Obsitas menjadi faktor yang memberikan dampak buruk terhadap kesehatan, termasuk risiko kanker rahim. Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Dr Sardjito. dr. Addin Trirahmanto mengatakan bahwa obesitas menjadi salah satu faktor risiko kanker rahim atau kanker endometrium, selain gangguan menstruasi kronis, tamoxifen, dan gen.
Disampaikan, kanker rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling banyak menyerang perempuan, ketiga setelah kanker serviks dan kanker ovarium. “Kanker endometrium banyak menyerang perempuan pascamenopause,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan kanker rahim. Terkait obesitas, dokter Addin mengatakan bahwa lemak yang berlebih dalam waktu yang panjang dapat menyebabkan peningkatan estrogen, yang dapat memicu proses hiperplasi, yaitu penebalan dinding rahim."Jadi mungkin kalau mau kita lihat pada, ini yang belum kanker ya, kita akan ngomongkan sebelum jadi kanker, mungkin pada usia yang masih usia reproduktif itu kadang orang dengan gangguan menstruasi yang berlebihan. Kadang kita lihat berat badannya. Kalau memang karena berat badannya yang berlebih, saran dari dokter tentunya untuk menurunkan berat badannya, menjadi ideal, sehingga nanti siklusnya balik sendiri," kata dia menjelaskan.
Dia mengatakan, obesitas juga mempengaruhi siklus menstruasi. Oleh karena itu, penting untuk mengubah gaya hidup guna mencegah kanker rahim di kemudian hari. Adapun untuk faktor risiko lain, kata dia, salah satunya tamoxifen."Tamoxifen itu salah satu obat untuk pengobatan kanker payudara. Tapi misalnya individu tersebut masih ada rahimnya, karena pemberian tamoxifen itu memacu hiperplasi endometrium, itu mempunyai risiko. Belum tentu jadi, tapi risiko,"ujarnya.
Sementara untuk faktor genetik, kata dia, misalnya mutasi pada gen BRCA. Gejala yang sering ditemukan adalah keluhan perdarahan pascamenopause. Oleh karena itu, dia menyebut pentingnya kontrol ke dokter apabila mendapati hal itu. Kanker rahim diketahui dari USG serta biopsi. Pasien yang belum menopause namun mendapatkan gangguan serupa juga perlu memeriksakan diri untuk mengetahui gangguan yang dialaminya.
Biasanya, kata Addin, hiperplasi pada perempuan belum menopause disebabkan oleh faktor hormonal."Saat ini belum ada deteksi dini untuk kanker rahim, seperti deteksi dini untuk kanker serviks," katanya.
Risiko Kanker
Ahli epidemiologi di National Cancer Institute, James V. Lacey Jr., menyebutkan bahwa lemak berlebih terbukti meningkatkan kadar estrogen di dalam tubuh wanita. James juga menjelaskan bahwa yang mengarah pada perkembangan kanker endometrium dan serviks, khususnya, subtipe kanker yang disebut adenokarsinoma.
Tinggi badan, berat badan, dan obesitas adalah faktor risiko kanker endometrium. Tinggi dan berat badan juga merupakan faktor risiko kanker serviks, maka James menelaah lebih jauh mengenai risiko obesitas pada kanker serviks. Menurut hasil penelitian yang dilakukan, sel adenokarsinoma adalah jenis sel kanker serviks yang umum terjadi. Jenis sel kanker lain, sel skuamosa bisa berkembang di leher rahim, tetapi tidak terkait dengan kadar estrogen.
Melalui studi ini, para ahli mengamati berbagai faktor risiko pada 560 wanita yaitu 124 didiagnosis dengan adenokarsinoma, 139 dengan kanker sel skuamosa, dan 307 wanita yang tidak memiliki kanker. Temuannya antara lain: Wanita yang lebih berat, memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi (BMI) atau memiliki lemak yang terkonsentrasi di bagian tengah tubuh mereka jauh lebih mungkin untuk mengalami adenokarsinoma.
Wanita dengan BMI lebih dari 30 - dianggap obesitas - dua kali lebih mungkin didiagnosis dengan adenokarsinoma. Kemudian wanita dengan rasio pinggang-pinggul tinggi (tubuh berbentuk apel) juga dua kali lebih mungkin mengembangkan adenokarsinoma.
Sementara wanita dengan BMI yang lebih tinggi memiliki adenokarsinoma yang lebih maju saat diagnosis, bahkan jika mereka mendapatkan pap smear secara teratur. Pada wanita yang kelebihan berat badan dan obesitas, pap smear mungkin dapat diandalkan dalam mendeteksi tanda-tanda awal adenokarsinoma dan kanker serviks. Namun masih diperlukan studi yang lebih besar untuk mengeksplorasi kemungkinan ini.
Bisa dikatakan bahwa untuk mencegah kanker serviks, kamu perlu menjaga berat badan ideal. Melansir dari Centers for Diseases Control and Prevention, ada beberapa langkah utama untuk mencegah kanker serviks, antara lain tes skrining yang dapat mencegah kanker serviks atau menemukannya lebih awal.
Meskipun kebiasaan merokok menyumbang presentase angka kematian terbesar kedua di Indonesia setelah hipertensi, namun tingkat perokok aktif di Indonesia terus…
Musim hujan telah tiba, waspadai potensi penyakit merebak dan oleh karena itu harus dijaga kesehatan dan stamina tubuh agar tidak…
Jika jari kelingking kaki tiba-tiba merasa nyeri padahal tidak terbentur apapun, rasanya kondisi tersebut menandai gejala penyakit asam urat.…
Meskipun kebiasaan merokok menyumbang presentase angka kematian terbesar kedua di Indonesia setelah hipertensi, namun tingkat perokok aktif di Indonesia terus…
Musim hujan telah tiba, waspadai potensi penyakit merebak dan oleh karena itu harus dijaga kesehatan dan stamina tubuh agar tidak…
Jika jari kelingking kaki tiba-tiba merasa nyeri padahal tidak terbentur apapun, rasanya kondisi tersebut menandai gejala penyakit asam urat.…