Pembiayaan BSM Didominasi UMKM dan Nonkorporasi - Kinerja 2012

NERACA

Jakarta - Pembiayaan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) selama 2012 didominasi dari sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan nonkorporasi, yang masing-masing sebesar Rp32,80 triliun atau 73,3% dan Rp11,95 triliun atau 26,7%. Direktur Pembiayaan Mikro Kecil BSM, Hanawijaya, menuturkan perseroan ditargetkan Pemerintah untuk mengucurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp720 miliar. Sementara realisasinya, BSM berhasil melampaui target Pemerintah, atau senilai Rp1,3 triliun.

Atas pencapaian tersebut, tahun ini BSM mendapat peningkatan target pengucuran KUR dari Pemerintah sebesar Rp1,5 triliun. “Kami sangat yakin target itu bisa tercapai karena berkaca dari pengalaman tahun kemarin. Kami menjalankan misi untuk mengutamakan segmen UMKM. Hal ini didukung induk kami, Bank Mandiri, yang juga mengembangkan sektor mikro,\" kata Hanawijaya di Jakarta, Kamis (11/4).

Lebih lanjut dirinya menuturkan, pembiayaan sektor UMKM dan nonkorporasi, akan diperkuat untuk mencapai target laba Rp1,2 triliun pada 2013. Sementara Direktur Utama BSM, Yuslam Fauzi, menambahkan jika penguatan UMKM merupakan perwujudan dari visi dan misi BSM sebagai perbankan syariah.

\"Sistem syariah yang kami lakukan bukan sekedar masalah riba dan mudharabah, tetapi juga berusaha memberikan produk-produk yang diperlukan masyarakat, terutama sektor UMKM,\" terang Yuslam. Dalam memberikan pembiayaan kepada UMKM, kata Yuslam, BSM juga melakukan pendampingan dan pengawasan agar pengusaha mikro bisa meningkat menjadi pengusaha kecil dan pengusaha kecil meningkat menjadi pengusaha menengah.

Selain itu, Yuslam menjelaskan bahwa aset perseroan meningkat selama 2012 yaitu sebesar 11,42% menjadi Rp54,23 triliun dari Rp48,67 triliun pada tahun sebelumnya. Sementara dana pihak ketiga (DPK) Rp47,41 triliun per Desember 2012, meningkat 11,24% ketimbang posisi Desember 2011 sebesar Rp42,62 triliun.


Dia menambahkan, BSM membukukan laba bersih Rp806 miliar per 31 Desember 2012, naik 46,28% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp551 miliar. \"Penyumbang terbesar kenaikan laba bersih adalah pendapatan marjin serta bagi hasil serta efisiensi biaya,\" ujarnya.

Pendapatan marjin dan bagi hasil pada Desember 2012 sebesar Rp4,68 triliun, naik 24,14% dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp3,77 triliun. Pendapatan marjin dan bagi hasil tersebut berasal dari pembiayaan BSM sepanjang 2012 yang mencapai Rp44,76 triliun, naik 21,86% dibandingkan pembiayaan pada 2011 sebesar Rp36,73 triliun.

\"Indikator BSM makin efisien dengan rasio biaya operasional 2012 sebesar 73%, atau menurun bila dibandingkan rasio 2011 sebesar 76,44%,\" papar dia. Namun demikian, meskipun perolehan laba meningkat, pertumbuhan BSM melambat disebabkan adanya perubahan sistem teknologi informasi dan sistem proses pembayaran.

\"Sejak Februari 2012 kami mengimplementasikan sistem banking core yang baru. Secara berbarengan, kami melakukan perubahan proses pembayaran untuk meningkatkan efisiensi dan kehati-hatian. Dengan sistem banking core baru dan proses pembiayaan yang baru, diharapkan pertumbuhan BSM pada 2013 semakin baik,” terang Yuslam.

Tak hanya itu saja. Perseroan mengaku telah menambah 95 outlet di sepanjang 2012. Dengan demikian, jumlah total per Desember 2012 mencapai 764 outlet dari semula yang hanya 669 outlet. \"Per 31 Maret 2013, outlet kami juga bertambah menjadi 789 yang terdiri atas 136 kantor cabang, 474 kantor cabang pembantu, 56 kantor kas, 7 konter layanan syariah dan 116 payment point. Selain itu, kami juga memiliki 808 ATM,\" tukas Yuslam. [ardi]

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…