Mahasiswa Harus Siap Hadapi Era Disrupsi

NERACA

Jakarta - Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Sekretariat Jenderal MPR Budi Muliawan menilai mahasiswa harus mempersiapkan diri pada era disrupsi.

Budi Muliawan menjelaskan bahwa era disrupsi adalah masa dimana terjadi inovasi dan perubahan secara masif yang terjadi secara fundamental sehingga mengubah berbagai sistem dan tatanan ke cara yang baru.

"Upaya untuk menghadapi era disrupsi adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, transformasi digital, dan tidak berhenti untuk berinovasi,” kata Budi Muliawan atau Wawan dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (24/6).

Hal itu dikatakannya saat menjadi narasumber dalam acara Sarasehan Kehumasan MPR RI Menyapa Sahabat Kebangsaan di Auditorium Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat, Kamis (23/6).

Dikatakan pula bahwa era disrupsi didorong revolusi industri 4.0, perubahan yang muncul pada era revolusi industri ditandai dengan berkembangnya kecerdasan buatan (artificial intelligence), teknologi nano, dan rekayasa genetika.

Menurut dia, apabila ketiga teknologi tersebut diaplikasikan, jutaan orang akan kehilangan pekerjaan.

Wawan lantas mencontohkan era disrupsi, antara lain, pemesanan transportasi lewat GoJek atau Grab, pemesanan makanan melalui aplikasi Go Food, informasi yang dahulu dari media konvensional, seperti koran, majalah, atau televisi, sekarang seseorang memperoleh informasi dari internet, transfer uang yang lebih cepat melalui aplikasi di telepon genggam.

"Dahulu kiriman uang dari orang tua untuk mahasiswa memerlukan waktu cukup lama, pakai wesel di kantor pos. Sekarang cukup dengan aplikasi di handphone, saat ini uang ditransfer, saat itu pula bisa mengecek uang transfer itu," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa fenomena yang terjadi saat ini banyak department store yang kehilangan konsumen karena maraknya sistem belanja secara daring dengan menggunakan telepon genggam bisa transaksi perdagangan secara mudah.

Saat ini omzet terbesar penjualan adalah melalui transaksi daring (online). Bisnis yang tidak melakukan transformasi digital pasti akan tertinggal.

Menurut dia, juga terjadi perubahan dalam pendidikan dan pengajaran, selama 2 tahun pandemi COVID-19, proses belajar mengajar secara virtual.

"Itu contoh paling sederhana tentang perkembangan era disrupsi, artinya kondisi saat ini sudah berubah semua, pola hidup, pola pikir, dan pola kerja berubah. Itu perubahan yang mendasar dan fundamental," katanya.

Menurut dia, mahasiswa harus ikut beradaptasi dengan perubahan dan tidak bisa menolak era disrupsi sehingga semua harus bertransformasi serta harus siap menghadapi era disrupsi.

Wawan mengatakan bahwa mahasiswa merupakan generasi Z yang jumlahnya sekitar 27,94 persen dari 270 juta populasi penduduk Indonesia.

"Generasi Z adalah generasi yang lahir pada era internet atau lahir pada tahun 1997—2012 atau saat ini berada pada usia antara 10 tahun dan 25 tahun. Itu adalah rata-rata usia mahasiswa saat ini, salah satu karakter generasi Z adalah sudah beradaptasi dengan era digital," ujarnya.

Dalam menghadapi era disrupsi, Wawan mengingatkan kepada mahasiswa jangan meninggalkan Empat Pilar MPR RI, yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia; UUD NRI Tahun 1945 sebagai hukum dasar tertulis dan tertinggi; Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia; dan Bhinneka Tunggal Ika yaitu keragaman yang harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosio kultural.

Hadir dalam acara MPR bersama UPI Bandung, antara lain, Pelaksana Tugas (Plt.) Deputi Administrasi Setjen MPR Siti Fauziah, Inspektur Setjen MPR RI Maifrizal, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Pendidikan Indonesia Cecep Darmawan, Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI Agus Mulyana, dan Ketua Prodi Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI Susan Fitriasari. Ant

 

BERITA TERKAIT

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…

BERITA LAINNYA DI

Aiptu Supriyanto Cerminan Polisi Jujur Berintegritas

NERACA Jakarta - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarto menyebut tindakan Aiptu Supriyanto mengembalikan uang temuan milik pemudik yang…

RI Bisa Jadi Penengah Konflik Iran-Israel

NERACA Yogyakarta - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof Al Makin memandang Indonesia berpeluang menjadi mediator atau…

Ruang Siber Telah Menjadi Medan Perang Modern

NERACA Semarang - Pakar keamanan siber Dr. Pratama Persadha mengatakan bahwa ruang siber telah menjadi medan perang modern yang memperlihatkan…