Dunia Dilanda Kekeringan - Pemerintah Waspadai Ancaman Krisis Pangan

NERACA

Jakarta - Pemerintah tengah mewaspadai ancaman kekeringan yang akan melanda beberapa daerah sehingga menyebabkan turunnya target produksi pangan nasional, setidaknya ada sekitar 120 ribu hektare (ha) lahan terancam kekeringan. Sebelumnya, organisasi pangan dunia (FAO) mengingatkan krisis pangan global akan terjadi pada tahun 2013 menyusul ancaman kekeringan yang melanda sebagian besar negara dunia sepanjang tahun ini.

Risiko ini akibat anomali cuaca sehingga mengganggu ketersediaan air. Namun, Menteri Pertanian Suswono optimis Indonesia akan terhindar dari ancaman krisis pangan global yang diprediksi terjadi pada 2013 menyusul peringatan FAO. “Tidak berarti kekeringan itu menjadi gagal panen, hanya saja masih bisa dioptimalkan untuk memproduksi padinya,” kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Kamis (13/9).

Dari data Kementerian Pertanian, lahan yang mengalami gagal panen ini hanya sekitar 23 ribu ha. Lahan itu yang akan dilakukan perbaikan. Pemerintah telah menyiapkan dana untuk bantuan biaya pengelolahan lahan sebesar Rp2,6 juta dan Rp1,1 juta untuk pupuk. “Dana tersebut kami berikan untuk petani yang benar-benar mengalami kekeringan dan dana itu langsung diterima ke kelompok tani. Jadi tidak ada potongan sama sekali,” ujar Suswono.

Dia mengungkapkan, soal kekeringan, pihaknya sudah  mengingatkan para petani yang menanam padi. Ini saatnya musim kemarau dan puncaknya sekarang. “Jadi memang sudah kita ingatkan untuk menanam palawija bukan padi, tapi banyak petani yang waktu itu tergiur karena masih ada hujan, tapi pada bulan kedua dan ketiga sudah tidak ada hujan. Ini yang sebetulnya terjadi, sehingga banyak yang mengalami kekeringan dan produksinya tidak maksimal,” lanjutnya.

Optimalkan Lahan

Lahan yang mengalami kekeringan diperkirakan hingga 75%, Pemerintah akan mengoptimalkan lahan di daerah-daerah yang masih bisa diselamatkan karena ada potensi air sungai maupun air tanah. "Ke depan, kita ingin bantuan apakah dalam bentuk pompa maupun dalam bentuk traktor nanti modelnya brigade. Dengan model mobil brigade ini misalnya satu tempat akan ditanam serentak," jelasnya.

FAO juga memperkirakan, harga pangan akan tetap tinggi dan fluktuatif selama sepuluh tahun kedepan, dan meminta negara-negara di dunia untuk menghentikan penggunaan tanaman pangan sebagai bahan bakar sampai masalah ini diselesaikan. Oleh karena itu, Pemerintah merevisi target produksi pangan periode 2010-2014. "Sesuai dengan tuntutan upaya percepatan swasembada pangan dan kondisi faktual di lapangan, maka Kementan telah melakukan revisi atas berbagai target produksi pangan dari target sebelumnya," ujar Suswono.

Ubah Target Produksi

Perubahan target produksi tersebut akan ditindaklanjuti dengan revisi roadmap upaya pencapaiannya khususnya komoditas strategis yaitu padi, jagung, kedelai, gula dan daging sapi. Suswono menjelaskan produksi padi berdasarkan target semula pertumbuhan rata-rata selama 2010-2014 sebesar 3,22%, tetapi diubah menjadi 3,64%. Sementara untuk mencapai target surplus beras 10 juta ton pada 2014. Pemerintah menurunkan target produksi padi pada tahun ini dari sebelumnya 71,0 juta ton menjadi 67,82 juta ton. Target produksi padi pada 2013 juga diturunkan dari sebelumnya 73,3 juta ton direvisi menjadi 72,06 juta ton.

Sebelumnya, target produksi jagung 2010-2014 rata-rata bertumbuh 10,02% diturunkan menjadi 3,33%. Target awal produksi jagung pada tahun ini 24 juta ton akan diturunkan. Namun, revisi produksi jagung tahun ini belum final. Adapun, target awal produksi jagung pada 2013 sebesar 26 juta ton, tetapi diturunkan menjadi 19,83 juta ton.

Target pertumbuhan kedelai sebelumnya pada 2010-2014 rata-rata 20,05%, tetapi dirubah menjadi 35,02%. Produksi kedelai juga diturunkan. Pada tahun ini target produksi kedelai 1,9 juta ton, tetapi pemerintah merevisi menjadi 1,1 juta ton. Adapun, target produksi kedelai pada 2013 sebesar 2,25 juta ton diturunkan menjadi 2,0 juta ton.

Kementerian Pertanian juga menurunkan target produksi gula. Sebelumnya, pertumbuhan produksi gula 2010-2014 rata-rata 17,7%, tetapi diturunkan menjadi 4,53%. Pada awalnya, Pemerintah menargetkan produksi gula pada tahun ini 4,39 juta ton, diturunkan menjadi 2,66 juta ton, sedangkan target produksi pada 2013 sebesar 4,93 juta ton diturunkan menjadi 2,82 juta ton.

Sementara, pertumbuhan produksi daging sapi dinaikkan. Sebelumnya, target produksi daging 2010-2014 rerata 7,62%, kemudian dinaikkan menjadi 8,48%. Target awal produksi daging pada tahun ini sebanyak 470.000 ton dinaikkan menjadi 520.000 ton. Sementara itu, target produksi daging pada 2013 awalnya hanya 510.000 ton dinaikkan menjadi 550.000 ton.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…