GELOMBANG KE-3 COVID-19 DIPREDIKSI AKHIR 2021: - Pemerintah Siapkan Lima Langkah Strategis

Jakarta-Potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia diprediksi terjadi di akhir 2021. Hal ini berkaca dari lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi pada akhir 2020 dan pertengahan tahun 2021. Saat itu, terjadi peningkatan mobilitas yang tinggi saat perayaan hari besar keagamaan. Untuk itu, pemerintah mempersiapkan lima langkah strategis untuk menghadapinya.

NERACA

Agar hal serupa tidak terulang lagi, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Ganip Warsito mengatakan, dibutuhkan upaya dan langkah-langkah antisipasi. "Ancaman gelombang ketiga yang diprediksi oleh para ahli akan terjadi Desember karena di situlah Nataru, di situlah pergantian cuaca. Ini yang menjadi ancaman peningkatan Covid-19," ujarnya dalam siaran pers, Senin (18/10).

Terkait dengan hal tersebut, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B. Harmadi menyebut ada lima langkah yang dilakukan untuk menghadapi potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19.

Pertama, meningkatkan kapasitas tes Covid-19. Kedua, tetap menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis level di berbagai daerah. Meskipun, beberapa daerah mulai melakukan relaksasi aktivitas masyarakat.

Ketiga, melakukan sosialisasi kepatuhan protokol kesehatan. Protokol kesehatan dimaksud adalah 5M; memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak fisik, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Keempat, mempercepat vaksinasi meskipun saat ini jumlah kasus Covid-19 di Indonesia melandai. Pemerintah menargetkan sasaran vaksinasi Covid-19 menyasar 208.265.270 jiwa.

Data Kementerian Kesehatan per 17 Oktober 2021 pk. 12.00 WIB, sebanyak 107.503.228 orang sudah divaksin Covid-19 dosis 1 (51,62%). Sedangkan vaksinasi dosis kedua mencapai 62.732.568 orang atau setara 30,12%.

Adapun langkah kelima, memperketat akses masuk pelaku perjalanan interansional dari luar negeri ke Indonesia untuk mencegah masuknya varian baru. "Titik masuk kita sudah sangat dibatasi, (akses) udara hanya di Soekarno-Hatta dan Sam Ratulangi, Manado, lalu kemudian darat hanya boleh di Entikong, Aruk, Nunukan dan Motaain di Timor Leste dan laut juga hanya dua, Batam dan Tanjungpinang," ujarnya.

Pengawasan masuknya para pekerja migran Indonesia (PMI) juga diperketat. Mereka wajib menjalani tes PCR setelah tiba di Indonesia. "Kementerian Kesehatan juga sudah mengirimkan (alat) tes cepat molekuler sehingga kita tidak perlu menunggu lama, dalam waktu satu jam sudah bisa memisahkan orang yang positif (Covid-19) dan yang negatif," tutur Sonny.

Dia mengatakan, mencegah potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19 tidak bisa hanya mengandalkan upaya yang dilakukan pemerintah. Peran masyarakat juga sangat diperlukan untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19.

Secara terpisah, Epidemiolog FKM-UI Tri Yunis Miko Wahyono mendorong pemerintah meningkatkan kapasitas testing (pemeriksaan) dan tracing (penelurusan) Covid-19. Langkah ini untuk menekan potensi gelombang ketiga Covid-19. "Testingnya harus 1 per 1.000 penduduk. Tracingnya harus standar, 1 kasus (Covid-19) ditracing minimal 15 atau 20 orang," ujarnya seperti dikutip merdeka.com, kemarin.

Selain itu, program pengendalian Covid-19 harus terus dijalankan. Misalnya, melakukan penyemprotan disinfektan secara rutin, meningkatkan pelayanan kesehatan dan membatasi aktivitas masyarakat melalui Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis level. "Aktivitas masyarakat jangan terlalu dilonggarkan. Kalau sekarang kan longgar sekali," ujarnya.

Tri memprediksi, gelombang ketiga Covid-19 akan terjadi pada Januari hingga Februari 2022. Gelombang ketiga ini terjadi akibat mobilitas masyarakat meningkat saat libur akhir tahun 2021.

Pada gelombang ketiga, kemungkinan Pulau Jawa akan mengontribusi Covid-19 tertinggi. Sebab, 2/3 penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa. Namun, peningkatan kasus di Pulau Jawa tidak akan diikuti kematian akibat Covid-19. "Karena mungkin vaksinasi pada Desember (2021) sudah mencapai 50 persen," ujarnya.

Data Kementerian Kesehatan per 17 Oktober 2021 terdapat total 4.234.758 orang terkonfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air. Dari jumlah tersebut, sebanyak 18.388 orang masih menjalani perawatan atau isolasi. Dalam sepekan terakhir, rata-rata penambahan kasus positif Covid-19 harian sebesar 975 dengan positivity rate 0,57%.

Adapun tingkat bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 nasional hanya 5 % per 16 Oktober 2021. Khusus keterpakaian tempat tidur ruang isolasi biasa sebesar 4%, sedangkan keterpakaian tempat tidur ruang ICU Covid-19 mencapai 8%.

Meski demikian, Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia G. Partakusuma mengingatkan meski BOR rumah sakit rujukan Covid-19 menurun, masyarakat jangan lengah menerapkan protokol kesehatan. "Tetap jangan euforia (karena) perjalanan atau mobilitas meningkat," ujarnya.  

Masalah PTM

Di sisi lain, Pemerintah telah mengizinkan anak di bawah 12 tahun mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di sekolah di tengah pandemi Covid-19. Padahal, hingga saat ini, belum ada vaksin Covid-19 yang direkomendasikan untuk anak di bawah 12 tahun di Indonesia.

Perwakilan Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Kurniawan Taufiq Kadafi mengatakan, pihaknya telah merekomendasikan anak di bawah 12 tahun belum bisa mengikuti PTM terbatas di sekolah. "Nah saya tidak tahu pertimbangannya kenapa yang belum diimunisasi justru dimasukkan (PTM terbatas) terlebih dahulu," ujarnya saat Webinar TIM Mitigasi IDI, Minggu (17/10).

Menurut dokter spesialis anak ini, pendidikan pada anak di bawah 12 tahun sebetulnya bisa ditangani sementara oleh orang tua di rumah. Dia mengambil contoh Pendidikan anak usia dini (PAUD).

Pola pembelajaran pada siswa PAUD cenderung belajar sambil bermain. Sehingga PTM terbatas bagi mereka bukan hal mendesak. "Menurut ahli kami, anak-anak misalnya PAUD itu masih bisa di backup secara pendidikan oleh orang tuanya, artinya dia masih pendidikan dengan basic bermain," ujarnya.

Kurniawan mengingatkan PTM terbatas di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain. Sebab, keterpaparan Covid-19 pada anak di Indonesia lebih tinggi dari negara lain.

"Peta di Indonesia agak sedikit unik dengan di luar. Kalau di luar orang bilang gejala klinis anak yang ringan lebih banyak, kalau di kita cukup signifikan. Kalau rapat dengan IDAI negara-negara lain pada waktu awal-awal 2021 (kasus Covid-19 pada anak di Indonesia) hampir tertinggi sedunia," ujarnya. fba

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…