Industri Makin Tergencet

Oleh: Cundoko Aprilianto

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Rencana kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 15% yang dijadwalkan mulai berlaku 1 Januari 2013 membuat kalangan industri menjerit. Menurut mereka, kenaikan ini akan makin melemahkan daya saing produk dalam negeri dan membuka peluang membanjirnya produk impor.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) menilai, sepanjang tahun ini industri makanan dan minuman banyak mengalami tekanan akibat naiknya harga bahan baku, mulai dari gandum, kedelai, dan gula, serta UMR yang naik lebih dari 20%-26% di Banten.

Belum lagi, kenaikan harga gas industri sebesar 35% per September 2012 dan naik lagi 15% per 1 April 2013 membuat industri mamin semakin terpuruk. Dikeluhkan juga masalah seperti bunga bank yang tinggi terutama untuk UMKM, biaya logistik yang mahal, pungli-pungli, dan infrastruktur yang buruk. Alhasil, jika jadi dinaikkan per 1 Januari 2013, kenaikan TTL dan tantangan-tantangan itu berpotensi menaikkan harga produk sebesar 5-10%.

Asosiasi Pemilik Merek Lokal Indonesia (Amin) juga menilai, rencana kenaikan TTL membuat biaya produksi industri kosmetika dan jamu meningkat 14,75%. Bagi Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), kenaikan TTL dikhawatirkan akan terus mengurangi daya saing produk mereka. Pada industri pembuatan serat, biaya energi listrik memegang peranan 25% dari keseluruhan biaya produksi. Biaya listrik di industri pemintalan mencapai 18,5% dari keseluruhan biaya produksi, sedangkan bagi penenunan sebesar 14,4%.

Sejumlah asosiasi tergabung dalam Forum Komunikasi Asosiasi Nasional (Forkan) berterus terang menolak kenaikan TTL itu adalah Asosiasi Pemilik Merek Lokal Indonesia (AMIN), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Gabungan Elektronika (Gabel), Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo), The Indonesian Iron and Steel Industry Associations (IISIA), Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Industri, Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), Asosiasi Industri Kemasan, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), UKM-Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), serta Forum Industri Pengguna Gula (FIPG).

Jelas, ini menggambarkan keluhan banyak pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Tanpa dipusingkan kenaikan TTL, industri nasional memang sudah terancam oleh serbuan produk impor. Parahnya lagi, kenaikan ini bisa berdampak pada pengurangan karyawan di perusahaan-perusahaan karena sebagai antisipasi, pengusaha akan melakukan efisiensi, salah satunya dalam bentuk pengurangan karyawan.

Jadi, kalau memang kenaikan ini tidak terhindarkan, seharusnya ini juga dibarengi dengan peningkatan mutu layanan pemerintah kepada industri. Hilangkan segala macam pungli yang memberatkan, perkecil bunga bank terutama untuk UMKM, dan perbaiki infrastruktur sehingga bisa menurunkan biaya logistik.



BERITA TERKAIT

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

Tantangan APBN Paska Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

BERITA LAINNYA DI

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

Tantangan APBN Paska Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…