Rute Pelayaran Alternatif

 

Oleh: Siswanto Rusdi

Direktur The National Maritime Institute

 

Perjalanan Presiden Joko Widodo ke Ukraina melalui Polandia memunculkan peluang rute pelayaran alternatif ke Eropa dari Indonesia. Ini semua karena jaringan rel kereta api Polandia. Soal konektivitas kereta api, Polandia memang yang paling ekstensif di Benua Biru. Jalur rel mereka mengular menghubungkan hampir seantero negara Eropa. Dengan modal ini Polandia telah ikut menikmati keberadaan program Belt and Road Initiative (BRI) yang diluncurkan oleh pemerintah China sejak beberapa tahun terakhir. Proyek yang diinisiasi oleh Presiden Xi Jinping itu – yang pada awalnya diberi nama One Belt One Road/OBOR – memang luas cakupannya.

Bayangkan saja. Ia mencoba mengkoneksikan wilayah-wilayah yang pada zaman klasik dilalui oleh saudagar China yang dikenal dengan nama Jalur Sutra atau Silk Road. Wilayah-wilayah itu ada yang di Benua Asia sendiri, ada di Benua Afrika dan ada pula di BenuaEropa. Para saudagar China itu menggunakan berbagai macam moda transportasi yang tersedia kala itu: kereta kuda/keledai dan perahu. Hingga kini sudah berabad lamanya konektivitas ini berjalan dan hanya terkendala akibat keterbatasan teknologi yang tersedia Sehingga muncul kesan bahwa jalur klasik itu sudah musnah sama sekali. Dengan program BRI yang diusung Xi, jalur tersebut direvitalisasi dengan sentuhan teknologi dan moda baru seperti jalur kereta api, jalan tol dan sebagainya.

Selain Polandia sudah ada beberapa negara di Benua Eropa yang sudah terintegrasi lebih dahulu ke dalam BRI. Di mana letak competitive advantage-nya Polandia dibanding negara-negara itu? Sekadar catatan. Negeri ini pada derajat tertentu memiliki persamaan dengan Indonesia, yaitu sama-sama terletak di persimpangan jalan alias crossroad. Hanya dimensinya saja yang beda. Karena Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic country) dimensi kemaritiman jelas lebih kental.

Sebagai negara land mass pastinya aspek kedaratan amat kentara bagi Polandia. Sederhananya, Indonesia berada di persimpangan antara Samudra Pasifik dan Samudra India adapun Polandia terletak di persimpangan jalur kereta api yang menghubungkan Asia dan Eropa. Dengan competitive advantage inilah Polandia terintegrasi kedalam BRI.

Dan, itu semua ditumpukan di Malazewicze, sebuah kota kecil di sana. Kendati demikian, peran kota ini dalam dunia perlogistikan Polandia amat signifikan. Sebetulnya bukan bagi Polandia semata, eksistensi kota tersebut penting pula bagi Eropa. Dengan posisinya sebagai titik pertemuan Asia dan Eropa, Malazewicze melayani sekitar 90 persen kargo China yang akan masuk ke Benua Biru menggunakan moda kereta api. Ada cerita menarik seputar konektivitas rel ini. China bermitra dengan Polandia karena ukuran standar rel keretanya sama dengan yang digunakan oleh mereka.

Sementara itu, standar rel negara Eropa yang lain jauh berbeda dengan Negeri Tirai Bambu dan Polandia, yakni lebih lebar. Tetapi Malazewicze juga memiliki jaringan rel yang sama ukurannya dengan tetangganya negara-negara Eropa. Walhasil, China mengumpulkan kargo mereka di sini dan selanjutnya oleh Polandia dialihkan menggunakan kereta api standar Eropa.

Selain konektivitas kereta api, Polandia juga memiliki pelabuhan laut. Ada Gdynia, Gdansk, Szczecin dan Swinoujscie. Gdansk merupakan yang terbesar di antara yang ada. Mereka melayani berbagai macam kargo – peti kemas, bulk, dll. Kapasitas keseluruhan pelabuhan itu (terutama pelayanan bongkar-muat komoditas biji-bijian atau grain) mencapai 12-13 juta ton per tahun. Kapasitas logistick kereta dan pelabuhan laut Polandia ini telah banyak digunakan oleh Ukraina dalam aktivitas ekspor gandum dan batu baranya ke pasar internasional dalam masa perang saat ini.

Dalam situasi perang Rusia-Ukraina yang tidak jelas kapan berakhirnya, di mana banyak negara di Eropa terdampak suplai energi dan pangannya, pelayanan bongkar-muat batu bara dan biji-bijian mereka bisa melalui pelabuhan-pelabuhan Polandia dan selanjutnya menggunakan kereta api atau truk diangsur menuju negara pemesan. Polandia sendiri saat ini sedang menjajaki impor batu bara dari Indonesia untuk mengantisipasi dampak perang terhadap energy security mereka. Impor ini direncanakanakan dilayani di pelabuhan-pelabuhan yang ada. Bila negosiasi antara Polandia dan Indonesia yang tengah berjalan sukses, bagi Indonesia, konektivitas maritim ini akan membuka rute pelayaran alternatif bagi komoditas nasional ke pasar Eropa. Semoga.

BERITA TERKAIT

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

BERITA LAINNYA DI

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…