Jakarta-Bank Dunia mengungkapkan tiga faktor yang mempengaruhi ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Menurut Wakil Presiden Bank Dunia Asia Pasifik-Timur, Manuela Ferro, faktor pertama adalah kebijakan terkait dengan perdagangan. Dia menyoroti banyaknya negara yang mulai menerapkan langkah-langkah proteksionis dalam menjalankan kebijakan perdagangan internasional.
NERACA
"Salah satunya adalah poin perlindungan perdagangan yang kita lihat meningkat di seluruh dunia, dan yang terkadang tertanam dalam langkah-langkah yang disebut atau disebut sebagai kebijakan industri baru yang akan mempengaruhi prospek kawasan yang benar-benar merupakan pusat manufaktur dunia," ujar Ferro dalam rilis Prospek Ekonomi Asia Pasifik, Kamis (10/10).
Faktor kedua adalah melambatnya pertumbuhan di China. Diketahui, ekonomi terbesar Asia itu mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang lambat setelah dihantam beberapa persoalan dalam sektor properti dan ekspor
"Pertumbuhan China telah memberikan banyak dampak positif di kawasan tersebut dalam hal pertumbuhan, tetapi perlambatan pertumbuhan tersebut dikombinasikan dengan perlambatan impor, yang melambat lebih cepat daripada ekspor, mengurangi manfaat yang dapat dan akan diperoleh dari pertumbuhan China di seluruh kawasan," ujarnya.
Ketiga yakni perubahan teknologi. Bank Dunia menggarisbawahi bagaimana peralihan kepada teknologi telah memengaruhi pasar tenaga kerja dan pekerjaan. "Diperkirakan sekitar 2 juta pekerjaan telah tercipta, tetapi pada saat yang sama, teknologi robot telah menggantikan sekitar satu setengah juta pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah dari orang-orang yang melakukan pekerjaan rutin yang lebih mekanis," tutur Kepala Ekonom Bank Dunia Asia Pasifik-Timur, Aaditya Matoo.
"Jadi, cerita keseluruhannya positif, tetapi dampaknya berbeda-beda, dan tantangannya adalah memungkinkan para pekerja kita untuk menegosiasikan struktur."
Sementara itu, secara makro, Bank Dunia memperkirakan di tahun 2024 tingkat pertumbuhan mencapai 4,8% di wilayah Asia Pasifik-Timur. Kemudian, pertumbuhan melambat sedikit menjadi 4,4% pada tahun 2025. "Jadi, gambaran keseluruhannya menunjukkan tren positif. Dalam kebanyakan kasus, PDB kita berada pada level yang jauh lebih tinggi dari sebelum pandemi," ujar Ferro.
Pertumbuhan China Melambat
Di sisi lain, China disebut-sebut menjadi salah satu alasan mengapa perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh lebih lambat dibandingkan sebelum pandemi. Menurut Mattoo, selain situasi geopolitik saat ini, Beijing merupakan salah satu yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam menavigasi perekonomian di kawasan tersebut.
"China merupakan mesin pertumbuhan di seluruh dunia termasuk di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Hingga sekarang Beijing masih mendorong pertumbuhan di negara yang lain," kata Mattoo dalam konferensi pers daring sebelumnya, Selasa (8/10).
"Jika pertumbuhan di China turun, maka kekuatan dari dorongan tersebut akan juga menurun di negara-negara lain," tambahnya.
Menurut data Bank Dunia, pertumbuhan China berdasarkan output per kapita sudah mencapai 25% di atas masa pandemi. Hal ini pun mendorong pertumbuhan di negara-negara kawasan lain.
Pada bagian lain, Mattoo mengatakan robot dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) hampir menguasai lapangan pekerjaan di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Menurut dia, saat ini robot-robot industrial mulai menggantikan peran buruh di pabrik. Ini juga terjadi di perbankan, di mana komputer mulai mulai menggantikan peran dari teler.
"Kita sekarang melihat adanya perkembangan baru dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence meningkatkan cakupan dari teknologi untuk menggantikan tugas-tugas yang tidak rutin dan membutuhkan keterampilan kognitif," kata Mattoo.
Dia mengatakan adopsi robot industrial sudah mulai meningkat di setidaknya empat negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Negara tersebut antara lain, Thailand, Malaysia, China dan Vietnam. Robot-robot ini digunakan tidak hanya untuk pembuatan mobil, komputer, dan elektronik saja. Tetapi juga di sektor-sektor seperti karet dan plastik. "Tapi penetrasinya masih cukup rendah di negara-negara seperti Indonesia dan Filipina," ujarnya.
Meski begitu, Mattoo menyebut kombinasi antara kecerdasan buatan dengan robot industrial menciptakan robot yang lebih cerdas, seperti mobil yang bisa mengendali secara otomatis. Di saat yang sama, mereka yang tidak sepenuhnya tergantikan oleh kecerdasan buatan, menjadi lebih diperkuat.
"Ini sebenarnya cukup unik ya, karena kalau kita pikir-pikir semakin banyak robot, mungkin pekerjaannya turun. Tapi ternyata ketika robot itu melakukan tugas secara efisien, produktivitas secara umum akan lebih meningkat, dan itu artinya skala produksinya juga meningkat. Jadi, walaupun pekerja manusia dibutuhkan lebih sedikit untuk memproduksi mobil, tapi karena jumlah produksinya lebih banyak, lebih banyak pekerjaan yang akan tersedia," jelasnya mengungkap semakin tinggi penggunaan robot, semakin tinggi juga peluang pekerjaan bagi manusia.
Mattoo menjelaskan kedatangan robot di kawasan Asia Timur dan Pasifik sudah memunculkan 2 juta pekerjaan dengan keterampilan tinggi di empat tahun terakhir 2018-2022. Namun, di saat yang sama, sudah menggantikan 1,4 juta pekerjaan dengan keterampilan rendah, yang banyak pindah ke sektor informal.
"Ini berujung pada kesimpulan kami bahwa dampak terbesar pada pekerjaan di kawasan ini akan datang dari robot industrial, sementara kecerdasan buatan masih menjadi risiko yang cukup jauh perkembangannya di kawasan Asia Timur dan Pasifik," ujarnya seperti dikutip cnbcindonesia.com.
Cornell University mengungkapkan ekonomi China diperkirakan akan cukup suram, setidaknya pada tahun ini. Dalam sejumlah data diperkirakan ekonomi China tidak membaik, baik dalam masa pendek seperti konsumsi rumah tangga, hingga masa panjang terkait dengan harga properti.
Sementara itu, aktivitas pabrik di China juga dilaporkan berkontraksi selama lima bulan berturut-turut pada September 2024. Ini terjadi karena negara ekonomi terbesar kedua di dunia itu berjuang untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhannya.
Data dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada 30 September lalu memaparkan indeks manajer pembelian manufaktur atau PMI resmi mencapai 49,8 pada September, dibandingkan dengan 49,1 pada Agustus, 49,4 pada Juli, dan 49,5 pada Juni.
Hasil pembacaan PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi dalam aktivitas, sementara hasil pembacaan di bawah level tersebut menunjukkan kontraksi. Data tersebut mengalahkan angka 49,5 yang diharapkan di antara para ekonom yang disurvei oleh Reuters.
Bank Dunia juga mengeluarkan laporan Prospek Ekonomi 2024. Dalam laporan tersebut, Bank Dunia menyebut ada sejumlah negara yang akan mencapai pertumbuhan ekonomi double digit tahun ini.
Sejumlah negara yang disebut itu adalah negara Palau, Guyana dan Niger. World Bank menyatakan bahwa Palau, sebuah negara kepulauan di Pasifik akan mencapai pertumbuhan sebesar 12,4% pada 2024 dan 11,9% pada 2025. Angka itu tumbuh signifikan dibandingkan pada masa pandemi, ketika negara ini mengalami resesi -13,4% pada 2021.
"Pada tahun 2023, gabungan output perekonomian Kepulauan Pasifik diperkirakan telah melampaui tingkat sebelum pandemi. Namun, pemulihan ini tidak merata di seluruh subkawasan, khususnya bagi negara-negara yang bergantung pada pariwisata, seperti Palau dan Samoa, yang mengalami resesi paling parah dan pemulihan paling lambat," tulis Bank Dunia dalam laporannya pada awal tahun ini.
Sementara di Guyana, Bank Dunia memprediksi negara di Kepulauan Karibia ini akan melanjutkan tren pertumbuhan ekonomi double digit di 2024 dan 2025. Guyana diprediksi akan mengalami pertumbuhan Produk Domestik Bruto sebesar 38,2% di tahun 2024 dan menurun menjadi 15,2% pada 2025.
"Perekonomian Karibia diperkirakan akan tumbuh sebesar 7,6 persen pada tahun 2024 dan 5,4% pada tahun 2025, setelah tumbuh sebesar 4,6% pada tahun 2023. Tidak termasuk Guyana, yang masih berada dalam booming berbasis sumber daya sejak ditemukannya minyak pada tahun 2015," kata Bank Dunia. bari/mohar/fba
Jakarta-Pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, mengusulkan agar rencana Pemerintah untuk mengalihkan subsidi…
NERACA Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Politik dan Keamanan (Polkam) Budi Gunawan mengatakan penguatan kolaborasi dan stabilitas menjadi poin…
Jakarta-Presiden Prabowo Subianto resmi menghapus piutang macet pelaku usaha kecil mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani, hingga nelayan. Kebijakan ini tertuang…
Jakarta-Pengamat ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, mengusulkan agar rencana Pemerintah untuk mengalihkan subsidi…
NERACA Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Politik dan Keamanan (Polkam) Budi Gunawan mengatakan penguatan kolaborasi dan stabilitas menjadi poin…
Jakarta-Presiden Prabowo Subianto resmi menghapus piutang macet pelaku usaha kecil mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani, hingga nelayan. Kebijakan ini tertuang…