Pentingnya Pengelolaan TPA Yang Ramah Lingkungan

Permasalahan sampah tidak hanya berhenti pada tempat pemprosesan akhir (TPA), tetapi juga bagaimana pengelolaan sampah itu sendiri yang berada di TPA juga harus ramah lingkungan. Hal tersebut disampaikan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sri Wahyono akan pentingnya tempat pemrosesan akhir yang ramah lingkungan, salah satunya dengan mengelola air lindi yang mengandung cemaran dari sampah.

Dirinya menjelaskan, untuk mewujudkan lahan urug saniter (sanitary landfill) dipastikan adanya lapisan kedap air di bagian paling dasar dari TPA tersebut."Sehingga nanti air lindi atau air sampah itu tidak langsung meresap tetapi bisa langsung terarahkan dan kemudian air disalurkan, biasanya di bawah ada saluran air lindi," ujar Wahyono dalam diskusi secara daring di Jakarta, kemarin.

Air lindi yang ditampung itu kemudian harus ditangani lebih lanjut untuk menurunkan kandungan pencemar di dalamnya. Pengelolaan dan pencegahan air lindi masuk ke tanah secara langsung, mengingat dapat mencemari lingkungan karena kandungan yang di dalamnya. Menurutnya, diperlukan juga instalasi saluran pengumpulan gas dihasilkan dari sampah seperti metana dan pemanfaatannya.

Gas metana, yang sangat mudah terbakar dan masuk dalam gas rumah kaca penyebab perubahan iklim, dihasilkan dari sampah organik yang menumpuk di TPA."TPA ternyata dari isu global adalah nomor enam penyumbang gas rumah kaca terbesar di dunia. Sehingga kini muncul zero waste, zero emission dalam rangka mencegah TPA yang kita punya gas rumah kacanya lepas begitu saja," ujarnya.

Untuk menghindari hal itu, kata dia, dapat dilakukan dengan memanfaatkan gas tersebut sebagai sumber energi sembari mencegah masuknya sampah organik di beragam TPA yang ada di Indonesia."TPA ramah lingkungan dengan cara perataan, pemadatan dan pelapisan tanah juga diperlukan untuk mencegah vektor penyakit yang dapat timbul di lokasi," katanya.

Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum (PU), saat ini terdapat 328 TPA di Indonesia dengan 58 di antaranya masuk dalam kategori sanitary landfill, 162 TPA controlled landfill dan 111 TPA masuk dalam kategori open dumping atau masih melakukan pembuangan sampah secara terbuka tanpa pengolahan lebih lanjut.

Sementara data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dari total 2.700 TPA yang ada di Indonesia, hanya sekitar 10% yang menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan metode sanitary landfill, yaitu metode yang lebih aman dan ramah lingkungan. Sisanya, sebagian besar TPA masih menggunakan metode open dumping, di mana sampah dibiarkan begitu saja tanpa ada pengelolaan yang memadai.

Metode ini berpotensi mencemari tanah, air tanah, dan udara, serta memicu kebakaran yang menghasilkan gas metana, salah satu penyebab perubahan iklim. Ya, TPA yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti pencemaran air tanah oleh lindi (leachate), zat cair yang merembes dari timbunan sampah. Lindi ini mengandung zat-zat berbahaya yang dapat mencemari sumur warga sekitar dan mengancam kesehatan mereka.

Selain itu, TPA yang tidak tertutup dengan benar menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang sangat berpotensi mempercepat pemanasan global. Masalah lain yang sering terjadi di sekitar TPA adalah meningkatnya jumlah lalat, tikus, dan hama lainnya yang membawa berbagai penyakit. Banyak kasus di mana masyarakat yang tinggal di dekat TPA mengalami penyakit pernapasan, kulit, dan penyakit menular lainnya karena kontak langsung dengan sampah dan polusi udara. 

BERITA TERKAIT

Funwalk ASG Expo 2025 Diikuti 7.000 Peserta

  NERACA Jakarta - Agung Sedayu Group (ASG) menggelar ASG Expo berlangsung pada 14–23 Februari 2025 di Signature Gallery CBD…

Dorong Kemandirian Petani - Vale Wujudkan Ketahanan Pangan Lewat PupuK Jagung

Dorong kemandirian masyarakat dalam bertani dan juga mendukung pemerintah mewujudkan ketahanan pangan, perusahaan tambang milik pemerintah PT Vale Indonesia Tbk…

Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat - Telkom Salurkan Bantuan Air Bersih di 232 Lokasi

Sebagai bagian dari implementasi praktek environmental, social and governance (ESG) untuk bisnis berkelanjutan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bantu masyarakat…

BERITA LAINNYA DI CSR

Funwalk ASG Expo 2025 Diikuti 7.000 Peserta

  NERACA Jakarta - Agung Sedayu Group (ASG) menggelar ASG Expo berlangsung pada 14–23 Februari 2025 di Signature Gallery CBD…

Dorong Kemandirian Petani - Vale Wujudkan Ketahanan Pangan Lewat PupuK Jagung

Dorong kemandirian masyarakat dalam bertani dan juga mendukung pemerintah mewujudkan ketahanan pangan, perusahaan tambang milik pemerintah PT Vale Indonesia Tbk…

Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat - Telkom Salurkan Bantuan Air Bersih di 232 Lokasi

Sebagai bagian dari implementasi praktek environmental, social and governance (ESG) untuk bisnis berkelanjutan, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bantu masyarakat…