Optimisme vs Ancaman Resesi

Meski Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi sepertiga dunia akan mengalami resesi di tahun ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis ekonomi Indonesia di 2023 tidak mengalami resesi. "IMF baru saja memprediksi sepertiga dari ekonomi dunia akan kemungkinan terkena resesi. Kita (Indonesia) tidak termasuk yang sepertiga, InsyaAllah," ujar Sri Mulyani, Sabtu (7/1).

Menurut Sri Mulyani, optimisme tersebut berkaca dari terjaganya laju pertumbuhan ekonomi nasional di zona positif. Per kuartal III-2022, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,72% (yoy). "Kita selalu menyampaikan bahwa pemulihan ekonomi kita kuat sampai dengan kuartal III-2022," ujarnya.

Di kuartal IV-2022, Sri Mulyani optimis ekonomi Indonesia juga mampu tumbuh di kisaran 5 persen secara tahunan. Sehingga, untuk keseluruhan tahun 2022 ekonomi Indonesia bisa tumbuh di atas 5 persen.

Meski begitu, Menkeu berjanji akan terus waspada menyikapi berbagai tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia di tahun 2023. Khususnya terkait tahun politik hingga ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi.

Seperti diketahui perekonomian global melalui tahun yang sulit sepanjang 2022. Tahun lalu, sejumlah negara mengalami inflasi tinggi hingga memaksa bank sentral menaikkan suku bunga. Ini kemudian berdampak pada biaya pinjaman atau kredit yang semakin mahal.

"Kemungkinan ekonomi dunia akan menghadapi resesi tahun 2023 sebagai akibat dari kenaikan suku bunga sebagai respon terhadap inflasi yang lebih tinggi," ujar director and head of forecasting Kay Daniel Neufeld, dikutip dari CNN, belum lama ini.

Kay mengakui bahwa tidak semua orang setuju bahwa ekonomi global sedang menuju resesi. Namun dengan pertumbuhan yang diperkirakan akan turun lebih rendah lagi setelah perlambatan tajam pada tahun 2022, hal itu mungkin saja terjadi.

Bahkan IMF memproyeksikan pada bulan Oktober bahwa pertumbuhan global akan turun menjadi 2,7 persen pada tahun 2023. Tidak termasuk jika terjadi krisis keuangan global dan tahap terburuk dari pandemi. Maka itu akan menjadi tahun terlemah bagi ekonomi dunia sejak 2001.

Kalangan pengamat ekonomi menilai, resesi global dapat disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, kebijakan bank sentral berbagai negara kebijakan suku bunga. Kedua, kebijakan China yang kembali membuka negaranya. Serta yang ketiga disebabkan tingginya harga energi.

Menyimak kondisi China dimana hampir tiga tahun lamanya, pemerintah China telah membatasi penyebaran Covid-19 dengan karantina terpusat, pengujian massal, dan pelacakan kontak yang ketat. Sekarang, setelah protes di seluruh negeri terhadap pembatasan yang ketat, langkah-langkah ini tiba-tiba dibatalkan. Pasalnya, pembukaan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia yang akan segera terjadi dapat memacu pertumbuhan. Tapi itu juga membawa risiko.

Keadaan depresi China saat ini menunjukkan, potensi peningkatannya besar. Namun, pengalaman baru-baru ini juga menunjukkan bahwa kemunduran yang signifikan biasanya terjadi ketika pembukaan terlalu dini dan sistem perawatan kesehatan kewalahan.

Selanjutnya harga energi. Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina terus menambah ketidakpastian perkiraan, terutama untuk negara-negara di Eropa yang telah menghentikan penggunaan energi Rusia. Namun, sejauh ini negara Eropa masih bisa menghadapi kekurangan energi.

Laporan dari Badan Energi Internasional menemukan bahwa Eropa dapat menghadapi kekurangan gas alam pada tahun 2023 jika Rusia menghentikan semua ekspor gas ke wilayah tersebut dan cuaca berubah menjadi lebih dingin.

Banyak pihak memperkirakan dunia akan mengalami pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam 40 tahun terakhir, selain tahun 2020 dan krisis keuangan 2007-2008. Bahkan jika resesi global dapat dihindari, banyak negara masih dapat mengalami penurunan yang disertai dengan kenaikan pengangguran, meski ada ekonom yang tidak sepakat tentang seberapa parah dan lama hal itu (resesi) akan berlangsung.

BERITA TERKAIT

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…