Kenaikan Harga Minyak Goreng dan Pengembangan Sawit Berkelanjutan

 

Oleh: Mahpud Sujai, Peneliti Madya BKF Kemenkeu *)

 

Saat ini banyak ibu rumah tangga dan pengusaha kecil terutama tukang gorengan menjerit karena harga minyak goreng yang meningkat tajam. Harga minyak goreng sudah meningkat hingga 75 persen dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Kenaikan harga minyak goreng sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat dikhawatirkan juga dapat memicu inflasi dan menimbulkan efek domino bagi komoditas dan produk yang lain.

Menko Perekonomian sudah menyatakan bahwa kenaikan harga minyak goreng disebabkan karena naiknya harga minyak kelapa sawit  atau crude palm oil. Kenaikan harga CPO ini dipicu oleh meningkatnya demand dari pasar internasional karena peningkatan aktivitas perekonomian dan konsumsi masyarakat pasca krisis Covid 19. Pasca krisis Covid 19 terjadi recovery perekonomian dan permintaan konsumsi masyarakat yang sangat cepat untuk semua sector dan produk, sehingga kenaikan harga komoditas bukan hanya untuk CPO saja, namun juga untuk komoditas logam, tambang hingga hasil pertanian.

Dalam hal komoditas CPO, Indonesia merupakan pengendali pasar sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Bersama Malaysia, Indonesia menguasai sekitar 80 persen pasar minyak sawit internasional. Sebagai produsen terbesar minyak sawit internasional, tentu saja negara kita mendapatkan beragam keuntungan secara ekonomi berupa kontribusi terhadap pertumbuhan PDB, peningkatan kesejahteraan masyarakat, penyediaan lapangan kerja hingga pengembangan infrastruktur di wilayah perkebunan kelapa sawit.

Peningkatan harga minyak sawit di pasar internasional memiliki dampak positif bagi perekonomian negara berupa peningkatan nilai ekspor, peningkatan devisa hingga perbaikan neraca perdagangan. Namun secara domestik, peningkatan harga minyak selain menambah beban konsumsi rumah tangga dan pengusaha kecil juga dapat memicu peningkatan inflasi.  

Dalam rangka menstabilkan harga minyak goreng di dalam negeri, pemerintah akan melakukan operasi pasar di berbagai wilayah Indonesia untuk menstabilkan harga minyak goreng. Namun operasi pasar ini hanyalah solusi jangka pendek yang belum tentu bisa mengatasi naiknya Kembali harga minyak goreng dalam jangka Panjang.  Perlu dicarikan akar masalah yang dapat menjaga kestabilan harga minyak goreng secara berkelanjutan.

Diperlukan beberapa kebijakan yang dapat mendorong kestabilan harga minyak goreng di dalam negeri secara jangka panjang. Kebijakan yang diambil dapat berupa kebijakan disisi demand maupun disisi supply. Disisi demand, kebijakan yang perlu diambil adalah memperbaiki tata niaga minyak goreng agar lebih sederhana dan menghapuskan monopoli maupun oligopoli dalam penguasaan minyak sawit di dalam negeri. Kebijakan ini akan menyebabkan pasar minyak sawit dalam negeri menjadi lebih efisien. Kebijakan lain yang tak kalah penting adalah diversifikasi konsumsi minyak goreng dalam negeri. Saat ini konsumsi minyak goreng masyarakat Indonesia secara perkapita relatif tinggi disebabkan karena masyarakat kita yang lebih menyukai makanan yang digoreng. Perlu kebijakan dan kampanye pengurangan konsumsi minyak goreng di kalangan masyarakat.

Sementara itu, dari sisi supply, perlu kebijakan yang mendorong produktifitas perkebunan sawit nasional. Saat ini banyak kebun kelapa sawit yang sudah tua dan kurang produktif sehingga perlu peremajaan perkebunan kelapa sawit agar peningkatan produktifitas kelapa sawit semakin meningkat. Selain itu, banyak perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang merupakan perkebunan rakyat yang digarap oleh para petani sawit.

Berbeda dengan perkebunan kelapa sawit skala besar yang lebih efisien dalam memacu tingkat produktifitas ke titik maksimal, petani sawit kecil masih lesulitan untuk mengatur arus kas usaha, pupuk hingga tenaga kerja yang terbatas sehingga kesulitan meningkatkan tingkat produktifitas dan menjaga keberlangsungan perkebunan kelapa sawitnya. Ditambah lagi kesulitan pendanaan usaha yang berdampak pada kesulitan untuk peremajaan kebun kelapa sawit. Akibatnya tingkat produktivitas di tingkat petani kelapa sawit berskala kecil sangat rendah. Hal ini menciptakan disparitas tingkat pendapatan per hektar yang cukup tinggi antara pelaku industry kelapa sawit berskala besar dengan petani kelapa sawit berskala kecil.

Padahal, kontribusi petani sawit kecil baik pada tingkat produksi minyak sawit maupun pada luas lahan akan semakin meningkat, Berdasarkan data Statistik Perkebunan Sawit tahun 2020, saat ini jumlah petani sawit sudah memiliki proporsi 40 persen dari total luas perkebunan sawit di Indonesia. Sementara itu, dilihat jika dari total produksi minyak sawit yang dihasilkan oleh petani sawit mencapai 30 persen dari total produksi minyak sawit Indonesia.

Peran Strategis

Sementara itu, berdasarkan strukturnya, perkembangan perkebunan besar di Indonesia menunjukkan tren yang stabil, sedangkan perkembangan perkebunan rakyat menunjukan tren peningkatan yang sangat tajam dari tahun 2015 sampai tahun 2020 dengan proporsi yang meningkat tajam hingga mencapai 3 kali lipat. Data tersebut menunjukan bahwa proporsi perkebunan rakyat akan terus meningkat dan mengambil peran yang lebih strategis ke depan.

Keberlanjutan perkebunan kelapa sawit rakyat sangat berpengaruh terhadap biaya produksi produk turunan kelapa sawit salah satunya minyak goreng. Biaya produksi yang efisien tentu saja akan menghasilkan produk turunan yang lebih murah dengan tingkat keuntungan yang tinggi. Sehingga perlu dukungan bagi petani sawit kecil agar meningkatkan produktifitas lahan perkebunan sawitnya.

Dukungan yang saat ini mereka perlukan terutama dalam hal pembiayaan modal kerja dalam rangka peremajaan kelapa sawit. Peremajaan kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga dukungan pemerintah adalah hal yang sangat penting. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan kredit usaha mikro berbunga rendah yang disubsidi oleh pemerintah, atau bisa juga dengan dukungan pembiayaan dari Badan Pengelola dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDKS).

Sinergi antara perkebunan kelapa sawit besar dengan perkebunan sawit rakyatserta pengembangan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan tentu saja akan berdampak positif sehingga meningkatkan produktifitas perkebunan sawit yang pada ujungnya akan menghasilkan biaya produksi yang lebih efisien dan harga produk yang lebih murah. *) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.

BERITA TERKAIT

Jaga Persatuan dan Kesatuan, Masyarakat Harus Terima Putusan MK

    Oleh : Ridwan Putra Khalan, Pemerhati Sosial dan Budaya   Seluruh masyarakat harus menerima putusan Mahkamah Konstitusi (MK)…

Cendekiawan Sepakat dan Dukung Putusan MK Pemilu 2024 Sah

    Oleh: David Kiva Prambudi, Sosiolog di PTS   Cendekiawan mendukung penuh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada sidang sengketa…

Dampak Kebijakan konomi Politik di Saat Perang Iran"Israel

  Pengantar Sebuah diskusi webinar membahas kebijakan ekonomi politik di tengah konflik Irang-Israel, yang merupakan kerjasama Indef dan Universitas Paramadina…

BERITA LAINNYA DI Opini

Jaga Persatuan dan Kesatuan, Masyarakat Harus Terima Putusan MK

    Oleh : Ridwan Putra Khalan, Pemerhati Sosial dan Budaya   Seluruh masyarakat harus menerima putusan Mahkamah Konstitusi (MK)…

Cendekiawan Sepakat dan Dukung Putusan MK Pemilu 2024 Sah

    Oleh: David Kiva Prambudi, Sosiolog di PTS   Cendekiawan mendukung penuh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada sidang sengketa…

Dampak Kebijakan konomi Politik di Saat Perang Iran"Israel

  Pengantar Sebuah diskusi webinar membahas kebijakan ekonomi politik di tengah konflik Irang-Israel, yang merupakan kerjasama Indef dan Universitas Paramadina…