Pefindo Pertahankan Rating A Obligasi BRPT

NERACA

Jakarta – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mempertahankan peringkat idA untuk obligasi berkelanjutan I tahap III tahun 2020 seri A sebesar Rp167,52 miliar yang akan jatuh tempo pada 18 Desember 2021, yang diterbitkan oleh PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Informasi tersebut disampaikan Pefindo dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Pefindo menyebut, sebagai bagian dari perencanaan keuangan dan pengelolaan utang, perusahaan berencana untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo tersebut menggunakan sebagian fasilitas kredit baru dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Per Agustus 2021, BRPT juga memiliki kas internal sekitar USD95 juta, yang lebih dari cukup untuk pelunasan obligasi tersebut.

Efek utang dengan peringkat idA, kata Pefindo, mengindikasikan emiten memiliki kemampuan yang kuat untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas efek utang tersebut, dibandingkan dengan emiten lainnya di Indonesia. Walaupun demikian, kemampuan emiten mungkin akan terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi, dibandingkan dengan emiten yang peringkatnya lebih tinggi.

Sebagai informasi, BRPT didirikan pada tahun 1979. BRPT merupakan perusahaan holding investasi yang dimiliki oleh taipan Prajogo Pangestu. Saat ini, perseroan beroperasi di dua segmen utama, yakni petrokimia dan energi panas bumi, melalui kepemilikan saham mayoritas di TPIA dan SEGH. Perusahaan juga beroperasi di segmen minor lainnya, seperti pengolahan produk kayu dan properti.

Per 30 Juni 2021, pemegang saham Perusahaan adalah Prajogo Pangestu sebesar 70,85%, PT Barito Pacific Lumber 1,20%, PT Tunggal Setia Pratama 0,34%, saham diperoleh kembali 0,60%, dan lainnya 27,01%. Semester pertama 2021, PT Barito Pacific Tbk meraih laba bersih US$ 95,495 juta atau membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan rugi bersih US$ 14,534 juta. Hasil itu membuat emiten kimia dasar itu memcatatkan laba per saham dasar US$ 0,00102. Sedangkan semester pertama 2020 tercatat rugi bersih per saham dasar US$ 0,00016.

Sementara pendapatan naik 40,97% menjadi US$ 1,555 miliar. Rincinya, penjualan petrokimia tujuan ekspor tumbuh 9,8% menjadi US$ 280,53 juta. Sedangkan penjualan petrokimia tujuan dalam negeri naik 69,67% menjadi US$ 979,005 juta. Namun beban pokok pendapatan dan beban langsung bengkak 17,4$ menjadi US$ 1,059 miliar. Sehingga laba kotor melonjak 146,7% menjadi US$ 496,27 miliar.

Sementara itu, aset tercatat US$ 7,644 miliar, terkoreksi 0,2%  dibandingkan akhir tahun 2020 yang tercatat US$ 7,683 miliar. Selanjutnya, kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi mencapai US$ 95,768 juta, membengkak 90% dibandingkan semester pertama 2020 senilai US$ 50,277 juta. Tahun ini, perseroan mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) US$ 170-175 juta atau naik 12,9% dari realisasi tahun 2020 sebesar US$ 155 juta.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…