kecil tapi tetap bisa menarik banyak nasabah, karena mereka investasinya juga besar sekali. Nasabah kita untuk tabungan meningkat cukup banyak karena loyalitas atau ketertarikan tinggi, mengambil uang di ATM mana pun tidak ada biaya administrasi,” paparnya.

Pada tahun ini, Bank Jatim memang akan meluncurkan layanan sms banking, internet banking, intercity clearing (layanan yang diperuntukkan untuk nasabah giro untuk dapat mencairkan warkatnya di seluruh cabang Bank Jatim), dan Host to Host Multi Biller di Terminal Peti Kemas. Ke depan, host to host ini akan terus dikembangkan dengan menjalin kerjasama dengan universitas, rumah sakit, kantor pajak, dan lain-lain. “Masalah giro kita masih kalah misalnya sama BCA, makanya kita kembangkan sms banking-nya. Budget investasi untuk sms dan internet banking kurang lebih Rp5 miliar,” imbuhnya.

Sementara untuk penyaluran kredit, per Maret 2013, menyentuh angka Rp18,80 triliun, naik 13,53%, dari periode sama tahun 2012 yang sebesar Rp16,56 triliun. Komposisinya adalah kredit konsumer Rp12,39 triliun (65,91% dari total kredit), kredit komersial Rp3,07 triliun (16,33% dari total kredit), dan kredit UMKM Rp3,34 triliun (17,75% dari total kredit). Dengan total nasabah kredit sejumlah 306435, dan NPL gross 3,15%.

Kontribusi dari cabang pembantu (capem) itu lumayan juga untuk DPK, (penyaluran) kredit, dan sebagainya. Capem kan selama ini fokus pada sisi funding-nya. Nanti kita harapkan mereka bisa juga meningkatkan sisi landing-nya. Kita targetkan untuk masing-masing capem itu setahun Rp15 miliar untuk landing. NPL masih tinggi, karena ada sebagian masyarakat yang masih punya pemikiran bahwa KUR itu gratis dari pemerintah. Kita masih untung bisa di-cover dengan jaminan di Askrindo dan Jamkrindo,” tuturnya.

Bank Jatim, pada tahun ini, berencana mendirikan dua Kantor Cabang Syariah, 60 Kantor CaPem, 49 Kantor Kas, 42 Payment Point, serta menambahkan sembilan Kas Mobil, dua Mobil ATM, dan 130 ATM. “CAR kita masih 26% jadi masih bisa ekspansi di seluruh Jatim. Cabang memang kita fokus dirikan di Jatim, karena sekarang dengan jumlah 600 kecamatan baru ada 89 capem. Kemarin sudah ada pembukaan capem di Bekasi, Kelapa Gading, Depok, dan lain-lain. Untuk kantor kita akan beli tapi dilihat dari modal dulu jangan sampai melebihi 5% dari total modal kita. Penambahan capem akan mendorong penyaluran kredit multiguna,” jelasnya.

Untuk aset, perseroan mencatatkan jumlah sebesar Rp32,62 triliun per Maret 2013, naik 11,18% (yoy). Ini merupakan bank dengan aset terbesar di Jatim. Kemudian modal atau ekuitas meningkat 37,23%, dari Rp3,73 triliun di Maret 2012 menjadi Rp5,11 triliun di Maret tahun ini. “Kenaikan permodalan itu semuanya (berasal) dari IPO, di samping dulu juga begini bahwa kita ada cadangan yang bisa dikonversi dalam bentuk modal, sebesar Rp1,3 triliun. Jadi dari IPO sebesar Rp1,2 triliun, dikonversi Rp1,9 triliun,” ungkapnya. Sementara, laba sebelum pajak pada Maret 2013 tercatat Rp300,93 miliar, tumbuh 3,50%, dari periode sama tahun 2012 yang sebesar Rp290,74 miliar. Pendapatan bunga bersih mencapai Rp547,93 miliar,naik 16,70%, daripada jumlah di 2012 yang sebesar Rp469,51 miliar. Fee based income mengalami peningkatan 53,32% dari Rp72,57 miliar di Maret 2012 menjadi Rp111,27 miliar di Maret 2013. [ria]

 

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…