Berkolaborasi Perkuat Upaya Transisi Energi

NERACA

Jakarta – Guna mengatasi tantangan masalah energi dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) di Asia Selatan dan Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas bekerja sama dengan Swaniti Global dan Green South Alliance – Energy Transition (Indonesia Chapter) mendiskusikan upaya dan praktik baik di Asia Selatan dan Indonesia untuk mencapai transisi energi menuju masa depan energi yang berkelanjutan dan berkeadilan.

“Transisi energi tidak hanya penting untuk mengurangi perubahan iklim, tetapi juga mengamankan pasokan energi, dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi,” jelas Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard di Jakarta.

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati menjelaskan konsep Energy Trilemma atau tiga tantangan utama dalam transisi energi. Pertama, security, untuk memastikan keamanan pasokan energi di setiap negara. Kedua, equity, untuk memastikan bahwa populasi dunia yang terus bertambah memiliki akses terhadap energi yang terjangkau. Ketiga, sustainability, untuk meningkatkan penggunaan energi secara berkelanjutan dan berkeadilan.

Seementara itu, CEO Swaniti Global Rwitwika Bhattacharya menegaskan pentingnya aliansi ini. “Tujuan dari aliansi ini adalah untuk melihat bagaimana negara-negara dapat saling mendukung, bagaimana kita dapat menjadi sekutu di wilayah selatan dunia untuk benar-benar mendorong inovasi,” jelas Rwitwika Bhattacharya.

Green South Alliance berkomitmen membuat peta jalan bagi kemitraan di masa mendatang dan memajukan upaya untuk memastikan transisi energi adil dan berkelanjutan di seluruh kawasan.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menyatakan komitmen pemerintah untuk lebih agresif dalam mendorong transisi energi dan menurunkan emisi.

"Pemerintah benar-benar berkomitmen untuk menurunkan emisi. Minggu depan ada COP 29, jadi mudah-mudahan ada poin menarik yang bisa kita sampaikan, tetapi kita masih menunggu karena masih membahas tentang penghentian bertahap PLTU batubara, kita masih punya komitmen, tentu saja, untuk mengurangi emisi. Mudah-mudahan ada kabar baik untuk itu," ujar Eniya.

Eniya menyebutkan empat parameter ketahanan energi, di mana masing-masing parameter menjadi fokus utama Pemerintah dalam menjaga keberlanjutan dan keamanan energi di masa depan. Eniya juga meyakinkan bahwa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memiliki peta jalan sebagai panduan dalam mencapai target dan tujuan energi nasional.

"Jadi, dalam empat parameter ketahanan energi, telah dibicarakan tentang jumlah ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, dan penerimaan. Di Kementerian ESDM kami memiliki roadmap untuk sektor energi," lanjut Eniya.

Eniya mengatakan bahwa Pemerintah tidak hanya akan fokus pada transisi energi, tetapi juga akan fokus pada efisiensi energi. Menurutnya, dengan hanya mengimplementasikan efisiensi energi, emisi dapat dikurangi hingga 32 persen.

"Kita punya lebih banyak fokus di kabinet baru ini. Kami akan lebih fokus pada investasi transmisi. Jadi, infrastruktur energi terbarukan akan dibangun. Dan, tentu saja, di masa mendatang, kami akan lebih aktif tidak hanya dalam energi baru, tetapi juga dalam hal efisiensi energi, kami dapat mengurangi emisi hingga 32 persen hanya dengan melakukan efisiensi energi," jelas Eniya.

Eniya juga menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan regulasi-regulasi untuk mendukung rencana pemerintah dalam menerapkan efisiensi energi.

"Jadi, untuk meningkatkan bauran energi dan konservasi energi, kita perlu lebih agresif, termasuk gedung ini. Tahun depan, kita akan mewajibkan pengelolaan energi di semua gedung di Jakarta. Jadi, kita akan buat aturannya," ungkap Eniya.

Sebelumnya Eniya juga mengungkapkan Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32-43 persen pada tahun 2030. Hingga tahun 2023, Indonesia telah berhasil mencapai pengurangan emisi sebesar 123,2 juta ton atau 34,4% dari target tersebut.

Terkait penurunan emisi, Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan. Hingga tahun lalu, Indonesia telah berhasil mencapai pengurangan emisi sebesar 123,2 juta ton, melalui efisiensi energi, energi terbarukan, bahan bakar rendah karbon, teknologi energi bersih, dan program lainnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Maraknya Produk Impor, Industri Petrokimia Makin Tertekan

NERACA Jakarta - Industri petrokimia mendapat tekanan besar akibat maraknya produk impor. Akibatnya, industri lokal berjuang keras untuk tetap kompetitif.…

Dibutuhkan Kebijakan Komperhensif Bagi Sektor Industri untuk Terus Tumbuh

NERACA Jakarta - Sekretaris Fraksi Golkar DPR RI Mukhtarudin menilai kebijakan industrial yang lebih komperhensif sangat dibutuhkan untuk memberi ruang…

Pertamina Patra Niaga Tingkatkan Inspeksi ke SPBU

NERACA Jakarta – Inspeksi ke SPBU untuk memastikan layanan prima kepada masyarakat terus digencarkan Pertamina Patra Niaga di seluruh wilayah…

BERITA LAINNYA DI Industri

Maraknya Produk Impor, Industri Petrokimia Makin Tertekan

NERACA Jakarta - Industri petrokimia mendapat tekanan besar akibat maraknya produk impor. Akibatnya, industri lokal berjuang keras untuk tetap kompetitif.…

Dibutuhkan Kebijakan Komperhensif Bagi Sektor Industri untuk Terus Tumbuh

NERACA Jakarta - Sekretaris Fraksi Golkar DPR RI Mukhtarudin menilai kebijakan industrial yang lebih komperhensif sangat dibutuhkan untuk memberi ruang…

Pertamina Patra Niaga Tingkatkan Inspeksi ke SPBU

NERACA Jakarta – Inspeksi ke SPBU untuk memastikan layanan prima kepada masyarakat terus digencarkan Pertamina Patra Niaga di seluruh wilayah…