Februari 2025, Harga Referensi Kakao Meningkat USD553,25

NERACA

Jakarta – Harga Referensi (HR) biji kakao periode Februari 2025 ditetapkan sebesar USD 11.102,84/MT,  meningkat sebesar USD553,25 atau 5,24 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini berdampak pada peningkatan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Februari 2025 menjadi USD10.600/MT, naik  USD540 atau 5,36 persen dari periode sebelumnya.

Peningkatan harga ini tidak berdampak pada BK biji kakao, yang tetap sebesar 15 persen sesuai Kolom 4 Lampiran Huruf B pada PMK Nomor 38 Tahun 2024. 

“Peningkatan HR dan HPE biji kakao, antara lain, dipengaruhi peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Dalam hal ini,ada penurunan produksi biji kakao terutama dari produsen utama di wilayah Afrika Barat,” jelas Plt.Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Isy Karim.

Sebelumnya, pada Januari 2025, HR biji kakao periode Januari 2025 ditetapkan sebesar USD10.549,59/MT, meningkat sebesar USD2.813,63 atau 36,37 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini berdampak pada peningkatan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Januari 2025 menjadi USD 10.060/MT, naik USD 2.743 atau 37,48 persen dari periode sebelumnya.

Lebih lanjut,

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung dan memfasilitasi kolaborasi dalam upaya memperkuat daya saing kakao Indonesia di pasar domestik maupun global. Kolaborasi ini diwujudkan melalui inisiatif pengembangan kakao premium Indonesia melalui transformasi sektor kakao, yang dijalankan oleh konsorsium Rainforest Alliance, Rikolto, Kalimajari, Dinas Pertanian Kabupaten Jembrana, dan Valrhona, bersama tujuh mitra koperasi sebagai penerima manfaat.

Inisiatif ini disebut sebagai Program Transforming the Cocoa Sector in Indonesia through Value Addition for Smallholders (TRACTIONS). Untuk mendiseminasikan program-programnya, Kemenperin dan TRACTIONS menggelar lokakarya nasional. “Kami mengapresiasi inisiatif Program TRACTIONS yang telah membantu memperkuat rantai nilai kakao sehingga berdaya saing di pasar global,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi tantangan dalam meningkatkan kualitas bahan baku biji kakao dan mengeksplorasi peluang pasar biji kakao premium dengan menjembatani koperasi produsen kakao ke pelaku usaha industri pengolahan kakao dan cokelat Bean to Bar (B2B). Lokakarya nasional ini membuka ruang diskusi dan kolaborasi para pihak dalam menjajaki kemitraan dalam peningkatan produksi biji kakao dan peluang kerjasama investasi penyediaan bahan baku kakao premium.

“Lokakarya ini menjadi momentum penting untuk membangun strategi posisi Indonesia sebagai salah satu produsen kakao di dunia. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat penting untuk memastikan bahwa kakao Indonesia tidak hanya unggul dalam kuantitas, tetapi juga kualitas yang diakui dunia,” ujar Putu.

Lokakarya nasional ini juga menjadi ajang kolaborasi Kemenperin dengan TRACTIONS untuk melaksanakan business matching antara koperasi penghasil kakao di Indonesia yang berasal dari Bali, Sulawesi, dan NTT dengan industri cokelat artisan. Business matching telah mencatatkan kemitraan antara 8 (delapan) industri cokelat artisan dengan tujuh kountuk menjalin kemitraan dengan 7 (tujuh) koperasi produsen kakao untuk penyerapan bahan baku. Koperasi juga berkomitmen untuk menyediakan bahan baku biji kakao yang berkualitas dan berkelanjutan.   

Putu menjelaskan, penurunan produksi biji kakao menyebabkan turunnya posisi Indonesia dari produsen ke-4 dunia dan saat ini berada di peringkat ke-7 dan berdampak Industri pengolahan kakao dan cokelat mengalami kekurangan bahan baku.

Kemenperin telah menempuh berbagai upaya mengembangkan sektor kakao, antara lain menginisiasi pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) yang akan mendukung pengembangan kakao hulu-hilir berkelanjutan. Dengan terbentuknya BPDP, Kemenperin juga sedang menyusun program pencapaian swasembada kakao untuk mencapai kemandirian industri pengolahan kakao nasional.

“Persiapan sudah dilakukan untuk pencapaian swasembada antara lain melalui program pengembangan SDM untuk memperkuat rantai pasok bahan baku industri berkelanjutan yang disebut program Cocoa Doctor,” jelas Putu.

Pada tahun 2024, program tersebut menghasilkan 37 Cocoa Doctor yang merupakan para petani yang sudah dilatih di Mars Cocoa Academy selama satu bulan. Para petani terlatih Cocoa Doctor juga telah melakukan pembinaan ke mitra petani Training of Trainers (ToT), yang meliputi lebih dari 3.700 orang petani. Kemenperin juga telah melakukan koordinasi dengan industri dan Kementerian/Lembaga terkait dalam upaya meningkatkan produksi dan kualitas biji kakao di dalam negeri.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Hilirisasi Kelapa Tingkatkan Nilai Tambah

NERACA Jakarta– Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan menggelar rapat hilirisasi komoditi kelapa untuk membahas rancangan program hilirisasi komoditi…

Muslimat NU Diajak Ciptakan Pemerataan Ekonomi Umat melalui Koperasi

NERACA Surabaya – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi mengajak Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk bersama - sama mengupayakan penguatan peran…

Efisiensi Anggaran Tidak Pengaruhi Kinerja

NERACA Jakarta – Efisiensi anggaran oleh pemerintah tidak akan mempengaruhi kinerja Kementerian Perdagangan (Kemendag). Kemendag akan mengefisiensi Pagu Tahun Anggaran…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Hilirisasi Kelapa Tingkatkan Nilai Tambah

NERACA Jakarta– Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan menggelar rapat hilirisasi komoditi kelapa untuk membahas rancangan program hilirisasi komoditi…

Muslimat NU Diajak Ciptakan Pemerataan Ekonomi Umat melalui Koperasi

NERACA Surabaya – Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi mengajak Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk bersama - sama mengupayakan penguatan peran…

Efisiensi Anggaran Tidak Pengaruhi Kinerja

NERACA Jakarta – Efisiensi anggaran oleh pemerintah tidak akan mempengaruhi kinerja Kementerian Perdagangan (Kemendag). Kemendag akan mengefisiensi Pagu Tahun Anggaran…