Owner Waroeng Bella: Salarina Harsono - Menjalin Komunikasi dengan Para Pelanggan

 

 

NERACA

Paduan rempah-rempah kekayaan alam Indonesia membuat masakan khas daerah mampu menghipnotis lidah para pecinta kuliner, membenam dalam aroma citarasa meruntuhkan status sosial, profesi hingga budaya. Seperti yang dilakukan Salarina Harsono, pemilik Waroeng Bella. Bersama sang suami Agus Harsono, kedai yang mengusung masakan soto khas Kota Semarang, harapan itu mampu mereka wujudkan.

Rina akrab ia disapa menuturkan bila Waroeng Bella yang rintisnya sejak 5 Mei 2004, telah memiliki pelanggan setia terutama masyarakat disekitar Menteng Jakarta Pusat. Selain kelezatan masakan yang kita sajikan, hubungan komunikasi dengan para pelanggan menjadi salah satu kunci keberhasilan, ungkap pemilik kedai di Jalan Cik Ditiro No 29A, Jakarta Pusat ini.

Strategi Rina memang terbukti. Sejumlah institusi, seperti Bank Indonesia, Telkom, BNI, dan lainnya mampu terpicut menjadi pelanggan setia. Bahkan sejumlah tokoh masyarakat dan nasional, birokrat, teknokrat, dan kalangan selebritis kerap menyambangi kedainya.

Agus sang suami, mencontohkan seperti Tanri Abeng, Rita Sugiarto, George Rudy, atau sejumlah direksi BUMN hingga pejabat Bank Indonesia yang sengaja datang berkunjung ke kedai yang dinilainya sederhana ini, untuk menikmati sajian yang ditawarkan Waroeng Bella, “Kami senang dengan hasil yang telah dicapai Waroeng Bella. Saya pun tak segan menyapa semua pengunjung kedai kami,” kata Agus.

Agus menjelaskan bahwa nama Bella, adalah nama yang diambil dari anak bungsunya, Bella Ariesta Oktavia (16) dan Andri (24). Dan konon si bungsu Bella juga memiliki bakat dalam bidang kuliner, “Mungkin sudah menjadi bakat dari ibunya, karena Bella juga mahir meracik pelbagai jenis masakan daerah,” jelas Agus bangga.

Menurut Agus, ada tiga kunci keberhasilan Waroeng Bella yang dipegang teguh dalam menjaga eksistensi bisnis yang digelutinya bersama sang istri. Yaitu kebersihan, rasa, dan sosialisasi dari mulut ke mulut. “Kami tetap menjaga tiga kata kunci sebagai landasan dalam menjalankan bisnis kuliner,” jelas pria kelahiran Semarang ini.

Dalam menjaga kualitas hidangan, kata Agus, semua disajikan dalam keadaan fresh, “Kalau hari ada sisa, tidak akan kita sajikan. Semua kita buat yang baru, semua fresh bagi pelanggan,” ujarnya mantab.  

Ia memandang bila pelanggan bukan sekadar orang yang membeli produk yang dihasilkan, tapi pelanggan adalah teman baginya. “Saya menganggap pelanggan adalah teman. Enaknya masakan buat saya, juga enak buat pelanggan,” ungkap Agus berprinsip.

Seperti halnya Agus, sang istri yang dipersuntingnya tahun tahun 1987 juga menilai bila pelanggan adalah keluarga, karena itu ia tidak membedakan kualitas masakan yang ditawarkan kepada pengunjung Waroeng Bella dengan hidangan yang ia sediakan bagi keluarga. “Semua sama, karena enaknya buat kita juga enak bagi pelanggan kami,” ujarnya.  

Rasa soto asli Semarang racikan Rina memang layak diacungan jempol. Soto semarang yang umumnya disajikan dalam sebuah mangkuk kecil, tersaji potongan ayam kampung, daun bawang, daun seledri, mie sohun, dan bawang goreng. Terlebih kuah yang berasal dari kaldu ayam kampung kian memacu selera untuk bersantap.

Rina menjelaskan bila dalam tradisi keluarganya, penggunaan penyedap rasa seperti vetsin sangat ia hindari, termasuk dalam menghidangkan semua menu di Waroeng Bella.

“Kita paham dengan dampak penggunaan vetsin, karena itu kita tidak menggunakannya,” jelas perempuan berdarah Padang dan Manado ini.

Karena itu sebagai penyedap, lanjut Rina, ia memperolehnya dari kaldu ayam yang diracik dengan tepat hingga menimbulkan rasa gurih yang tak kalah dengan vetsin.

“Ini upaya kita memberi yang terbaik bagi para pelanggan,” tegasnya.

Selain Soto Semarang, Waroeng Bella juga menawarkan empal goreng, tahu petis, nasi Bebek, sejumlah lalapan segar, aneka sate hingga minuman jus strawberry yang konon menjadi kegemaran sejumlah tokoh nasional dan kalangan selebritis.

Apalagi harga yang ditawarkan Waroeng Bella terbilang sangat terjangkau. Tengok saja semangkut soto komplit hanya Rp 15.000, atau tahu petis seharga Rp 12.000. “Kami memang ingin para pelanggan merasa nyaman ketika menikmati masakan kami,” jelas Rina yang selalu menggunakan sejumlah bahan masakan dengan memperhatikan kualitas kesegarannya.

 

BERITA TERKAIT

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…

BERITA LAINNYA DI

Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah

  Yudi Candra  Pakar Membaca Wajah  Menggali Potensi SDM Melalui Baca Wajah Memang garis takdir manusia sudah ditentukan oleh tuhan.…

Tanamkan Cinta Tanah Air dan Bela Negara

Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak., CPMA., CA., CGOP.Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta Predikat KARTINI MASA KINI pantas disematkan…

Selamatkan Masa Depan 250 Ribu Siswa Keluarga Ekonomi Lemah

KCD Wilayah III‎ Disdik Jawa Barat, H.Herry Pansila M.Sc    Saatnya Untuk selamatkan 250 Ribu Siswa dari Keluarga Ekonomi tidak…