Peneliti yang Terluka

 

Oleh: Amanda Katili Niode, Ph.D.

Direktur Climate Reality Indonesia

“The Wounded Researcher. Research with Soul in Mind,” buku karya psikoterapis Robert Romanyshyn, terbit 15 tahun lalu, namun hingga kini masih terus dicetak dan menjadi rujukan tentang esensi kesatuan yang utuh antara karya ilmiah dengan jiwa manusia (soul).

Judul tulisan ini, secara harfiah, bisa saja menggambarkan suasana akhir-akhir ini karena peleburan sejumlah lembaga penelitian yang sudah mapan. Pro dan kontra dalam dimensi politik dan institusi tentang hal itu banyak dibahas, namun sampai di mana keberpihakan pada individu peneliti maupun proses penelitian itu sendiri?

Banyak alasan mengapa seseorang berminat menjadi peneliti. Albert Eistein, Marie Curie, Linus Pauling dan para peraih Hadiah Nobel merupakan tokoh panutan dunia yang menginspirasi. Adanya kesempatan untuk berkiprah di sebuah lembaga atau korporasi, maupun menuntut ilmu di universitas bergengsi melalui beasiswa adalah dorongan lainnya. Namun akar utamanya adalah rasa ingin tahu dan juga niat mulia untuk kemaslahatan sesama manusia.

llmu pengetahuan menawarkan cara untuk menjawab pertanyaan tentang alam semesta secara jelas, dengan bukti-bukti pendukung. Namun, guna mendapatkan informasi terbaik, diperlukan prosedur yang telah teruji. Seperti tercantum dalam berbagai referensi, penelitian (research) memiliki pakem mengamati, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, membentuk dan menguji hipotesis, membuat kesimpulan, melaporkan, dan mengevaluasi.

Dalam “The Wounded Researcher,” Romanyshyn memandang penelitian secara lebih mendalam, yakni sebagai “re-search” atau pencarian ulang, ibarat urusan yang belum usai dalam roh sebuah karya yang menunggu untuk diselesaikan. Kata “wounded” atau “terluka” diinterpretasikan sebagai terluka karena sadar akan adanya dimensi non-ego dalam sebuah penelitian.

Harus ada ruang untuk alam bawah sadar sebagai faktor kreatif dan positif dalam penelitian. Ruang bagi mimpi peneliti, perasaan, dan intuisi selama proses penelitian. Seniman, kental dalam menciptakan sebuah karya “di luar nalar”, sebagai panggilan jiwa maupun hati, yang mungkin ada di alam bawah sadarnya, untuk berdedikasi menciptakan sesuatu yang baru dan menawan.

Seorang pengulas buku itu mengatakan, ekspresi melalui bahasa adalah poin penting yang “melukai” peneliti ketika ia berusaha namun gagal dalam uraian tentang jiwa. Karena tidak ada bahasa rasional yang dapat mengungkapkan jiwa secara penuh, sehingga peneliti harus puas memberi sinyal tentang 'celah' antara apa yang dapat ditulis dan kenyataan yang ada.

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) merangkum data dari 193 negara. Pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan secara global tumbuh lebih cepat daripada ekonomi antara 2014 dan 2018 karena negara-negara beralih ke penelitian untuk dunia yang ramah lingkungan dan digital. Dana untuk sains meningkat 19% selama empat tahun, sementara jumlah ilmuwan bertambah 13,7% menjadi 8,8 juta.

Apakah tidak terafiliasi dengan institusi riset dapat mengerdilkan para peneliti yang ingin memperoleh rekognisi melalui karya mereka namun juga menyediakan ruang bawah sadar untuk memenuhi panggilan jiwa?

Selalu ada pilihan untuk menjadi peneliti independen tanpa tekanan politik maupun institusi. Beberapa organisasi maupun donatur mendukung “solo researcher” meskipun konsekuensinya, ilmuwan independen mungkin memiliki pendapatan yang tidak tetap, serta luput dari prestise institusi ternama. (W)

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…