Pembiayaan Indonesia Eximbank Naik 42,5%

NERACA

Jakarta--Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia EximBank) mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 42,51 % dari Rp17,38 triliun pada Agustus 2011 menjadi Rp24,77 triliun per Agustus 2012. "Meskipun kinerja ekspor Indonesia pada semester pertama 2012 tidak terlalu bagus, tetapi ternyata pembiayaan untuk ekspor masih dapat tumbuh cukup baik," kata Direktur Eksekutif Indonesia EximBank, I Made Gde Erata di Jakarta, Kamis.

Menurut Erata, beberapa keragaman fasilitas Indonesia EximBank untuk meningkatkan kinerja ekspor nasional itu adalah berupa pembiayaan modal kerja kepada korporasi dan UKM dalam negeri, pembiayaan investasi untuk modernisasi mesin, serta beberapa pembiayaan proyek.

Adapun komposisi pembiayaan tersebut terdiri dari mata uang valas sebesar 47 % dan rupiah sebesar 53 % dengan sebaran di berbagai macam sektor industri, katanya. "Tercatat 10 besar sektor industri yang dibiayai meliputi tekstil (10,15 %), minyak kelapa sawit mentah (9,91 %), perkebunan kelapa sawit (7,49 %), angkutan umum-laut (5,22 %), "crumb rubber" (4,67 %), dan industri perabot (3,36 %),” tambahnya.

Selanjutnya adalah industri angkutan umum-udara (3,09 %), pertambangan batubara (2,42 %), industri makanan (2,42 %), serta indusri logam dasar (2,42 %). Dengan pertumbuhan pembiayaan tersebut maka Indonesia EximBank mencatat total aset sebesar Rp30,99 triliun per Agustus 2012 atau tumbuh 35,6 % dari Rp22,85 triliun pada Agustus tahun lalu. "Kami optimis target aset yang dibebankan RKAT per Desember 2012 sebesar Rp31,83 triliun akan tercapai," ujarnya

Indonesia Eximbank juga tercatat berhasil menekan tingkat kredit macet dari 3,25 % pada Desember 2011 menjadi 1,38 % pada Agustus 2012, sementara target pembiayaan yang dibebankan kepada Indonesia Eximbank pada Desember 2012 sesuai RKAT adalah sebesar Rp24,5 triliun telah tercapai. "Kita proyeksikan pembiayaan pada akhir 2012 sekitar Rp25 triliun, sedikit lebih dari yang ditargetkan," pungkasnya.**ria

 

 

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…